JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mengalami penguatan pada perdagangan hari pertama seusai penyelenggaraan Pemilihan Umum 2019. Fenomena ini menggambarkan proses pemilu dan hasil hitung cepat sesuai ekspektasi pelaku pasar.
Pada pembukaan perdagangan, Kamis (18/4/2019), IHSG dibuka pada level 6.568,84 melonjak 87,3 poin dari penutupan dua hari sebelumnya di level 6.481,54. Terhitung selama sepekan jelang pemilu, investor asing telah mencatatkan aksi jual mencapai Rp 253,13 miliar.
Analis Panin Sekuritas, William Hartanto, menuturkan, pemilu yang berlangsung kondusif mengakhiri ketidakpastian pasar. Hasil hitung cepat juga membuat investor dapat menentukan aksi investasi.
Hingga pukul 11.16 hari ini, hasil hitung cepat Litbang Kompas Pemilu 2019 menunjukkan hasil sementara pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin meraih 54,52 persen suara. Adapun pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mengoleksi 45,48 persen suara.
Melihat hasil tersebut, saham emiten konstruksi dan infrastruktur digadang untuk kembali menjadi saham favorit investor. ”Pelaku pasar punya sejumlah ekspektasi, di antaranya pemerintahan selanjutnya masih melanjutkan percepatan pembangunan infrastruktur,” ujarnya.
Prioritas pembangunan infrastruktur, lanjut William, akan memacu pertumbuhan penyaluran kredit konstruksi. Terpacunya penyaluran kredit otomatis dapat menjadi sentimen positif untuk saham-saham sektor perbankan, terutama bank dengan segmentasi kredit korporasi.
Analis Indo Premier Sekuritas, Mino, menuturkan, IHSG juga mendapat tenaga tambahan dari sentimen global setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) China menunjukkan angka di atas ekspektasi investor. Sentimen lain, Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, masih akan menahan bunga acuan pada semester I-2019.
”Kedua hal tersebut memberikan alasan tambahan bagi investor asing untuk kembali masuk ke emerging market, termasuk Indonesia. Tidak menutup kemungkinan IHSG bisa terus positif hingga akhir tahun,” ujarnya.
Berbeda dengan William, menurut Mino, apabila Joko Widodo kembali terpilih menjadi presiden, pembangunan infrastruktur diperkirakan tidak akan semasif periode pertamanya. Dia lebih mengunggulkan saham-saham emiten di sektor properti dan perkebunan untuk tumbuh tinggi.
Pembangunan rumah murah diperkirakan akan marak setelah infrastruktur dan transportasi publik sudah lebih memadai. Sementara program B20 yang mewajibkan solar menggunakan campuran CPO sebanyak 20 persen akan ditingkatkan menjadi B30 (30 persen).
”Sektor properti dan perkebunan akan menjadi menarik karena dalam banyak kesempatan Jokowi selalu mengatakan periode kedua akan jadi momentum memajukan sumber daya manusia,” ujarnya.
Sektor properti dan perkebunan akan menjadi menarik.
Penguatan rupiah
Proses pemilu dan hasil hitung cepat juga menggerek penguatan kurs nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di level 14.016 per dollar AS, menguat 50 poin dari sehari sebelum pemilu dilaksanakan.
Analis Monex Investindo Futures, Dini Nurhaidi Yasyi, menuturkan, pemilu yang berjalan aman dan lancar mengindikasikan ketidakpastian politik yang terjadi sepanjang awal tahun 2019 telah berakhir. Kepastian inilah yang dinanti para pelaku pasar keuangan.
”Hasil hitung cepat yang dimenangi petahana memberi angin segar bagi investor. Pelaku pasar bisa memproyeksikan seperti apa kebijakan ekonomi makro pemerintah, yang amat berkorelasi dengan nilai tukar rupiah,” lanjutnya.
Serupa dengan sentimen pasar modal, pertumbuhan ekonomi China sebagai mitra dagang Indonesia sepanjang triwulan I-2019 yang mencapai 6,4 persen menjadi bahan bakar pendorong nilai tukar rupiah. Dini optimistis penguatan rupiah masih akan berlanjut hingga beberapa pekan ke depan.