logo Kompas.id
UtamaKeberuntungan Baru Brasil
Iklan

Keberuntungan Baru Brasil

Oleh
Herpin Dewanto Putro
· 4 menit baca

Tuan rumah Copa America 2019, Brasil, ingin kembali lagi untuk merasakan kejayaan yang pernah mereka raih satu abad silam. Di hadapan Bolivia, mereka sudah menyampaikan sebuah pesan.

https://cdn-assetd.kompas.id/odeNPUjbFB5ZhydS2XLYsemPYRw=/1024x682/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Fbra-bol03_1560605513.jpg
PEDRO UGARTE / AFP

Penyerang muda Brasil, David Neres (kedua dari kanan), dikawal ketat tiga pemain Bolivia, Luis Haquin, Leonel Justiniano, dan Diego Bejarano, pada laga pembuka Grup A Copa America 2019 antara tuan rumah Brasil dan Bolivia di Stadion Morumbi, Sao Paulo, Brasil, Sabtu (15/6/2019) pagi WIB. Brasil mengalahkan Bolivia, 3-0.

SAO PAULO, SABTU - Tim nasional Brasil membuktikan bahwa warna putih tidak lagi mendatangkan kesialan. Sebaliknya, dengan berseragam putih untuk pertama kalinya sejak tahun 1957, tim ”Samba” bisa mengalahkan Bolivia 3-0 pada laga pembuka Copa America 2019 di Stadion Morumbi, Sao Paolo, Sabtu (15/6/2019) pagi WIB.

Brasil berharap seragam berupa atasan warna putih dan celana biru itu dapat menjadi keberuntungan baru. Sejarah membuktikan, seragam serupa pernah dipakai tim Brasil saat meraih trofi Kejuaraan Amerika Selatan (kini disebut Copa America) pada tahun 1919 atau tepat satu abad yang lalu.

Namun, setelah tahun 1957, Brasil menganggap warna putih justru mendatangkan kesialan dan kemudian mengganti warna seragam menjadi kuning dan biru. Penyebabnya adalah kekalahan Brasil dari Uruguay pada final Piala Dunia 1950 dan dari Paraguay pada final Copa America 1953. Pada kedua laga tersebut, Brasil mengenakan seragam warna putih.

Sebagai negara yang cukup akrab dengan hal-hal berbau mistis, masalah warna menjadi begitu penting bagi Brasil. Warna putih dianggap sebagai simbol bahaya dan kegagalan selama lebih dari 60 tahun. Hingga pada akhirnya, mereka berani kembali memakai seragam warna putih pada laga kontra Bolivia.

https://cdn-assetd.kompas.id/qASX8eNvImtvpCCgfhiZXr9-knU=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Fbra-bol02_1560605512.jpg
PEDRO UGARTE / AFP

Striker Bolivia Marcelo Martins (kanan) dikawal gelandang bertahan Brasil Casemiro pada laga pembuka Grup A Copa America 2019 antara tuan rumah Brasil dan Bolivia di Stadion Morumbi, Sao Paulo, Brasil, Sabtu (15/6/2019) pagi WIB.

Lagipula warna kuning tampaknya tidak lagi memberikan keberuntungan bagi Tim Samba. Dengan berseragam kuning, mereka terakhir kali bisa menjuarai Copa America pada tahun 2007 dan terakhir kali menjuarai Piala Dunia pada tahun 2002. Copa America 2019 menjadi pertaruhan besar bagi Brasil untuk kembali menjadi tim elite sepak bola Amerika Selatan dan dunia.

Cemooh

Meyakinkan para pendukung Brasil menjadi hal lain. Sejak awal laga kontra Bolivia, para pendukung Brasil justru mencemooh tim kebanggaan mereka yang malam itu tampil kikuk, terutama pada babak pertama ketika kedudukan masih 0-0.

Iklan

”Ketika anda tidak bisa mencetak gol, jangan harap fans bisa mengerti. Mereka akan mencemooh. Jika kami bergerak maju dan menciptakan peluang, maka mereka akan bertepuk tangan,” ujar pelatih Brasil Tite. Pada kesempatan itu, Tite juga mengakui timnya masih tampil buruk.

Pada babak pertama itu, Brasil masih bermain terlalu berhat-hati. Padahal, Bolivia juga tampil dengan pertahanan yang bagus. Akhirnya, menjelang babak kedua, Tite meminta para pemainnya untuk lebih berani mengambil resiko. Fernandinho sebagai gelandang bertahan diminta bergerak lebih maju untuk membantu para penyerang.

https://cdn-assetd.kompas.id/e3rFogpVAdMDhd9fWc9mWSUMOxw=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Fbra-bol01_1560605510.jpg
PEDRO UGARTE / AFP

Bek Bolivia Luis Haquin (kiri) berebut bola dengan penyerang sayap Brasil Richarlison pada laga pembuka Grup A Copa America 2019 antara tuan rumah Brasil dan Bolivia di Stadion Morumbi, Sao Paulo, Brasil, Sabtu (15/6/2019) pagi WIB.

Perubahan lebih terasa pada babak kedua apalagi ketika dua sayap Brasil yang masih berusia 22 tahun, David Neres dan Richarlison tampil memukau. Neres yang bersama Ajax membuat kejutan di Eropa pada musim 2018-2019 membuat publik sejenak melupakan Neymar yang masih mengalami cedera pada pergelangan kaki.

Neres bermain di sektor sayap kiri seperti yang biasa dilakukan Neymar. Pada laga kemarin, ia selalu percaya diri membawa bola ke depan melewati para pemain belakang Bolivia. Kemampuannya menggiring bola sangat dibutuhkan Brasil untuk menciptakan peluang gol dari umpan-umpan silang.

Atraktif

Sementara itu, Richarlison yang berada di sektor sayap kanan juga tampil atraktif. Ia dan Neres menjadi dua pemain yang berperan penting pada laga tersebut. Aliran bola dari sektor sayap membuat Brasil berbahaya.

Gol baru tercipta pada menit ke-50 melalui tendangan penalti yang dieksekusi Philippe Coutinho. Tiga menit kemudian, pemain Barcelona itu kembali mencetak gol setelah mendapat umpan silang dari Roberto Firmino. Malam itu Coutinho kembali menunjukkan bahwa ia lebih konsisten ketika tampil membela tim nasional. Di Barcelona, penampilan Coutinho naik-turun.

https://cdn-assetd.kompas.id/mGX0QyDBkqSIp92UTLtcbQjDLcs=/1024x680/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Fbra-bol04_1560605515.jpg
REUTERS/UESLEI MARCELINO

Gelandang menyerang Brasil Philippe Coutinho menyundul bola di depan gawang Bolivia pada laga pembuka Grup A Copa America 2019 antara tuan rumah Brasil dan Bolivia di Stadion Morumbi, Sao Paulo, Brasil, Sabtu (15/6/2019) pagi WIB. Coutinho mencetak dua gol yang membawa Brasil mengalahkan Bolivia, 3-0.

Pujian terbanyak juga didapatkan oleh Everton yang mencetak gol ketiga pada menit ke-85 berkat kemampuan individualnya. ”Everton adalah pemain yang cenderung bergerak vertikal. Dia punya ketajaman,” ujar Tite.

Everton malam itu tampil menggantikan Neres pada menit ke-81. Laga tersebut juga menjadi laga pertamanya pada tahun ini, sehingga tidak menutup kemungkinan Tite tidak ragu lagi menjadikannya pemain inti. Meski demikian, Everton tidak berambisi untuk mendapatkan posisi sebagai starter. Ia hanya ingin mencetak gol di Stadion Morumbi.

”Saya menekan diri sendiri untuk bisa mencetak gol. (Setelah gol) saya merasa ada beban yang berkurang di pundak saya,” ujarnya.

Pemain-pemain seperti Neres, Richarlison, dan Everton sebenarnya juga merupakan keberuntungan bagi Brasil sebagai negara yang tidak pernah kehabisan stok pemain berkualitas. Keberuntungan Brasil ini akan kembali diuji ketika menghadapi Venezuela, Rabu (19/6/2019) pagi WIB.(AP/AFP/REUTERS)

Editor:
Johan Waskita
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000