Kehadiran penyedia aplikasi teknologi dengan berbagai fitur layanan atau aplikasi super mendorong hadirnya perusahaan rintisan khusus bisnis perangkat lunak dan solusi iklan terprogram.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran penyedia aplikasi teknologi dengan berbagai fitur layanan atau aplikasi super mendorong hadirnya perusahaan rintisan khusus bisnis perangkat lunak dan solusi iklan terprogram. Keduanya diperkirakan berperan penting di industri periklanan masa depan.
Sebutan aplikasi super atau super-apps mencuat saat perhelatan Bloomberg’s New Economy Forum, November 2018, di Singapura. Contoh fitur layanan yang disediakan oleh pemain aplikasi super adalah kemampuan berkomunikasi, berbelanja dalam jaringan, memesan angkutan umum, bermain gim, memesan jasa pengiriman makanan, dan membayar transaksi nontunai. Di Asia Pasifik, sudah ada beberapa pemain aplikasi super, seperti WeChat, Grab, dan Go-Jek.
Chief Product Officer Pocketmath Nuno Jonet, melalui surat elektronik, Minggu (9/6/2019), mengatakan, penyedia aplikasi super terus mengumpulkan dana melalui investor, modal ventura, dan pasar modal. Tujuannya adalah menjaga pertumbuhan untuk mencapai profit. Mereka tidak jarang mengembangkan model bisnis yang salah satu cara pemasarannya ”membakar uang tunai”. Hal ini berpeluang menyebabkan mereka kehilangan uang.
Aplikasi super menghasilkan sumber data yang potensial untuk agensi periklanan global dan pemilik merek.
Menurut dia, aplikasi super menghasilkan sumber data yang potensial untuk agensi periklanan global dan pemilik merek. Sumber data tersebut dihasilkan dari transaksi sehari-hari di berbagai fitur layanan. Solusi yang ditawarkan oleh perusahaan rintisan teknologi periklanan, seperti perusahaannya Pocketmath, memungkinkan pemilik aplikasi super melakukan pembelian dan penjualan iklan terprogram.
”Apabila sebagian dari arus kas mereka dapat dihubungkan untuk kebutuhan solusi teknologi periklanan inovatif, itu akan memungkinkan pemilik aplikasi super memonetisasi pengguna. Pengalaman konsumen saat menggunakan fitur-fitur aplikasi yang ada pun bertambah. Pada akhirnya, hal itu bisa membantu prospek bisnis jangka panjang pemilik aplikasi super,” ujar Nuno.
Penerbit iklan tradisional, seperti media massa dan berita daring, akan tetap berkembang pada masa depan, selama mereka mau memperbarui model bisnis komersial mereka demi memenuhi tuntutan baru di era digital. Penurunan penjualan konten produk di media tradisional akan terjadi meskipun tetap masih ada konsumen bersedia membayar langganan.
Nuno mengemukakan, bagi penerbit iklan tradisional yang berhasil mulai bertransformasi akan menghadapi tantangan membujuk konsumen untuk membayar produk digital.
”Kami menganggap aplikasi super sebagai generasi baru penerbit. Dia (aplikasi super) seperti media tradisional, yang menangkap jutaan bola mata setiap hari melalui saluran televisi, cetak, dan daring, aplikasi super menjadi penerbit dan tersedia dari ponsel pintar konsumen. Data yang mereka hasilkan sehubungan dengan kebiasaan dan preferensi belanja pengguna sangat berharga bagi pengiklan,” katanya.
Nuno menekankan, perhatian konsumen bernilai bagi pengiklan. Di aplikasi super, karena jutaan pelanggan membuat keputusan pembelian setiap hari, baik itu tumpangan maupun membeli makanan untuk dikirim ke rumah mereka, data mereka bisa dibilang paling berharga bagi pengiklan.
CEO Pocketmath Joanne Joynson-Hewlett, dalam tulisan opininya di TheDrum (22/4/2019), mengatakan, pengeluaran belanja iklan di Asia diperkirakan tumbuh sekitar 18 persen dari tahun ke tahun. Apabila belanja untuk iklan terprogram diikutsertakan, dia memproyeksikan ada tambahan nilai pengeluaran.
Dia mengatakan, pasar Asia lebih lambat mengadopsi perangkat lunak dan solusi iklan terprogram dibandingkan wilayah lainnya.
Mengutip laporan Google-Temasek ”E-Economy SEA 2018”, penyedia layanan ride-hailing di Asia Tenggara telah menarik investasi lebih dari 10 miliar dollar AS selama tiga tahun terakhir. Ada sekitar 35 juta pengguna aktif aplikasi ride-hailing pada tahun 2018. Rata-rata terdapat 8 juta perjalanan per hari atau empat kali lebih banyak dibandingkan 2015.
Dalam laporan itu juga disebutkan prediksi kedua penyedia ride-hailing, yakni Go-Jek dan Grab, berkompetisi menjadi aplikasi super. Dua fitur layanan mereka yang bersaing ketat adalah pengiriman makanan dan layanan keuangan elektronik.
”Aplikasi super di Asia Tenggara dapat menyediakan sumber data yang kaya untuk agensi periklanan dan pemilik merek global yang ingin menjangkau lebih besar konsumen di wilayah ini,” kata Joanne.
Pocketmath mulai dirintis tahun 2014 di Singapura. Beberapa investor internasional menyuntikkan modal, misalnya Rakuten Ventures. Saat ini, Pocketmath telah membantu pendistribusian sekitar 30 miliar konten iklan terprogram setiap hari ke seluruh dunia.
Pocketmath membantu distribusi sekitar 30 miliar konten iklan terprogram setiap hari ke seluruh dunia.
Selain Pocketmath, perusahaan rintisan lain yang bergerak di sektor serupa adalah Glispa. Produknya memudahkan pemilik merek mendapatkan konversi dari iklan yang ditampilkan melalui perangkat komunikasi bergerak. Sejauh ini, beberapa pemilik aplikasi untuk agen perjalanan dan aplikasi perdagangan secara elektronik atau e-dagang Indonesia telah jadi klien Glispa.
Grab telah memiliki layanan GrabAds yang membantu pemilik merekuntukmemanfaatkan armada mitra pengemudi Grab yang tersebar luas dan jejak digital yang dihasilkan hasil transaksi Grab di mana pun. Go-Jek pun mempunyai layanan senada setelah Go-Jek mengakuisisi Promogo, perusahaan penyedia layanan pemasangan iklan di kendaraan, pada September 2018.
Head of Marketing GrabFood and New Business Grab Indonesia Ichmeralda Rachman mengungkapkan, pada Ramadhan 2019 telah terjadi peningkatan pesanan di fitur GrabFood hingga lima kali lipat. Data transaksi yang terekam bisa menggambarkan perilaku konsumen. Sebagai contoh, selama bulan puasa 2019, minuman bubble tea dingin jadi favorit masyarakat. Untuk makanan, ayam geprek banyak digemari konsumen.