Akses jalan menuju Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ditutup oleh warga sekitar sejak Minggu (24/3/2019).
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS - Hingga Selasa (26/3/2019), akses jalan menuju Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditutup oleh warga sekitar. Penutupan sejak Minggu (24/3) itu mengakibatkan pembuangan akhir sampah dari tiga kabupaten/kota di provinsi itu, yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Bantul, terhenti.
Berdasarkan pantauan pada Selasa pagi, jalan menuju Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan tampak sepi dari lalu-lalang truk dan mobil pengangkut sampah. Dermaga atau tempat penurunan sampah di TPST Piyungan juga tampak sepi.
Di tempat itu hanya tampak dua unit buldoser yang tengah menata tumpukan sampah serta para pemulung yang sedang mencari barang-barang yang masih bisa dijual. Terlihat pula sapi-sapi yang tengah mencari makan di antara gunungan sampah.
Sementara itu, beberapa ratus meter dari gerbang masuk TPST Piyungan, tampak sejumlah mobil pengangkut sampah yang terparkir di pinggir jalan. Mobil-mobil bak terbuka itu belum bisa membuang sampah bawaan mereka karena akses jalan menuju TPST Piyungan ditutup oleh warga sekitar. Tak jauh dari sana, sejumlah sopir mobil pengangkut sampah tampak berkumpul di sebuah warung makan.
Perwakilan masyarakat sekitar TPST Piyungan, Maryono, menjelaskan, warga menutup akses menuju tempat pembuangan sampah tersebut karena sejumlah alasan. Salah satu masalah yang dikeluhkan masyarakat adalah kondisi dermaga atau tempat menurunkan sampah di TPST Piyungan yang sangat sempit.
Kondisi itu membuat kendaraan pengangkut sampah harus bergantian membongkar muatannya. Akibatnya, antrean kendaraan pengangkut sampah menjadi sangat panjang. "Untuk membuang sampah, harus satu per satu kendaraan, tidak bisa bersamaan. Ini membuat antrean kendaraan pengangkut sampah menjadi sangat panjang, hampir 1,5 kilometer," kata Maryono.
Jalan di depan dermaga itu berlubang, berlumpur, dan becek sekali.
Panjangnya antrean itu menimbulkan sejumlah gangguan bagi masyarakat. Sebab, kendaraan pengangkut sampah kerap parkir tak jauh dari rumah warga sehingga menimbulkan bau tak sedap. Air dari sampah yang diangkut kendaraan-kendaraan itu juga seringkali menetes ke jalan sehingga mengganggu masyarakat.
Maryono menambahkan, masyarakat juga mengeluhkan kondisi jalan di sekitar dermaga penurunan sampah di TPST Piyungan yang sangat buruk sehingga mengganggu mobilitas warga. "Jalan di depan dermaga itu berlubang, berlumpur, dan becek sekali. Jalan yang becek itu membuat anak-anak yang mau sekolah harus membungkus sepatu mereka dengan plastik agar tidak kotor," ujarnya.
Menurut Maryono, ada sekitar 500 kepala keluarga yang terkena dampak langsung dari berbagai masalah yang terjadi di sekitar TPST Piyungan. Warga terdampak itu berasal dari dua desa di Bantul, yakni Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, dan Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan.
Maryono menyatakan, masyarakat meminta Pemerintah Provinsi DIY segera memperluas dermaga penurunan sampah di TPST Piyungan agar antrean tidak terlalu panjang. Warga juga meminta pemda untuk memperbaiki jalan sekitar TPST Piyungan yang juga menjadi jalan untuk masyarakat.
"Kami juga meminta ada penerangan dan drainase untuk jalan sekitar TPST Piyungan. Selain itu, kami juga meminta ada kompensasi untuk warga yang terdampak," ungkap Maryono. Menurut Maryono, apabila tuntutan-tuntutan tersebut dipenuhi, masyarakat akan membuka kembali jalan akses menuju TPST Piyungan.
Kesulitan
Penutupan akses jalan itu dikeluhkan oleh para pengelola angkutan sampah swasta di DIY yang tergabung dalam Paguyuban Eker-eker Golek Menir. "Kami sebagai pengelola angkutan sampah kesulitan membuang sampah ke TPST Piyungan. Kalau seperti ini, sampahnya mau dibuang ke mana?" kata Paguyuban Eker-eker Golek Menir, Sodik Marwanto.
Sodik menjelaskan, sejak Minggu, anggota Paguyuban Eker-eker Golek Menir tidak bisa membuang sampah di TPST Piyungan. Padahal, paguyuban tersebut memiliki sekitar 150 kendaraan yang mengangkut sampah dari wilayah Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul.
Setiap hari, rata-rata satu kendaraan itu mengangkut sekitar 1 ton sampah sehingga total volume sampah yang mereka angkut mencapai 150 ton per hari.
Sodik berharap, Pemprov DIY bisa segera menyelesaikan masalah yang terjadi di TPST Piyungan sehingga akses jalan bisa dibuka kembali. "Kami berharap pengelola TPST Piyungan bisa bekerja dengan benar," katanya.
Kepala Seksi Pengembangan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral DIY Edy Suryono mengatakan, pihaknya akan membangun jalan akses untuk memudahkan kendaraan pengangkut sampah membuang sampah di TPST Piyungan.
Pembangunan jalan akses itu diharapkan bisa mengurangi antrean panjang kendaraan pengangkut sampah di TPST Piyungan. "Kami tadi sudah berkeliling (TPST Piyungan), ada lahan yang kemungkinan bisa kami pakai untuk membangun akses. Tapi, kami perlu berembuk dengan pimpinan-pimpinan yang terkait dulu," ujar Edy.
Edy menuturkan, pembangunan jalan akses itu diharapkan bisa dilakukan pada pekan ini. Dengan begitu, antrean kendaraan pengangkut sampah di TPST Piyungan bisa berkurang sehingga warga pun bersedia membuka kembali akses jalan menuju fasilitas tersebut.