JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan Madden Julian Oscillation atau MJO saat ini memasuki wilayah Indonesia bagian timur dan memicu terbentuknya beberapa sirkulasi siklonik dan belokan angin. Hujan lebat dan gelombang tinggi masih berpotensi terjadi hingga sepekan ke depan.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) R Mulyono R Prabowo, di Jakarta, Selasa (30/4/2019), mengatakan, sirkulasi siklonik terjadi di wilayah Laut Sulawesi, perairan utara Jawa Timur, dan Laut Arafura.
”Kondisi tersebut diprakirakan akan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian timur pada periode akhir bulan April hingga awal Mei,” ujar Mulyono.
Wilayah yang berpotensi hujan lebat pada periode tersebut antara lain Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Adapun wilayah yang berpotensi terjadi angin kencang meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Gelombang tinggi
Dari pantauan BMKG, saat ini terbentuk siklon tropis Fani dengan pusat tekanan 992 hPa di Teluk Benggal. Meski demikian, menurut Kepala Bidang Maritim BMKG Eko Prasetyo, siklon ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi cuaca di Indonesia. ”Selain jauh, aliran anginnya tidak masuk ke Indonesia,” ucapnya.
Kondisi gelombang tinggi di Indonesia saat ini lebih dipengaruhi oleh sirkulasi dan belokan angin akibat MJO. Wilayah perairan yang memiliki potensi gelombang tinggi 2,5 meter hingga 4 meter diperkirakan terjadi di Samudra Hindia barat Aceh, perairan utara Manokwari, Samudra Pasifik utara Manokwari hingga Biak, dan perairan utara Biak.
Kondisi gelombang tinggi di Indonesia saat ini lebih dipengaruhi oleh sirkulasi dan belokan angin akibat MJO.
Pola angin di wilayah utara Indonesia umumnya dari barat laut-timur laut dengan kecepatan 3-25 knot, sedangkan di wilayah selatan Indonesia umumnya dari tenggara-barat daya dengan kecepatan 3-20 knot.
Kecepatan angin tertinggi mencapai 30 knot terpantau di perairan utara Manokwari dan Biak, Samudra Pasifik utara Papua. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.
Sesuai rekomendasi BMKG, risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran untuk perahu nelayan adalah jika kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m; untuk tongkang dengan kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m; feri dengan kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m; sedangkan kapal kargo dan pesiar jika kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 m.