JAKARTA, KOMPAS – Anggaran pelatnas yang belum turun tak menyurutkan tekad tim dayung Indonesia untuk berlatih keras menghadapi SEA Games 2019. Saat ini, tim dayung berlatih membangun kekuatan dasar dan secara bertahap meningkatkan kecepatan.
Pelatih kepala tim Indonesia M Hadris mengatakan, latihan keras dilakukan karena tim ini mempunyai target prestasi cukup tinggi pada pesta olahraga antar negara se-Asia Tenggara itu, yaitu tiga medali emas dari nomor rowing. “Padahal, persaingan lumayan berat. Selain itu, kondisi pelatnas berbeda dengan tahun lalu. Ini juga menjadi tantangan bagi kami,” kata Hadris, saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Hadris menjelaskan, latihan tim dayung dilakukan sejak Oktober 2018, atau setelah Asian Games 2018. Meski sudah berlatih lebih dari enam bulan, 26 atlet serta tujuh pelatih belum menerima honor. Mereka juga batal mengikuti sejumlah kejuaraan karena tak ada biaya.
Namun, latihan keras untuk membangun masa otot dan meningkatkan kekuatan dasar tidak berhenti. Saat ini, pedayung-pedayung tangguh Indonesia mengurangi latihan di air dari yang semula berlatih mendayung 40 kilometer per hari menjadi 16 kilometer per hari.
Setelah berlatih mendayung di air, mereka beristirahat selama 15 menit. Selanjutnya, atlet-atlet berlatih angkat beban untuk meningkatkan masa otot. Jenis latihan ini dilakukan setelah tim “Merah Putih” mendapatkan masukan dari ahli strength and conditioning asal Belanda, Tjalling Knijff yang berpengalaman menangani tim nasional dayung dan renang Belanda. Nantinya, menjelang SEA Games 2019, atlet-atlet Indonesia berlatih kecepatan.
Menurut Hadris, perubahan latihan ini cukup efektif mengurangi tingkat kelelahan atlet. “Kalau dulu, atlet terlihat kecapekan setiap latihan sore. Sekarang mereka lebih fit. Tetapi, untuk dampak pada kecepatan waktu kami masih harus melihat perubahan sebulan ke depan,” ujarnya.
Di SEA Games, ada empat nomor yang menjadi andalan Indonesia. Irham berpeluang di kelas ringan single sculls putra (LM1X). Duet Mahendra dan Kakan berpeluang di kelas ringan double sculls putra (LM2X). Ferdiansyah dan Dendri Maulidzar berpotensi di kelas dua pedayung putra (M2-). Duet Yayah dan Julianti berpeluang di kelas dua pedayung putri (W2-).
Peningkatan kecepatan
Konsistensi latihan membuat pedayung-pedayung Indonesia bisa meningkatkan kecepatan. Berdasarkan tes progres latihan melalui ergometer, kecepatan pedayung putri Julianti dan Yayah meningkat. Sebelum Asian Games, Julianti mencatatkan waktu 7 menit 09,6 detik. Sekarang, kecepatannya menjadi 7 menit 08,8 detik. Adapun kecepatan Yayah meningkat dari 7 menit 16,7 detik menjadi 7 menit 14,8 detik. Kedua atlet ini merebut perunggu Asian Games 2018.
Untuk melihat kesiapan atlet, tim “Merah Putih” akan mengirimkan 26 atlet untuk bersaing pada kejuaraan SEARF Junior and Senior Rowing di Pattaya, Thailand, pada 18-23 Juni 2019. Selanjutnya, mereka akan menggelar training camp di Belanda. Selama di Belanda, para pedayung dijadwalkan mengikuti uji coba kejuaraan untuk bersaing dengan tim nasional negara itu.
“Kami harapkan anggaran bisa segera turun sehingga jadwal kejuaraan dan training camp tidak berubah. Bagaimanpun, training camp di Belanda menjadi kunci kesuksesan kami di Asian Games. Kami ingin mengulang kesuksesan itu di tingkat Asia Tenggara,” ujar Hadris.
Wakil Ketua Umum PB Podsi Budiman Setiawan mengatakan, dari 18 nomor lomba dayung, Indonesia berpotensi merebut sembilan medali emas asalkan program pelatnas dijalankan dengan maksimal. “Kalau anggaran yang kami ajukan tidak disetujui, tentu ini akan mempengaruhi program dan prestasi. Kami berharap pemerintah dapat menyetujui pengajuan kami,” kata Budiman, awal Mei lalu.
Berdasarkan catatan Kompas, anggaran tim dayung Indonesia belum turun karena belum ada kesepakatan anggaran antara pengurus PB PODSI dan Kemenpora. PB PODSI mengajukan anggaran Rp 34 miliar untuk menggelar pelatnas tiga disiplin dayung yakni rowing, kano/kayak, dan perahu naga. Adapun Kemenpora hanya bisa mengalokasikan anggaran Rp 14 miliar.