Patung Suro dan Boyo Raksasa di Kenjeran Jadi Ikon Baru Surabaya
Ikon Kota Surabaya, Jawa Timur, terus bertambah. Patung Suro dan Boyo setinggi 25,6 meter di Taman Suroboyo menjadi ikon Surabaya terbaru yang bisa dinikmati masyarakat Surabaya dan wisatawan yang berkunjung ke kota ini.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Ikon Kota Surabaya, Jawa Timur, terus bertambah. Patung Suro dan Boyo setinggi 25,6 meter di Taman Suroboyo menjadi ikon Surabaya terbaru yang bisa dinikmati masyarakat Surabaya dan wisatawan yang berkunjung ke kota ini.
Patung khas Kota Surabaya yang dibangun oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) melalui program tanggung jawab sosial perusahaan itu diserahterimakan sekaligus diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Rabu (29/5/2019), atau dua hari menjelang Hari Ulang Tahun Ke-726 Kota Surabaya.
”Patung Suro dan Boyo yang baru ini menjadi ikon baru Surabaya. Semoga bisa menjadi daya tarik baru wisatawan yang akan berkunjung ke Surabaya,” kata Risma.
Ikon Kota Surabaya kini tidak hanya bisa dinikmati dari darat, tetapi ada yang bisa dinikmati dari laut.
Patung Suro dan Boyo dibangun di kompleks Taman Suroboyo yang berada di kawasan Pantai Kenjeran. Patung ini memiliki tinggi 25,6 meter dengan diameter 15 meter dan berada di taman seluas 11.900 meter persegi. Di kawasan ini nantinya juga akan dibangun wahana kereta gantung. ”Ikon Kota Surabaya kini tidak hanya bisa dinikmati dari darat, tetapi ada yang bisa dinikmati dari laut,” ujar Risma.
Patung karya seniman Bali, I Wayan Inten, itu dibangun selama tiga bulan di Bali. Patung kemudian dikirim dalam bentuk potongan-potongan yang diangkut menggunakan peti kemas ke Surabaya untuk proses penyelesaian. Patung Suro dan Boyo di Taman Suroboyo ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan patung serupa yang berada di Kebun Binatang Surabaya dan Sungai Kalimas.
Di kawasan tersebut, selain patung Suro dan Boyo, wisatawan juga dapat menikmati Taman Suroboyo dan Pantai Kenjeran. Jika lapar, ada Sentra Ikan Bulak yang siap menyajikan kudapan-kudapan berbahan ikan laut segar yang ditangkap oleh nelayan setempat.
Di sebelah utara, wisatawan dapat sedikit bergeser untuk melihat Jembatan Suroboyo dan air mancur menari yang menyala setiap Sabtu malam. Selain itu, ada kampung warna-warni di Kenjeran yang menarik untuk dipotret dan diunggah ke media sosial.
Agar tetap menjadi destinasi wisata favorit wisatawan, menurut Risma, Surabaya harus memiliki hal yang baru setiap tahun. Destinasi baru terus dibangun agar orang tidak bosan kembali berkunjung ke Surabaya. ”Tanpa ada hal baru, sulit untuk menarik wisatawan datang,” ujarnya.
Surabaya, lanjut Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah Se-Asia Pasifik ini, tidak memiliki keindahan alam yang bisa dijual kepada wisatawan. Namun, hal itu bukan menjadi masalah karena destinasi wisata bisa diciptakan. Ikon kota dan lanskap khas Surabaya terus dibangun karena bisa menjadi daya tarik wisatawan.
Segala upaya untuk menarik wisatawan itu menjadikan Surabaya sebagai salah satu kota dengan kunjungan wisatawan mencapai 29,3 juta orang selama 2018. Sekitar 93 persen di antaranya merupakan wisatawan lokal.
”Jika pariwisata tumbuh, ekonomi masyarakat sekitar bisa meningkat. Tingkat hunian hotel dan pusat perbelanjaan juga tumbuh. Tentu harus diimbangi dengan perilaku warga yang ramah dan menjaga kebersihan,” kata Risma.
Swasta, lanjutnya, diharapkan ikut berpartisipasi membangun kota ini. Sebab, anggaran yang dimiliki Pemkot Surabaya terbatas, tetapi kebutuhan untuk menjalankan roda pemerintahan bagi 3 juta warga cukup banyak. Pada tahun ini, APBD Kota Surabaya mencapai sekitar Rp 9,5 triliun dengan capaian serapan tiap tahun tidak kurang dari 92 persen.
Direktur Utama Pelindo III Doso Agung bangga pihaknya bisa berpartisipasi membangun dan mempercantik Kota Surabaya. ”Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu fokus dari peta jalan tanggung jawab sosial perusahaan Pelindo III. Ini juga menjadi wujud BUMN hadir untuk negeri, bahwa BUMN tidak hanya melakukan usaha dan membangun infrastruktur, tetapi juga memberdayakan masyarakat,” ucapnya.
Sinergi Pelindo III dengan Pemkot Surabaya dalam mengembangkan pariwisata tepi laut (waterfront) bukan kali ini saja. Doso menuturkan, Pelindo III telah mengembangkan Surabaya North Quay di balkon terminal penumpang kapal laut Gapura Surya Nusantara di Pelabuhan Tanjung Perak.
Di destinasi maritim tersebut, pengunjung dapat menikmati pemandangan Selat Madura, Jembatan Suramadu, patung Jalesveva Jayamahe, dan melihat megahnya kapal pesiar internasional ketika sandar di Pelabuhan Tanjung Perak. ”Pelindo III juga mengembangkan area Petekan untuk wisata tepi sungai (riverside), seperti yang dikembangkan Pemkot di sisi Monumen Kapal Selam,” kata Doso Agung.