KPK Tetapkan Direktur Teknologi dan Produksi Krakatau Steel Jadi Tersangka
Oleh
Hamzirwan Hamid
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau Steel (Persero) Wisnu Kuncoro ditetapkan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka dugaan penerima suap, Sabtu (23/3/2019) malam. Hal itu merupakan tindak lanjut dari penangkapan Wisnu oleh petugas KPK pada Jumat malam atas dugaan sedang terjadi transaksi suap untuk pengadaan barang dan jasa dengan perusahaan swasta.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menyampaikan hal itu dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Sabtu malam. Ia mengumumkan empat orang sebagai tersangka, salah satunya Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Wisnu Kuncoro.
Tiga orang lain yang dijadikan tersangka merupakan pihak swasta. Mereka adalah Alexander Muskitta (AMU), selaku perantara dan penerima suap, serta dua orang dari perusahaan manufaktur, yaitu Kenneth Sutardja (KSU) dari PT Grand Kartech (GK) dan KET dari PT Group Tjokro (GT) yang masih dikejar petugas.
”Kasus ini terkait rencana pengadaan barang dan peralatan oleh Direktorat Teknologi dan Produksi PT KS (Krakatau Steel) tahun 2019, yang masing-masing bernilai Rp 24 miliar dan Rp 2,4 miliar. AMU diduga menawarkan beberapa rekanan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut kepada WNU dan disetujui. AMU menyepakati commitment fee dengan rekanan yang disetujui untuk ditunjuk,” tutur Saut.
Mereka sepakat menunjuk PT GK dan PT GT, yang kemudian berencana memberi commitment fee senilai 10 persen dari nilai kontrak yang akan diberikan WNU. AMU diduga bertindak mewakili dan atas nama WNU.
Sejak 20 Maret lalu, AMU menerima Rp 50 juta dari KET, atau setengah dari permintaan senilai Rp 100 juta. Kemudian AMU menerima uang dari KSU senilai Rp 45 juta dan 4.000 dollar Amerika Serikat dari total uang yang diminta senilai Rp 50 juta. Seluruh uang itu kemudian disetorkan ke rekening AMU.
”Lalu, kemarin, Jumat tanggal 22 Maret 2019, AMU menyerahkan Rp 20 juta kepada WNU di sebuah kedai kopi di daerah Bintaro, Tangerang Selatan, sebuah kantong kertas berwarna coklat. Dari AMU, tim mengamankan sebuah buku tabungan atas nama AMU,” tutur Saut.
Secara paralel, tim penyidik juga mengamankan General Manager Blast Furnace KS Hernanto dan sopirnya di Wisma Baja, Selatan. Setelah itu, tim pergi ke daerah Kelapa Gading, Jakarta, untuk mengamankan KSU di rumah pribadinya.
Tim lain ke Cilegon, Banten, untuk mengamankan General Manager Central Maintenance dan Facilities KS Heri Susanto di rumah pribadinya pada pukul 22.30. Semua pihak dibawa ke Gedung Merah Putih KPK untuk proses pemeriksaan dan klarifikasi lebih lanjut.
Skema pengadaan
Sejauh ini, KPK belum mengetahui apakah dugaan korupsi itu disebabkan masalah pada mekanisme pengadaan barang di badan usaha milik negara (BUMN) penghasil baja tersebut. ”Kami belum sampai ke sana. Dalam proses pengadaan, kan, ada tahapannya. Itu akan kami dalami dulu,” kata Saut.
Namun, KPK menyayangkan masih terjadinya suap dalam pengadaan barang dan jasa di BUMN. Adanya oknum-oknum yang bermain kotor dikhawatirkan membuat perusahaan industri baja itu sulit berkembang.
”Kami berharap semua proses pengadaan barang dan jasa di PT KS dan seluruh BUMN bisa dilakukan secara transparan dan menutup kesempatan untuk orang tertentu menjadi broker atau perantara sehingga industri bisa kompetitif, ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Utama KS Silmy Karim menyayangkan kejadian tersebut. Silmy baru enam bulan menjabat Dirut KS, yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai KRAS, untuk membangun tata kelola perusahaan yang transparan dan akuntabel.
Dia mengatakan, pihaknya selalu mewanti-wanti seluruh jajaran KS agar memberikan teladan integritas dalam pembinaan kepada anak buah. Bahkan, pesan itu selalu dia sampaikan kepada jajaran manajemen untuk membangun tata kelola perusahaan yang lebih akuntabel.
”Saya selalu mengingatkan kepada teman-teman bahwa kita sedang rapi-rapi dan beres-beres. Zaman sudah berubah. Saya ingatkan semua agar memberikan contoh dan pembinaan kepada anak buah. Masa lalu saya tidak pernah lihat, yang penting ke depan,” ujar Silmy, yang ditugaskan Menteri BUMN Rini Soemarno untuk membangun tata kelola perusahaan yang akuntabel dan transparan di Krakatau Steel. (ERIKA KURNIA)