JAKARTA, KOMPAS—Aljazair dan Argentina secara resmi diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia bebas malaria, bergabung dengan 38 negara. Sekalipun prevalensinya menurun, Indonesia hingga saat ini masih menjadi negara endemik malaria.
“Aljazair dan Argentina berhasil menghilangkan malaria berkat komitmen dan kegigihan dari banyak orang serta pemimpin kedua negara. Keberhasilan mereka bisa menjadi model bagi negara lain,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam siaran pers, Kamis (23/5/2019).
Sertifikasi bebas malaria diberikan WHO ketika suatu negara membuktikan tidak ada lagi penularan penyakit tersebut di masyarakat selama setidaknya tiga tahun berturut-turut.
Data WHO menunjukkan, penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini menjadi salah satu pembunuh utama dunia, dengan perkiraan 219 juta kasus dan lebih dari 400.000 kematian pada 2017. Sekitar 60 persen korbannya adalah di antara anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Aljazair dan Argentina berhasil menghilangkan malaria berkat komitmen dan kegigihan dari banyak orang serta pemimpin kedua negara.
Aljazair menjadi negara kedua di Wilayah Afrika yang secara resmi diakui bebas malaria, setelah Mauritius, yang disertifikasi pada tahun 1973. Sementara Argentina merupakan negara kedua di Amerika yang disertifikasi dalam 45 tahun, setelah Paraguai pada 2018. Aljazair dan Argentina melaporkan kasus malaria terakhir masing-masing pada tahun 2013 dan 2010.
Kesuksesan kedua negara ini melawan penyakit ini karena selama dekade terakhir dilakukan pengawasan yang serius sehingga tiap kasus malaria diidentifikasi dan diobati dengan cepat. “Kedua negara juga menyediakan diagnosis dan pengobatan gratis dan memastikan tak ada yang tertinggal dalam mendapat layanan untuk mencegah, mendeteksi dan menyembuhkan penyakit,“ kata Tedros.
Penyakit malaria pertama kali ditemukan di Aljazair pada 1880 dan sejak tahun 1960 menjadi penyakit utama dengan tingkat infeksi rata-rata 80.000 per tahun. “Sekarang Aljazair menunjukkan kepada seluruh Afrika bahwa malaria dapat dikalahkan melalui kepemimpinan negara, tindakan berani, investasi yang baik dan sains," sebut Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.
Indonesia masih endemik
Data WHO menunjukkan, sejauh ini sudah ada 38 negara yang dinyatakan bebas malaria. Di Asia Tenggara, baru Singapura yang dinyatakan bebas sejak tahun 1982 dan Brunei Darussalam pada 1981.
Laporan Vensya Sitohang dan tim Kementerian Kesehatan Indonesia di jurnal The Lancet Global Health pada tahun 2018 menyebutkan, pada 2017 lebih dari setengah kabupaten di Indonesia secara resmi dinyatakan bebas malaria. Itu merupakan pencapaian penting bagi negara tropis dengan 25 spesies nyamuk Anopheles yang reseptif malaria, populasi yang besar dan tersebar di lebih dari 5.000 pulau, imigrasi internal yang tinggi, ketimpangan sosial ekonomi, dan pemerintahan yang terdesentralisasi.
Meski demikian, menurut kajian sejumlah peneliti lain, penanganan malaria di Indonesia kini menghadapi tantangan baru, salah satunya dari munculnya parasit malaria Plasmodium knowlesi yang biasa menjangkiti monyet. Parasit ini telah ditemukan menulari manusia di Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara. Penyebaran parasit ini harus diwaspadai karena risiko kematian yang ditimbulkan lebih besar daripada jenis parasit lain (Kompas, 26 April 2019).