Vatikan Dukung Alumni Cipayung Gelar Dialog di Tiga Negara
Oleh
Tri Agung Kristanto
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Alumni Kelompok Cipayung, yang beranggotakan mantan aktivis organisasi kepemudaan, akan menggelar Konferensi Internasional Perdamaian di tiga negara tahun depan. Tahta Suci Vatikan, melalui Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, Markus Solo Kewuta SVD mendukung rencana konferensi itu, yang akan digelar di kota Vatikan, Kairo (Mesir), dan Jakarta.
Konferensi Internasional Perdamaian itu sesuai dengan semangat Deklarasi Abu Dhabi, yang ditandatangani Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Seikh Ahmed al-Thayeb pada Februari 2019 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE). Deklarasi Abu Dhabi itu berjudul “Documento Sulla – Fratellanza Umana Per Pace Mondiale E La Convivenza Comune” atau “Sebuah Dokumen tentang– Persaudaraan Umat Manusia untuk Perdamaian dan Hidup Bersama”. Dokumen yang bersejarah ini diterjemahkan dalam tujuh bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jerman, dan Italia.
Dukungan dari Vatikan itu disampaikan Markus Solo saat menerima kunjungan Ketua Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Hermawi F Taslim di Vatikan, pekan lalu. Dalam kunjungan itu, Hermawi didampingi Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro.
"Kami, Alumni Cipayung, Rabu (12/6/2019) ini sudah membahas persiapan penyelenggaraan konferensi internasional itu,"jelas Hermawi di Jakarta, Rabu.
Kelompok Cipayung dibentuk oleh aktivis PMKRI bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Alumni organisasi kemahasiswaan itu pun tetap bersama, dan membentuk Kelompok Alumni Cipayung.
Dalam tiga seri
Menurut Hermawi, konferensi internasional itu akan berlangsung dalam tiga seri, yaitu di Vatikan pada Juni 2020, dilanjutkan di Kairo (Agustus 2020), dan terakhir di Jakarta pada November 2020. Oleh karena Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, ia berharap konferensi perdamaian itu di Vatikan dapat dibuka oleh Paus Fransiskus.
Di Kairo, konferensi diharapkan dibuka oleh Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Di Indonesia, diharapkan presiden akan membuka konferensi itu.
Konferensi internasional oleh Kelompok Alumni Cipayung ini diharapkan memberi dampak yang positif bagi perdamaian dunia
Konferensi itu tak hanya melibatkan alumni Kelompok Cipayung, tetapi juga aktivis dan tokoh lintas agama dari Indonesia maupun mancanegara. “Jika ada peserta atau pengamat internasional yang ingin menghadiri konferensi perdamaian ini, kami sangat terbuka. Hanya mekanismenya sedang dibahas bersama agar tujuan konferensi perdamaian oleh Kelompok Alumni Cipayung ini sesuai dengan misinya. Konferensi ini juga merupakan cara Indonesia mewujudkan perdamaian dunia, sebagaimana yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945,” papar Hermawi, yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Partai Nasdem.
Terkait dengan rencana penyelenggaraan konferensi perdamaian ini, pengurus lengkap Forum Alumni Cipayung akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo, untuk mendapatkan masukan dan sekaligus dukungan dari pemerintah.
"Dalam konteks perdamaian dunia, konferensi internasional oleh Kelompok Alumni Cipayung ini diharapkan memberi dampak yang positif bagi perdamaian dunia sebagaimana diharapkan Deklarasi Abu Dhabi,” ujar Hermawi.
Konferensi perdamaian internasional itu, lanjut Hermawi, merupakan agenda dan sekaligus momentum strategis untuk Indonesia, sekaligus menegaskan posisi sentralnya dalam mewujudkan perdamaian global.
Makna kenabian
Menurut Markus Solo, Deklarasi Abu Dhabi merupakan sebuah dokumen yang memiliki makna profetik atau kenabian. Artinya, deklarasi ini memuat hal-hal yang merupakan batu sandungan di dalam perjalanan umat manusia menuju masyarakat yang damai, adil dan makmur secara kasat mata.
Batu sandungan itu dimuat secara sangat jelas atau nyata, meskipun terasa sangat menyakitkan, sekaligus ingin mengingatkan kepada umat manusia itulah masalah-masalah yang harus ditelusuri bersama secara jujur. Umat manusia mencari makna dan solusinya secara bersama-sama pula.
“Jadi, ini merupakan dokumen dengan makna profetik,” ujar Sekretaris Dewan Kepausan itu.
Kaum Muslim di negara-negara Barat agar berintegrasi secara positif dengan warga lokal dan menghormati hukum serta tradisi di sana.
Laporan Kompas mencatat Al-Azhar dan Vatikan mencetak sejarah penting dengan menandatangani dokumen persaudaraan manusia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 4 Februari 2019. Penandatanganan dokumen, yang disebut Deklarasi Abu Dhabi itu dihadiri Wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA, yang juga Gubernur Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum serta Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Hadir pula lebih dari 400 tokoh agama dan budaya dari mancanegara (Kompas, 6/2/2019)
Deklarasi Abu Dhabi dinilai sebagai dokumen terpenting dalam sejarah hubungan Al-Azhar dan Vatikan, serta hubungan antara Islam dan Kristen. Paus Fransiskus menegaskan, tidak ada kekerasan yang dibenarkan oleh agama mana pun. Tak dibenarkan seseorang menggunakan agama untuk menebarkan kebencian, kekerasan, radikalisme, dan fanatisme buta.
Sheikh Ahmed al-Tayeb menyerukan perlindungan bagi kaum Kristiani di Timur Tengah sebagai mitra se-Tanah Air. Ia juga mengimbau kaum Muslim di negara-negara Barat agar berintegrasi secara positif dengan warga lokal serta menghormati hukum dan tradisi di sana.
UEA menjadi negara Arab Teluk pertama yang menandatangani hubungan kerja sama dengan Vatikan. Kunjungan Paus ke Abu Dhabi bersamaan dengan keputusan pemerintah UEA menjadikan tahun 2019 sebagai tahun toleransi, dan menjadikan UEA sebagai pusat toleransi internasional.
Deklarasi Abu Dhabi berisikan: pertama, seruan pada pemimpin dunia, pemegang keputusan politik dan ekonomi internasional agar bekerja keras menyebarkan budaya hidup berdampingan secara damai dan toleran. Kedua, menghargai pencapaian positif dalam peradaban modern, tetapi dalam waktu yang sama prihatin atas fenomena merosotnya etika, nilai spiritualisme, dan tanggung jawab sehingga terjadi sikap kecewa, putus asa, pengisolasian diri, ateis, dan radikal.
Ketiga, menyerukan kebangkitan peran agama dan menjadikan agama sebagai pijakan bagi generasi baru dengan memegang teguh nilai-nilai perdamaian, menjunjung nilai saling mengenal satu sama lain, persaudaraan manusia, hidup berdampingan secara damai, serta terus menancapkan hikmah, keadilan, dan kebaikan. Keempat, menyerukan pengakuan hak perempuan dalam pendidikan, pekerjaan, dan hak politik mereka.
Kelima, menyerukan perlindungan hak anak kecil dalam makanan, pendidikan, dan pemeliharaan dalam keluarga, serta melindungi pula hak-hak kaum papa dan kaum lemah. Keenam, menyerukan rekonsiliasi dan membangun persaudaraan antar-pemeluk agama, bahkan antara pemeluk agama dan lainnya atau semua orang yang mempunyai niat demi terwujudnya perdamaian dunia.
Ketujuh, Gereja Katolik dan Al-Azhar yang berkedudukan di Kairo akan bekerja sama menyampaikan misi dan visi dokumen persaudaraan manusia ini kepada para pemimpin dunia, organisasi internasional, organisasi regional, lembaga masyarakat sipil, lembaga agama di seluruh dunia, tokoh-tokoh agama, budaya dan ekonomi.