Pergerakan pasar saham Indonesia pada akhir pekan ini mengalami tren konsolidasi setelah mendapat tekanan berupa sentimen eksternal dan internal. Periode ini diharapkan menjadi momentum kembalinya aliran modal.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan pasar saham Indonesia pada akhir pekan ini mengalami tren konsolidasi setelah mendapat tekanan berupa sentimen eksternal dan internal. Periode ini diharapkan menjadi momentum kembalinya aliran modal yang keluar saat indeks saham tengah dalam tren pelemahan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup akhir pekan ini di zona hijau. Pada perdagangan Jumat (24/5/2019), indeks menguat 24,66 poin atau 0,41 persen ke 6.057,35. Artinya, dalam sepekan IHSG mengalami penguatan mencapai 3,95 persen.
Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi menilai, penguatan indeks membuktikan kembalinya kepercayaan investor terhadap pasar modal. Namun, dalam jangka pendek, ketidakpastian masih membuat IHSG berpeluang untuk terkoreksi.
”Kondisi keamanan dan politik dalam negeri yang mulai stabil seusai bentrokan masih menjadi angin segar bagi indeks. Pelaku pasar yakin stabilitas akan segera pulih,” ujarnya.
Nilai tukar rupiah yang kembali menguat juga menambah stamina pasar saham. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), hari ini rupiah berada di posisi Rp 14.451 per dollar AS, menguat 62 poin dari hari sebelumnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan sepanjang hari, investor asing mencetak penjualan bersih Rp 369,74 miliar di seluruh pasar. Selama 16 hari berturut-turut, investor asing terus beterbangan dan secara total telah membukukan aksi jual bersih di pasar reguler mencapai Rp 10,86 triliun.
Namun, derasnya aliran modal masuk di awal tahun 2019 membuat sepanjang tahun berjalan investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 55,91 triliun. Hingga akhir pekan ini, BEI mencatat nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 6.892,45 triliun.
Secara historis, lanjut Lucky, IHSG cenderung mengalami pelemahan pada periode Mei-Juni lantaran investor asing menarik dana mereka keluar. Namun, dia memprediksi, investor akan kembali masuk ke pasar modal seusai periode hari raya Idul Fitri.
”Proyeksi ekonomi makro dan pertumbuhan laba emiten-emiten di pasar modal Indonesia masih menggiurkan bagi para investor untuk kembali (ke pasar modal),” ujarnya.
Selain sentimen pemilu dari dalam negeri, indeks saham juga masih akan terkena sentimen negatif eksternal. Salah satunya yang paling kuat dan paling mengganggu persepsi investor adalah perang dagang Amerika Serikat dan China.
Analis Ekuitas Philip Sekuritas Indonesia, Anugrah Zamzami Nasr, menilai, derasnya arus modal keluar menunjukkan kecemasan akibat situasi global masih melingkupi pelaku pasar. ”Penguatan IHSG saya perkirakan masih akan terbatas karena sengketa dagang AS-China belum mereda,” ujarnya.
Sejalan dengan hal tersebut, bursa saham utama di kawasan Asia mengalami pergerakan yang bervariasi. Pelaku pasar mulai mencemaskan ketegangan perang dagang antara AS dan China akan mulai merambat ke pembatasan gerak ekspansi bisnis dari emiten-emiten di bursa regional Asia.
Pada perdagangan hari ini, indeks Kospi Korea Selatan anjlok 0,69 persen ke level 2.045,31. Indeks Nikkei di Jepang juga melemah 0,16 persen ke posisi 21.117,22.
Situasi berbeda terjadi pada indeks Hang Seng Hong Kong yang menguat 0,32 persen ke level 27.353,93 serta indeks Shanghai di China yang menguat terbatas 0,02 persen di level 2.852,99.