Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram menggelar apel peringatan Hari Lahirnya Pancasila di Mataram, Sabtu (1/6/2019). Berbeda dengan apel serupa di sejumlah tempat di Kota Mataram yang menggunakan pakaian dinas harian atau baju kopri, di lembaga tersebut peserta apel menggunakan busana atau pakaian adat dari berbagai suku.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram menggelar apel peringatan Hari Lahir Pancasila di Mataram, Sabtu (1/6/2019). Berbeda dengan apel serupa di sejumlah tempat di Kota Mataram yang menggunakan pakaian dinas harian atau baju kopri, di sana peserta apel menggunakan busana atau pakaian adat dari berbagai suku.
Pantauan Kompas, apel dimulai sekitar pukul 08.00 dengan inspektur upacara Ketua BBPOM Mataram Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih. Selain pengibaran Bendera Merah Putih, mereka juga menyanyikan Lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan Pancasila. Di bagian akhir, mereka menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
Apel berlangsung khidmat. Para peserta apel yang merupakan pegawai BBPOM terlihat mengenakan pakaian tradisional mulai dari suku Sasak, Suku Mbojo (Bima), dan Suku Bali. Para pegawai laki-laki yang mengenakan baju Sasak mulai dari sapuk atau ikat kepala, beskap, dan kain songket di bagian bawah. Begitu juga yang mengenakan pakaian adat Bali, ditambahkan udeng di kepala, kemeja Bali atau baju putih, serta kamen atau kain bawahan.
Sementara yang perempuan, mengenakan kebaya dengan beragam warna, selendang, dan bawahan songket. Selain itu, ada juga yang mengenakan busana muslim dipadukan dengan songket atau kain tenun sebagai bawahan.
“Setiap tanggal 1 Juni, kami selalu memeringati Hari Lahir Pancasila. Tahun ini, BBPOM seluruh Indonesia memperingatinya dengan menggunakan pakaian adat, termasuk di Mataram,” kata Suarningsih.
Menurut Suarningsih, penggunaan busana adat untuk menampilkan keberagaman yang ada di nusantara. “Bagaimana pun, Pancasila adalah pemersatu bangsa. Di sana, ada semangat persatuan, keberagamaan, sehingga kami juga mencoba menampilkan hal itu dengan berpakaian seperti ini. Saya misalnya, mengenakan pakaian Sasak,” kata Suarningsih.
Para pegawai maupun calon pegawai BBPOM antusias dengan apel ini. Adhyaksa Mahasena, calon pegawai mengatakan, kecintaan pada Indonesia harus terus didorong dan ditampilkan dengan berbagai cara, termasuk mengenakan pakaian adat. “Ini adalah upaya kita menghargai budaya dan menghargai Pancasila,” kata Adhyaksa.
Hal serupa juga disampaikan Junaidi (58), pegawai BBPOM. Menurut Junaidi yang dalam apel bertugas sebagai pembaca doa, mengenakan pakaian adat masing-masing memperlihatkan betapa kayanya Indonesia. “Keberagamaan adalah kekayaan Indonesia. Kita harus jaga seperti halnya menjaga Pancasila sebagai dasar negara. Tidak boleh diganggu gugat,” kata Junaidi.