Suasana haru terasa di ruang konferensi pers di Putrajaya, Malaysia, saat pebulu tangkis terbaik Malaysia, Lee Chong Wei, menyatakan pensiun dari dunia yang membesarkan namanya.
“Saya di sini untuk mengumumkan pensiun setelah 19 tahun bersama Federasi Bulu Tangkis Malaysia. Ini keputusan yang berat karena saya sangat mencintai olahraga ini,” kata mantan pebulu tangkis nomor satu dunia Lee Chong Wei. Pernyataan emosional itu disampaikan kepada media dan disiarkan di laman Facebook Federasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM), Kamis (13/6/2019).
Pebulu tangkis terbaik yang pernah dilahirkan Malaysia itu sempat menunduk dan menangis. Menteri Belia dan Sukan Malaysia Syed Saddiq bin Syed Abdul Rahmad dan Presiden BAM Datuk Seri Norza Zakaria, yang duduk mengapit Lee, menepuk bahunya untuk menenangkan.
Setelah menarik nafas panjang, Lee menyebutkan nama-nama yang berjasa mendukung karir bulu tangkisnya, termasuk pelatih asal Indonesia, Hendrawan, dan pelatih asal Malaysia, Tey Seu Bock. Lee Chong Wei juga berterima kasih kepada masyarakat, media, keluarga, teman-teman, dan tim official, yang selama belasan tahun mendukungnya.
Hendrawan, yang melatih Lee sejak 2015, mengatakan, ini adalah keputusan terbaik yang diambil atletnya. ”Dokter tidak menyarankan Lee latihan berat demi kesehatannya. Padahal, Lee sedang mengejar peringkat untuk Olimpiade. Untuk mencapai penampilan terbaik butuh kerja keras. Ini kepususan terbaik untuk kesehatannya,” kata Hendrawan, dari Malaysia.
Lee terkenal karena latihan kerasnya yang melelahkan dan berulang kali memaparkan keinginan kuatnya mempersembahkan medali emas Olimpiade perdana untuk Malaysia.
Sepanjang karirnya, Lee tiga kali lolos ke final Olimpiade, namun selalu gagal di final. Dia meraih perak di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 setelah dikalahkan seteru utamanya, Lin Dan (China). Di final Rio de Janeiro 2016, dia dikalahkan pemain China lainnya, Chen Long.
Pebulu tangkis yang disebut “Raja Superseries” itu juga mengoleksi 705 kemenangan dan 69 gelar, termasuk lima emas Commonwealth Games, empat gelar All England dan 47 kali menang Superseries.
Diagnosis kanker
Meski masih penasaran dengan emas Olimpiade, nasib berkata lain. Pada September 2019, Lee didiagnosis mengidap kanker nasofaring satdium awal. Penyakit itu membuatnya mundur dari Kejuaraan Dunia dan Asian Games 2018. Setelah menjalani serangkaian pengobatan di Taiwan, Lee kembali ke Malaysia April lalu, dan berlatih Satu bulan. Namun, akhirnya dia menyerah.
Lee pernah menempati peringkat nomor satu dunia selama empat kali. Dia tampil terakhir kali di Istora Senayan, Jakarta, Juli 2018, sepekan setalah meraih gelar terakhirnya di Malaysia Terbuka 2018. PAda babak semifinal Indonesia Terbuka, dia kalah Kento Momota (Jepang), 23-21, 21-12.
Usai pertandingan, seorang jurnalis bertanya apa rencana Lee setelah pensiun. Dengan nada tinggi, Lee menjawab, ”Siapa yang bilang saya pensiun? Masih banyak kejuaraan sampai Olimpiade Tokyo 2020. Saya masih akan terus bermain,” katanya, ketika itu.
Tekad kuat itu membawanya bangkit setelah dijatuhi larangan bertanding selama delapan bulan karena positif doping zat anti-inflamasi pada Kejuaraan Dunia 2014. Ketika itu, Lee berargumen tidak sengaja mengonsumsi obat untuk mengatasi cedera paha.
Saat kembali bermain, Lee menapak kembali dari bawah. Dari peringkat 182 pada Mei 2015, Lee melesat ke peringkat satu jelang Olimpiade Rio. Namun, di Rio dia kembali harus mengubur mimpi emas. Kali ini, dalam usia 36 tahun, Lee akhirnya berhenti.
Syed Saddiq menuturkan, Lee adalah pahlawan dan pejuang sejati bagi masyarakat Malaysia dan dunia. ”Dia adalah pejuang, tidak hanya untuk dunia bulu tangkis, tetapi olahraga secara keseluruhan. Lee adalah pahlawan untuk semua generasi, semua latar belakang etnis dan agama di Malaysia. Saat Lee Chong Wei bertanding, masyarakat bersatu mendukung dia,” katanya.
Pertemuan Lee dengan tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, pada perempat final Piala Thomas 2018 menunjukkan pertandingan bulu tangkis tidak mengenal batas usia. Keduanya berselisih usia 15 tahun.
Di Bangkok, Thailand, itu Lee menang, 21-19, 21-16. Seusai laga, Lee mengatakan, Indonesia punya pemain tunggal putra yang bagus. Tetapi, untuk menjadi juara, dibutuhkan tak hanya teknik dan fisik prima, tetapi mental kuat untuk menghadapi siapa pun lawan.
Pelatih tunggal putra Indonesia, Hendry Saputra Ho, mengatakan, tak mudah untuk memenangkan laga melawan Lee. “Dia pemain yang komplit, varitif, agresif. Dia punya segalanya,” ujarnya.
Dengan pensiunya Lee, menurut Hendry, era baru bulu tangkis tunggal putra dimulai. “Saya harus jujur, ini sedikit lebih memudahkan Indonesia mencapai hasil maksimal atau menjadi juara karena pesaingnya berkurang satu,” kata Hendry.