Saat peserta Kompas Tambora Challenge 2019-Lintas Sumbawa 320K sedang berlari di tengah panas Sumbawa Besar, tiga pelari terlihat duduk bersama di bawah pohon rindang. Mereka adalah Gatot Sudariyono (57), Priyo Dwi Indarto (36), dan Lemri Erwanto (33). Ketiga pelari kategori individu putra itu memutuskan tidak melanjutkan lomba setelah berlari 100 kilometer.
”Ya, kami realistis saja sudah tidak mungkin lagi mencapai check point (CP) 3. Masih jauh waktunya, tidak cukup lagi,” kata Gatot, pelari tertua di Tambora Challenge sambil tersenyum.
Pelari-pelari veteran itu menyerah pada Kamis (2/5/2019) pukul 11.00. Mereka tidak sanggup berlari lagi karena jarak menuju CP 3 masih 20 km, sedangkan ketiganya hanya memiliki sisa waktu dua jam untuk sampai di titik itu.
Gatot dan rekan-rekannya melihat hal itu tidak memungkinkan. Fisik mereka sudah terkuras karena memaksakan berlari cepat sejak awal lomba, Rabu sore hingga Kamis pagi.
Ditambah lagi, mereka harus berhadapan dengan sengatan matahari terik Sumbawa Besar sejak pagi tadi. Suhu panas dan kelembaban tinggi membuat tenaga ketiganya terkuras habis. Sebelum memutuskan menyerah, para ”pelari super” ini hanya berjalan cepat di sepanjang rute.
Priyo terkejut dengan cuaca panas tahun ini. ”Pada awal lomba cuacanya sempat bagus, langit mendung. Namun, hari ini tidak tahu kenapa panas banget. Sangat menguras fisik,” ucap pelari asal Jakarta itu.
Jalur 80 km-120 km merupakan salah satu jalur ”neraka” bagi para pelari. Pada siang hari, suhu di wilayah Sumbawa Besar yang dekat dengan tepi pantai itu bisa mencapai 40 derajat celsius. Direktur Lomba Lexi Rohi sempat mengingatkan untuk bersiap menghadapi rute tersebut karena sering memakan ”korban” pada edisi lalu.
Lebih berat
Di bawah pohon rindang, ketiga pelari itu bersantai sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan hamparan sawah. Walaupun capaian tahun ini jauh dari memuaskan, mereka saling menghibur diri dan mengingat pencapaian satu sama lain pada tahun-tahun sebelumnya.
”Kalau kami semua pernah sampai 200 km walaupun belum finis. Beda dengan tahun ini. Tetapi, memang sekarang lebih berat syarat waktunya. Jadinya, kami semua mengejar di awal dan kehabisan tenaga saat pagi,” tutur Gatot yang mengenakan topi kuning besar seperti payung.
Tambora Challenge 2019 memang menghadirkan tantangan lebih berat. Tahun ini batas waktu tempuh (COT) berkurang 4 jam dari edisi lalu menjadi 68 jam. Pengurangan itu membuat pelari harus bergerak lebih cepat jika tidak mau tertinggal.
Tak kalah sulitnya, setiap CP juga terdapat COT, yakni delapan jam. Adapun terdapat tujuh CP di Lintas Sumbawa berjarak total 320 km. Pelari akan langsung dieliminasi jika tidak melewati COT tersebut.
Hingga pukul 13.30 WITA, total sudah lima pelari yang bertumbangan di Lintas Sumbawa. Selain ketiga peserta veteran tersebut,pelari individu Suranto dan Rachmat Budi Nurwanto juga dinyatakan tidak finis sebelum menyelesaikan setengah lomba.
Setelah gagal menyelesaikan misi ekstrem Tambora Challenge, para pelari akan dijemput tim penyelenggara. Meski belum berhasil tahun ini, peserta yang gagal tetap patut dijuluki pelari super. Walaupun fisik mereka belum mampu, tekad menaklukkan rute paling ekstrem di Asia Tenggara ini sudah memberi inspirasi untuk orang banyak.