Peta pasar pariwisata global mulai berubah seiring peningkatan jumlah wisatawan dari kalangan langgas atau milenial. Peluang bisnis dalam industri pariwisata pun kian terbuka di antaranya di sektor kuliner dan belanja.
Oleh
SAMUEL OKTORA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS - Peta pasar pariwisata global mulai berubah seiring peningkatan jumlah wisatawan dari kalangan langgas atau milenial. Peluang bisnis dalam industri pariwisata pun kian terbuka di antaranya di sektor kuliner dan belanja.
Hal ini mengemuka dalam diskusi bertajuk “Millennial Tourism Corner” di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/5/2019). Tampil sebagai pembicara Menteri Pariwisata Arief Yahya, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Millennial Tourism Gabriella Patricia Mandolang, dan Vice President Travel and Digital blibli.com , Theresia Magdalena.
Pembicara lainnya, yakni Founder Upnormal and Deputy Director of Corporate Communication CRP Group Sarita Sutedja, serta Director Markplus Center for Tourism & Hospitality, Abdullah Alaydrus.
“Dari penghasilan industri kreatif tanah air, sekitar 75,54 persen diperoleh dari bidang kuliner dan belanja. Ini peluang bisnis yang bagus bagi kalangan milenial. Selain pasarnya besar, pertumbuhan tinggi, keuntungannya pun besar," jelas Arief.
Dia mencontohkan, seperti kuliner, keuntungan bersih bisa mencapai 50 persen. Salah satu kebiasaan wisatawan asing, sekitar 40 persen pengeluarannya juga dihabiskan untuk kuliner dan belanja. Semisal, dari pengeluran 1.000 dolar AS, 400 dolar AS untuk kuliner dan belanja.
Dari penghasilan industri kreatif tanah air, sekitar 75,54 persen diperoleh dari bidang kuliner dan belanja. Ini peluang bisnis yang bagus bagi kalangan milenial
Pemerintah Indonesia juga telah mencanangkan Tourism 4.0 atau Pariwisata 4.0 untuk menggaet wisatawan langgas ini. Hal ini sekaligus mendorong kalangan tersebut untuk terjun ke industri pariwisata.
Arief mengimbau kalangan langgas tak menyia-nyiakan peluang bisnis di industri pariwisata. Tren menunjukkan, dari jumlah wisatawan asing, 51 persen adalah kalangan langgas berusia 25-38 tahun.
Tren ini perlu dipahami agar dapat menerapkan strategi jitu dalam membidik wisatawan ini. Karakteristik lainnya, 70 persen di antara mereka akrab dengan teknologi digital seperti internet. Dengan demikian, aspek digital menjadi peluang bisnis di industri pariwisata ini.
Arief juga menjelaskan, prospek industri pariwisata juga sangat menjanjikan. Penerimaan sektor pariwisata dari tahun 2016 hingga 2018 terus meningkat, yakni dari 13,48 miliar dolar AS menjadi 16,11 miliar dolar AS.
“Tahun 2019, diproyeksikan pariwisata menyumbangkan devisa sebesar 20 miliar dolar AS,” ucap Arief.
Abdullah Alaydrus menuturkan, wisatawan asing dari kalangan langgas juga suka berlibur dengan waktu relatif panjang dalam setahun, yakni 35 hari. “Waktu berlibur bagi generasi langgas ini atau generasi Y (kelahiran tahun 1981-1994) lebih besar dari generasi X (kelahiran 1961-1980), yakni sekitar 35 hari. Mereka menabung untuk berlibur, bukan membeli kebutuhan keluarga. Diperkirakan juga tahun 2020, pengeluaran mereka untuk berwisata juga lebih besar dari generasi X, bisa mencapai 5.000 dolar AS,” ujar Abdullah.
Abdullah juga menyinggung, sejumlah peluang bisnis yang dapat dikembangkan kalangan langgas di antaranya aplikasi perencanaan liburan, pemesanan tiket, dan paket wisata murah.
“Bagi kalangan milenial, jangan takut memulai bisnis di industri pariwisata karena peluang pasarnya bagus. Namun perlu diingat, penguasaan dan promosi digital dengan konten dan visual yang menarik perlu diperhatikan,” kata dia.
Bagi kalangan milenial, jangan takut memulai bisnis di industri pariwisata karena peluang pasarnya bagus.
Sementara itu Sarita Sutedja mengatakan, pihaknya yang juga membidik industri pariwisata di bidang kuliner terus melakukan inovasi. “Kami melakukan terobosan dalam sistem digital. Bagi konsumen yang datang untuk pemesanan menu tak perlu mendatangi karyawan, melainkan cukup memesan dan membayar menggunakan telepon pintar lewat aplikasi,” kata dia.
Theresia Magdalena menuturkan, pihaknya yang telah membuka fasilitas saluran produk dan jasa pariwisata berbasis daring, tahun ini juga akan membuka layanan jasa pemandu wisata. Layanan itu akan melengkapi jasa pembelian tiket pesawat dan hotel serta konten dan informasi destinasi wisata unggulan di Indonesia.