JAKARTA, KOMPAS — Setelah pemilu usai, pemerintah kembali fokus pada urusan ekonomi. Apalagi perang dagang Amerika Serikat-China, yang berdampak pada kondisi perekonomian global, semakin sengit.
Kendati perang dagang dilihat sebagai masalah besar, Presiden Joko Widodo menilai ada peluang yang bisa dimanfaatkan pengusaha-pengusaha Indonesia. Indonesia bisa memperbesar kapasitas dan mengisi celah yang ditinggalkan produk China yang biasa mengisi AS. Produk-produk itu antara lain tekstil dan garmen, produk elektronik, serta mebel.
”Peluang-peluang seperti ini secara detail harus kita lihat dan manfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan ekspor kita,” kata Presiden Joko Widodo dalam pertemuan dengan pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Acara itu dihadiri antara lain Ketua Umum Kadin Rosan P Roeslani dan Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia. Presiden Joko Widodo yang didampingi Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika dan pengusaha Erick Thohir mendapat masukan dari para pengusaha untuk memanfaatkan peluang terkait perang dagang AS-China. Masukan itu antara lain terkait kebijakan sektor riil.
Seusai pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit, Rosan menjelaskan harapan pengusaha agar defisit transaksi berjalan bisa ditekan. Menurut dia, jika hanya mengandalkan pada kebijakan fiskal dan moneter, pertumbuhan Indonesia dikhawatirkan tak akan lebih dari 5 persen. Untuk memanfaatkan bonus demografi Indonesia dan keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, diperlukan pertumbuhan ekonomi sekitar 7 persen.
Oleh karena itu, pemerintah perlu memperkuat kebijakan di sektor riil. Kadin mengusulkan, antara lain, mendorong pendidikan vokasi yang masif dan merata serta mempercepat peningkatan kualitas sektor pariwisata.
Indonesia mendapat devisa 17 miliar dollar AS dari 15 juta wisatawan mancanegara (wisman). Adapun Thailand memperoleh 60 miliar dollar AS dari 38 juta wisman. Dengan demikian, pengeluaran wisman di Thailand lebih besar daripada di Indonesia.
Untuk jangka menengah-panjang, Kadin mendorong pemerintah melanjutkan reformasi perpajakan. Diharapkan, Indonesia semakin kompetitif dan menjadi tujuan utama relokasi investasi.
Bahlil menambahkan, pengusaha berharap pertumbuhan ekonomi tetap memperhatikan pemerataan. Pengusaha muda juga perlu mendapat ruang agar bisa membesar.
Perang dagang AS-China merupakan salah satu risiko yang dihadapi perekonomian dunia. Risiko itu membuat pemulihan kondisi ekonomi global menjadi tidak secepat perkiraan semula.
Bank Dunia bahkan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini, dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen. Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksinya, dari 3,5 persen menjadi 3,3 persen.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2019 sebesar 3,3 persen.
Momentum
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, yang ditemui seusai halalbihalal di Kemenperin, Rabu, menyebutkan, pelaku industri China akan memilih negara tujuan relokasi. Pemilihan itu sesuai dengan karakteristik setiap industri.
”Mereka (China) memilah dan memilih industrinya. Jadi tergantung strukturnya, apakah lebih ke hilir atau butuh bahan baku. Indonesia pasti ingin menarik industri yang berbasis elektronika, garmen, alas kaki, dan makanan-minuman,” ujar Airlangga.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Benny Soetrisno mengatakan, perang dagang diibaratkan sebagai momentum pengingat Indonesia sebagai pemilik pasar domestik yang besar. Potensi ini mesti dimanfaatkan dengan optimal untuk menghadapi tekanan perdagangan di pasar global.
Menurut Benny, pemerintah harus bersinergi dengan dunia usaha agar Indonesia dapat memanfaatkan perang dagang AS-China.
Pemerintah dapat membantu memasok data detail produk—lengkap dengan nomor sistem terharmonisasi (harmonized system/HS number)—dari China yang dikenai kenaikan tarif di AS dan sebaliknya.
”Sampaikan hal itu kepada pengusaha Indonesia agar dapat menawarkan produk serupa kepada pembeli di AS ataupun China,” kata Benny.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas Indonesia ke China pada Januari-April 2019 sebesar 7,273 miliar dollar AS atau sekitar 14,85 persen dari total ekspor nonmigas. Adapun ekspor Indonesia ke AS pada Januari-April 2019 sebesar 5,54 miliar dollar AS atau 11,32 persen dari total ekspor nonmigas.
Sementara impor nonmigas Indonesia dari China pada Januari-April 2019 sebesar 14,374 miliar dollar AS atau 29,47 persen dari total impor pada periode itu. Impor nonmigas Indonesia dari AS sebesar 2,63 miliar dollar AS atau 5,39 persen dari total impor.
Total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-April 2019 mencapai 48,975 miliar dollar AS, sedangkan impor nonmigas Indonesia 48,77 miliar dollar AS. (INA/CAS)