Pemilu 2019 menjadi ujian bagi Partai Golkar di daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II. Meski menjadi salah satu lumbung suara Golkar, pada Pemilu 2009 langkah Golkar sempat tertahan. Dua jawara caleg Golkar yang langganan merebut kursi DPR juga terserat kasus korupsi. Akankah Golkar kembali unggul dan bisa meraih kembali dua kursi legislatif DPR?
Rekam jejak politik menunjukkan, Partai Golkar di dapil yang mencakup 12 kabupaten/kota yang membentang dari Pulau Sumba hingga Pulau Timor tersebut terus mendulang suara. Hal tersebut tergambar dari tiga kali pemilihan yang telah dilaksanakan.
Pada Pemilu 2004, Golkar sukses keluar sebagai partai juara dapil dengan kemenangan besar lebih dari 446.000 suara. Ketika itu, penguasaan suara Golkar di dapil ini tidak kurang dari 41 persen.
Namun, pada pemilu berikutnya di tahun 2009, suara ”Partai Beringin” itu turun. Ketika itu, Demokrat berhasil menggeser kemenangan Golkar dengan penguasaan suara lebih dari 204.000 (19 persen). Posisi Golkar tergeser menjadi urutan kedua. Meskipun demikian, kuota perolehan suara Golkar tetap dapat mengantar dua calegnya melenggang ke Senayan.
Pada pesta demokrasi 2014, Golkar membalas kekalahan sebelumnya dengan kembali menjadi partai nomor wahid di dapil dengan tingkat kemiskinan tinggi ini. Kali ini Golkar berhasil memenangi pemilihan dengan menguasai lebih dari 233.000 suara (19 persen).
Meskipun bukan kemenangan besar, partai ini kembali sukses mengantarkan calegnya mantap menduduki dua kursi parlemen. Golkar menjadi satu-satunya partai yang berhasil mendapat dua dari tujuh kursi yang diperebutkan.
Mantan Ketua DPR Setya Novanto merupakan salah satu langganan caleg Golkar pemenang dari dapil ini. Meskipun bukan asli putra Nusa Tenggara Timur, politisi Partai Beringin itu sudah tiga periode menjadi anggota Dewan untuk mewakili rakyat NTT II di Senayan.
Kini dalam pertarungan Pemilu 2019, nama Setya Novanto tidak lagi masuk dalam daftar caleg di NTT II karena terbukti bersalah dalam kasus korupsi KTP-el beberapa waktu lalu. Sebelumnya, rekan Novanto di Fraksi Golkar dari NTT II, politisi Charles J Mesang lebih dulu berurusan dengan KPK karena kasus suap penyusunan anggaran di Kementerian Ketenagakerjaan.
Ketidakhadiran para legislator petahana dari Golkar yang memiliki suara dan ketokohan kuat ini sedikit banyak akan memengaruhi peta politik yang ada. Guna mempertahankan suara pemilihnya, Golkar tampaknya memang cukup harus bekerja keras membangun narasi kampanye ke publik NTT II pasca-kasus korupsi yang menerpa dua anggotanya itu.
Golkar harus bersaing keras dengan partai nasionalis unggulan lainnya di NTT II, yakni PDI-P, Gerindra, Demokrat, Hanura, dan Nasional Demokrat. Tujuh caleg Golkar akan merebut simpati lebih dari 1,8 juta rakyat di NTT II bersama 90 caleg partai lainnya. Sekitar 14,4 persen caleg NTT II merupakan caleg wajah lama yang juga pernah menghiasi surat suara pada pemilu sebelumnya.
Tujuh nama petahana legislator pun dipastikan akan kembali maju dalam pemilihan kali ini, yaitu Herman Hery (PDI-P), Fary Djemy Francis (Gerindra), Anita Jacoba Gah (Demokrat), Y Jacki Uly (Nasdem), dan Ferry Kase (Hanura).
Termasuk pula Julianus Pote Leba yang menggantikan anggota DPR dengan status Pergantian Antar Waktu (PAW) politisi Golkar bermasalah hukum Charles J Mesang. Sementara politisi Golkar lainnya, Imanuel Ekadianus Blegur yang menggantikan Setya Novanto, juga akan kembali maju sebagai caleg dari Partai Golkar.
Namun, jangan dilupakan oleh para petarung politik di dapil ujung timur ini. Bukan sekadar merebut suara masyarakat, melainkan juga meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya. Dapil NTT II masih menyimpan sejumlah persoalan, dari kemiskinan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja yang minim, hingga TKI ilegal dan perdagangan manusia.
Bagaimana peluang Golkar di dapil NTT II? Golkar tetap masih bisa bertahan menjadi juara di dapil dengan menang memuaskan atau justru suaranya akan anjlok di wilayah lumbung ini. Kesempatan perebutan suara bagi para petarung politik masih sangat terbuka lebar dengan segala dinamikanya. (LITBANG KOMPAS)