Ribuan Pelayat Mengiringi Pemakaman Ustaz Arifin Ilham
Oleh
Fajar Ramadhan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ribuan pelayat mengantarkan almarhum Ustaz Arifin Ilham (49) ke tempat peristirahatan terakhirnya di halaman Masjid Az Zikra Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Kamis (23/5/2019) malam. Para pelayat tersebut rela menunggu berjam-jam di Masjid Az Zikra hingga jenazah almarhum tiba dari Penang, Malaysia sekitar pukul 20.00.
Ustadz Arifin wafat di Rumah Sakit Penang pada Rabu (22/5/2019), sekitar pukul 23.00 waktu setempat. Ustaz Arifin dirawat di rumah sakit tersebut karena menderita kanker getah bening dan kanker nasofaring. Sebelum dimakamkan, Ustaz Arifin disalatkan di Masjid Az Zikra Sentul dan Masjid Az Zikra Gunung Sindur.
Salat jenazah tersebut diimami oleh Muhammad Alvin Faiz, putra sulung Ustaz Arifin. “Beliau menitipkan wasiat ingin dimakamkan di Pesantren Gunung Sindur Az Zikra dekat para santri,” ujar Alvin.
Suasana haru mewarnai prosesi pemakaman Ustaz Arifin. Isak tangis dari ribuan pelayat yang menunggu sejak Kamis siang pecah sesaat sebelum jenazah almarhum dimasukkan ke liang lahat.
Almarhum sebelumnya direncanakan tiba di Masjid Az Zikra Sentul sekitar pukul 08.00, namun mundur hingga sekitar pukul 16.00. Jenazah baru tiba di Masjid Az-Zikra Gunung Sindur sekitar pukul 20.00. Setengah jam kemudian jenazah Ustaz Arifin dimakamkan.
Menjaga ajaran
Almarhum meninggalkan tiga orang istri dan delapan anak. Di mata putranya keduanya, Muhammad Ammer Azzikra, almarhum adalah sosok yang memegang erat dan sangat disiplin dalam hal agama. Hal tersebut juga ditanamkan kepada anak-anaknya sejak kecil. “Dari umur 4 tahun kami sudah dibawa ke masjid meskipun tidur,” ujarnya.
Sebagai anak sulung, Alvin mengatakan akan berusaha untuk menjaga ajaran yang sudah diwariskan ayahnya tersebut. “Sudah amanah. Kalau dibilang siap enggak bisa jawab. Tapi akan kami jaga yang abi (ayah) bangun,” ujarnya.
Menurut Ammer, selama ini petuah dari almarhum terkesan singkat, namun sarat makna. Saat almarhum sakit, ia selalu dinasihati dalam bentuk tulisan untuk tidak meninggalkan salat.
Ammer juga diminta untuk senantiasa menyayangi orangtuanya. Kenangan lain yang masih membekas dari Alvin dan Ammer adalah kegemaran ayahnya menunggangi kuda. Tak jarang, Ammer selalu digoda ayahnya untuk ikut menaiki kuda tersebut. “Tentu banyak kenangan yang ada di memori hidup kita,” kata Ammer.