Mo Salah, Duta Islam Moderat
NAGRIG, desa kecil dan sangat sederhana sekitar 130 kilometer utara kota Kairo, Mesir, tiba-tiba kesohor ke seantero dunia. Kesohoran desa ini tak lepas dari nama besar bintang sepak bola asal desa itu, Mohamed Salah.
Para pengamat, peminat, dan pencinta sepak bola, terutama di Eropa dan Afrika, kini sudah sangat akrab dengan nama desa kecil itu. Mereka datang jauh-jauh dari Eropa ke Mesir hanya untuk melihat langsung kehidupan masyarakat di Desa Nagrig yang telah melahirkan Salah, bintang sepak bola yang tetap bersahaja.
Salah (27), yang punya nama lengkap Mohamed Salah Hamed Mahrous Ghaly dan populer dengan julukan ”Mo Salah”, kini penjadi pujaan para Liverpudlian dan Kopites— sebutan bagi fans klub Liverpool. Sedemikian tersengsemnya kepada Salah, fans Liverpool sering mendendangkan koor, ”Jika dia cetak gol lagi, aku akan jadi Muslim juga”, setiap Salah mencetak gol.
Desa Nagrig berlokasi di Distrik Basyoun, Provinsi Gharbia, 2,5-3 jam perjalanan berkendara melalui jalan Kairo-Alexandria. Desa itu berpenduduk sekitar 10.000 jiwa dengan mata pencarian utama sebagai petani.
Dalam kunjungan Kompas, Kamis (13/6/2019), Desa Nagrig terlihat sangat tenang dan sederhana. Jalan-jalan di desa itu masih berupa tanah berdebu dengan lebar 3 meter hingga 4 meter saja. Sebagian besar kendaraan yang lalu lalang berupa kendaraan roda tiga, yang oleh penduduk setempat disebut tuk-tuk.
Sepeda motor dan kendaraan roda empat kadang terlihat melintasi jalanan Desa Nagrig. Jika berpapasan, kendaraan roda empat harus bergerak pelan karena jalan sempit.
”Ini gedung sekolah yang baru dibangun Mo Salah,” ujar Mohamed Shahata (40) yang mengantar Kompas ke area sekolah itu. Shahata adalah tukang potong rambut. Ia mengaku beberapa kali mencukur rambut Salah ketika pemain itu masih tinggal di Nagrig.
Selain membangun sekolah, Salah juga akan membangun instalasi pengolahan air dan tempat pembuangan limbah di desanya dengan mengucurkan dana 330.000 pound sterling atau sekitar Rp 6 miliar. Dari pertemuan dengan sejumlah warga desa terlihat kebanggaan mereka kepada Salah.
Sedemikian tersengsemnya kepada Salah, fans Liverpool sering mendendangkan koor, ”Jika dia cetak gol lagi, aku akan jadi Muslim juga”, setiap Salah mencetak gol.
Di sana-sini, di warung-warung, toko-toko, dan rumah- rumah warga, terlihat stiker bergambar Salah. Pemandangan itu sudah terlihat sejak dari Distrik Basyoun serta semakin menjamur di toko dan rumah- rumah penduduk Desa Nagrig. Beberapa pemuda yang lalu lalang di jalanan desa itu sering terlihat pula mengenakan kaus Liverpool bergambar Salah.
Anak Delta Mesir
Salah lahir di Desa Nagrig pada 15 Juni 1992. Desa itu berada di wilayah Delta Mesir, urat nadi negara Mesir, dengan aliran Sungai Nil yang menghijaukan wilayah tersebut. Banyak tokoh dan bintang Mesir dari berbagai bidang lahir dan berkembang di wilayah delta itu, tak terkecuali Salah.
Perjalanan menuju Desa Nagrig dari Kairo bisa ditempuh melalui jalan Kairo-Alexandria jalur pertanian. Jalur ini dikenal sebagai jalur lama Kairo-Alexandria. Di sepanjang kiri dan kanan jalan, tersaji pemandangan area pertanian yang sangat subur, serta melewati kota-kota dan desa-desa yang padat penduduk.
Wilayah sepanjang dari kota Kairo hingga Alexandria jalur pertanian itu dikenal sebagai wilayah Delta Mesir. Berada di wilayah Delta Mesir terasa tidak seperti berada di wilayah Timur Tengah. Melainkan, lebih terasa seperti berada di Pulau Jawa yang hijau dan subur.
Berada di wilayah Delta Mesir terasa tidak seperti di wilayah Timur Tengah, melainkan seperti berada di Pulau Jawa yang hijau dan subur.
Wilayah Delta merupakan tempat konsentrasi terbesar penduduk Mesir yang mencapai hampir 100 juta jiwa. Wilayah ini menjadi pusat pertanian, ekonomi, budaya, serta sumber daya manusia (SDM) negara itu. Berkat lahannya yang sangat subur, sebagian besar profesi penduduk wilayah Delta Mesir adalah petani. Desa Nagrig, seperti halnya pedesaan di wilayah Delta Mesir, adalah desa yang dikelilingi lahan pertanian. Sebagian besar penduduknya adalah petani.
Karena itu, budaya masyarakat desa Nagrig yang terbentuk dan berkembang adalah budaya masyarakat petani yang karakteristiknya cenderung sederhana, stagnan, moderat, dan religius. Tidak terlihat mobilitas yang tinggi di jalanan desa Nagrig. Hal ini tak lepas dari kenyataan sebagian besar penduduk desa itu berada di ladang-ladang pertanian di siang hari.
Perjalanan karier
Di desa pertanian itulah, Salah lahir dan dibesarkan. Ia memulai karier pesepakbola bersama klub Mesir, El Mokawloon. Kompetisi sepak bola Mesir dihentikan akibat insiden kerusuhan suporter klub Al-Masry dan Al-Ahly di Stadion Port Said, Mesir, pada 2012. Bagi Salah, itu justru menjadi awal petualangan Mohamed Salah menjelajah Eropa.
Saat liga dihentikan, tim nasional Mesir U-23 yang disiapkan tampil di Olimpiade London 2012 membutuhkan lebih banyak uji coba, salah satunya melawan klub Swiss, FC Basel. Salah tampil di babak kedua dan menceploskan dua gol dalam kemenangan 4-3. Salah berada dalam radar Basel dan diberi kesempatan magang.
Dia akhirnya menandatangani kontrak empat tahun sebelum membawa Mesir ke babak delapan besar Olimpiade 2012 dengan mencetak gol ke gawang Brasil, Selandia Baru, dan Belarus. Dari Basel dia menuju London, bergabung dengan Chelsea, tempat dia menjalani masa sulit. Salah kemudian dipinjamkan ke Fiorentina dan berlabuh di AS Roma.
Dari Roma, Salah bersinar terang di Liverpool. Dia menceploskan 43 gol dalam 50 laga di semua kompetisi pada musim pertamanya bersama ”The Reds”. Dia juga mengantar Liverpool ke final Liga Champions pertama sejak Keajaiban Istanbul 2005. Dia pun dijuluki ”Raja Mesir” di Merseyside.
Salah mengantar Mesir ke putaran final Piala Dunia 2018 melalui tendangan penalti yang menjadi penentu kemenangan 2-1 atas Kongo. Piala Dunia pertama Mesir sejak Italia 1990 itu mengukuhkan Salah sebagai ikon baru negaranya.
Di tengah tekanan ekonomi Mesir sejak gelombang Musim Semi Arab, aksi Salah di lapangan hijau menjadi oase bagi rakyat Mesir.
Liukan Salah saat menggocek bola memberikan kebahagiaan dan menghadirkan senyum di wajah rakyat Mesir yang sering mengalami masa sulit sejak gelombang Musim Semi Arab. Sejak 2011, inflasi mendongkrak harga barang-barang kebutuhan pokok di Mesir. Di tengah tekanan ekonomi itu aksi Salah di lapangan hijau menjadi oase bagi sebagian besar rakyat Mesir.
”Selama revolusi kami tak peduli pada sepak bola. Tetapi, sekarang kami mulai menonton lagi. Sepak bola mengalihkan perhatian kami,” ujar William Fawzy, warga Kairo, kepada The Independent.
Menaklukkan Eropa
Pada 1 Juni lalu, ia ikut mengantarkan Liverpool menjuarai Liga Champions dengan mengalahkan Tottenham Hotspur, 2-0, di final. Satu dari dua gol kemenangan itu lahir dari kaki Salah melalui titik penalti.
Namun, dengan segala kehebatannya di lapangan, seperti ditulis John Oliver, pemandu acara HBO Last Week Tonight with John Oliver, di majalah Time, ”Mo Salah lebih terlihat sebagai orang baik dibandingkan pemain sepak bola.” Kepribadiannya tidak terpengaruh oleh kehebatan dan status kebintangannya. Sangat jarang atlet profesional bisa seperti itu, tulis Oliver. Dalam edisi 28 April-6 Mei 2019, Time menempatkan Salah dalam daftar 100 Tokoh Paling Berpengaruh.
Majalah The Economist edisi 6 Juni 2019 menulis, Salah telah ikut membantu mengatasi masalah Islamofobia di Liverpool. Menurut Mohamed Heghazi (45), saudara sepupu Salah yang ditemui Kompas, Salah bahkan memberikan banyak pesan positif tentang Islam kepada Eropa lewat kepribadian religius moderat dan sederhana.
”Penduduk desa ini sangat religius. Sebagian besar penduduk di sini adalah petani yang penghasilannya sangat tergantung dari alam semesta,” ujar Heghazi dalam percakapan di depan rumah Salah. ”Maka, jangan heran kalau Salah sangat religius karena dia ditempa di lingkungan Desa Nagrig yang masyarakatnya dikenal religius dan sederhana.”
Heghazi mengungkapkan, di Desa Nagrig ini banyak sheikh atau ulama. Sekitar 3 kilometer dari desa tersebut terdapat sekolah Al-Azhar. Kesuksesan luar biasa Salah di Eropa saat ini, lanjut Heghazi, sangat menguntungkan dunia Islam. Lewat kesuksesan besar sebagai bintang sepak bola, sekaligus seorang religius moderat dan sederhana, Salah telah membantu mengubah stigma tentang Islam di Barat. (AGUNG SETYAHADI)