JAKARTA, KOMPAS - Tim pelatnas angkat besi Indonesia akan menjadikan Prakualifikasi PON 2020 sebagai ajang untuk seleksi tim nasional menuju SEA Games 2019. Ajang ini juga dipakai sebagai sasaran antara menuju kometisi yang lebih penting, yaitu Kejuaraan Dunia Angkat Besi IWF 2019.
Prakualifikasi PON akan bergulir pada 19-24 Agustus di Bandung, Jawa Barat. Tiga pekan setelah ajang itu, tim Indonesia akan mengikuti Kejuaraan Dunia IWF 2019. Kejuaraan yang termasuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 itu akan bergulir di Pattaya, Thailand, 16-27 September.
Lifter senior Triyatno mengatakan, saat ini dirinya berlatih maksimal menuju prakualifikasi PON. ”Ajang itu dipakai sebagai seleksi nasional. Bagaimana pun juga, saya tidak boleh kalah dari lifter daerah. Saya tidak mau posisi saya digeser,” katanya di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Bermain di kelas 73 kilogram bersama lifter yunior Rahmat Erwin Abdullah, Triyatno memasang target bisa melakukan angkatan total 330 kg (snatch 145 kg, clean and jerk 185 kg). Target itu melewati pencapaian terbaiknya pada Kejuaraan Dunia 2018, yaitu total 325 kg (snatch 145 kg, c&j 180 kg).
Namun, saat ini angkatan Triyatno masih jauh dari target. Pada Kejuaraan Asia yang bergulir di Ningbo, China, 18-28 April 2019, Triyatno mengukir angkatan total 318 kg (snatch 140, c&j 178 kg). Jumlah angkatan itu bahkan menurun selama latihan di bulan puasa.
Triyatno mengatakan, dia memang belum mencapai penampilan terbaiknya. Hal itu disebabkan masih ada trauma cedera lutut dan program latihan belum sesuai kebutuhan. ”Dalam waktu dua bulan ini, harus ada peningkatan latihan,” katanya.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, pelatih sengaja menempatkan dua lifter senior-yunior di setiap nomor untuk memastikan gairah kompetisi tetap menyala. Kategori putra 55 kg diisi lifter Surahmat dan Joni Susanto. Lifter Eko Yuli Irawan dan M Faathir mengisi kelas 61 kg. Deni dan M Yasin mengisi kelas 69 kg. Adapun Triyatno dan Rahmat Erwin Abdullah di kelas 73 kg.
Sementara itu, kategori putri relatif sulit setelah ditinggal Sri Wahyuni Agustiani. Kekuatan tim putri bertumpu pada Lisa Setiawati (kelas 45 kg), Windy Cantika Aisah dan Riska Nur Amanda (49 kg), Syarah Anggraini dan Juliana Clarisa (55 kg), Putri Aulia (59 kg), Alfian Rahmadani (64 kg), dan Yurifah Mel Sandi (71 kg).
Apabila penampilan senior merosot di Prakualifikasi PON, posisi mereka bisa diganti pelapisnya. ”Saya ingin atlet tampil kompetitif, jadi tidak ada atlet yang bisa leha-leha. Kalau dalam dua bulan ini penampilan tidak sesuai harapan, kami bisa kehabisan waktu,” kata Dirdja.
Dirdja mengatakan, dirinya tidak khawatir penampilan atlet turun karena waktu Prakualifikasi PON yang berdekatan dengan Kejuaraan Dunia 2019. ”Atlet akan tampil sesuai dengan kategori lomba. Kami menganggap Prakualifikasi PON untuk mengevaluasi penampilan atlet. Selain itu, kami sudah menyiapkan program pemulihan untuk atlet,” katanya.