Mencermati Fase Kecelakaan Mudik
Lebih kurang dua minggu, periode hari yang dilalui para pemudik selama masa Lebaran. Dalam kurun waktu 14 hari tersebut, pergerakan pemudik memenuhi berbagai moda transportasi yang digunakan. Perjalanan sepanjang H-7 hingga H+5 tersebut memiliki risiko keselamatan yang tinggi.
Hati-hati di jalan, keluarga menanti di rumah.
Lebih kurang dua minggu, periode hari yang dilalui para pemudik selama masa Lebaran. Dalam kurun waktu 14 hari tersebut, pergerakan pemudik memenuhi berbagai moda transportasi yang digunakan. Perjalanan sepanjang H-7 hingga H+5 tersebut memiliki risiko keselamatan yang tinggi.
Berdasarkan analisis data Posko Terpadu Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri, tiga momen yang sangat krusial dalam keselamatan perjalanan mudik adalah saat fase mudik, moda sepeda motor, dan jalur mudik bukan tol.
Data kecelakaan 2018 dan 2019 yang dicatat menunjukkan, sebanyak 45 persen kecelakaan mudik terjadi pada H-6 hingga H-3. Jika dirinci, kejadian kecelakaan pada 2018 mencapai 44 persen, sedangkan saat 2019 sebesar 47 persen.
Secara umum, tahun ini pemerintah kembali berhasil menekan angka kecelakaan. Meskipun jumlah kendaraan pribadi untuk mudik semakin meningkat, jumlah kecelakaan lalu lintas saat arus mudik dan balik Lebaran 2016-2019 menurun. Tahun ini, jumlah kecelakaan yang terjadi di jalur darat merupakan yang paling sedikit dalam empat tahun terakhir.
Tahun 2018, sebanyak 1.627 atau 82 persen dari 1.995 kejadian kecelakaan terjadi di jalur nonmudik.
Dari 2016-2019, jumlah kecelakaan menurun 47 persen. Pada tahun 2016, jumlah kecelakaan jalur darat mencapai 4.550 kasus, sedangkan tahun ini sampai H+3 Idul Fitri, jumlah kecelakaan darat turun menjadi 529 kasus.
Berdasarkan data Korlantas Polri, penurunan jumlah kecelakaan ini terjadi setiap tahun sejak 2016. Pada 2017, jumlah kecelakaan turun sebesar 30 persen dari 4.550 kasus menjadi 3.168 kasus. Begitu pun tahun berikutnya, jumlah kecelakaan turun 37 persen menjadi 1.995 kasus.
Menurunnya jumlah kecelakaan juga berbanding lurus dengan penurunan jumlah korban meninggal dunia. Jumlah korban meninggal dunia tahun 2016 mencapai 1.241 orang. Sementara tahun ini, sampai H+3 Idul Fitri, korban meninggal dunia berkurang menjadi 132 orang.
Sepeda motor
Mencermati kejadian dari tahun ke tahun, kecelakaan lalu lintas saat arus mudik dan balik Lebaran banyak disebabkan oleh sepeda motor. Kementerian Perhubungan mencatat, pada 2013, sebesar 76 persen kecelakaan dialami oleh sepeda motor.
Tren masih terjadi hingga tahun ini. Sampai H-3, sebanyak 313 kejadian kecelakaan atau 65 persen terjadi pada pengemudi sepeda motor. Namun, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 879 kejadian.
Pada 2016, jumlah kecelakaan yang melibatkan sepeda motor terjadi sebanyak 3.766 kejadian. Setahun berikutnya turun menjadi 2.731 kasus dan pada 2018 terjadi sebanyak 1.888 kejadian.
Banyaknya kecelakaan yang melibatkan sepeda motor tidak terlepas dari fenomena peningkatan jumlah sepeda motor saat mudik Lebaran. Pada 2016 terjadi peningkatan jumlah sepeda motor untuk mudik dari 3,76 juta menjadi 5,14 juta.
Pada 2017 dan 2018, jumlah sepeda motor pemudik meningkat menjadi 6,07 juta unit dan 6,39 juta unit. Tahun ini diprediksi akan ada 6,8 juta sepeda motor pemudik yang melintas di jalan nasional.
Meski tidak semasif jumlah sepeda motor, mobil pribadi juga semakin banyak digunakan pemudik di lintas jalan nasional. Pada 2016, jumlah mobil pribadi pemudik sebanyak 3,06 juta dan meningkat 4,3 persen menjadi 3,19 juta pada tahun 2018. Tahun ini setidaknya 3,76 juta mobil pribadi pemudik di lintas jalan nasional.
Mudik gratis
Beberapa upaya dilakukan pemerintah untuk meredam angka kecelakaan mudik, seperti memperbaiki fasilitas transportasi serta infrastruktur. Upaya ini terbukti menurunkan tingkat kecelakaan sepanjang arus mudik dan balik Lebaran.
Fasilitas transportasi pemerintah tersebut berupa sarana transportasi umum, seperti bus, kereta api, kapal, dan pesawat serta program mudik gratis. Dari tahun ke tahun semakin banyak masyarakat yang berminat memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut.
Program mudik gratis yang diinisiasi Kementerian Perhubungan sejak 2014 berhasil menekan jumlah kecelakaan tahun 2014. Karena itu, jumlah kuota mudik gratis ditingkatkan seiring dengan meningkatnya antusiasme masyarakat untuk mengikuti mudik gratis.
Pada 2016, jumlah sepeda motor yang diangkut oleh program mudik gratis pemerintah mencapai 16.559 unit. Sementara masyarakat yang mengikuti program tersebut saat itu sebanyak 16.758 orang. Tahun lalu, jumlah penumpang dan sepeda motor yang diangkut meningkat menjadi 25.731 unit sepeda motor dan 71.434 penumpang.
Tahun ini, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menyediakan kuota mudik gratis bagi 43.650 penumpang untuk 970 bus dan 2.625 sepeda motor yang akan diangkut oleh 75 truk. Sementara untuk arus balik disediakan 230 bus yang mengangkut 10.350 penumpang dan 25 truk untuk 875 unit sepeda motor.
Selain program mudik gratis, pemerintah juga menyediakan penambahan armada angkutan udara, darat, dan laut. Jumlah kereta api yang disiapkan untuk mudik Lebaran tahun ini sebanyak 406 unit yang terdiri dari 356 KA reguler dan 50 KA tambahan.
Untuk angkutan udara, 547 armada dari 12 perusahaan penerbangan disiapkan untuk angkutan Lebaran 2019. Sementara untuk angkutan darat dan laut telah disiapkan 49.613 unit bus, 207 kapal roro, dan 1.293 kapal laut.
Peningkatan infrastruktur jalan juga turut menjadi sebab menurunnya kejadian kecelakaan pada Lebaran tahun ini. Dengan dioperasikannya Trans-Jawa dan sebagian Trans-Sumatera, kepadatan jalan non-tol akan berkurang. Jalan tol akan memisahkan sepeda motor dan kendaraan roda empat sehingga dapat mengurangi kecelakaan antara kendaraan roda dua dan roda empat.
Jalan tol dilengkapi ketersediaan rest area yang dapat mengurangi kepenatan dan kelelahan pengemudi kendaraan sehingga kecelakaan dapat terhindari. Di jalur Tol Trans-Jawa sudah tersedia 55 tempat istirahat dan pelayanan (TIP) serta 7 tempat istirahat (TI). Di tempat istirahat tersebut tersedia parkir, toilet, mushala, tempat makan, dan SPBU.
Sebanyak 45 persen kecelakaan mudik terjadi pada H-6 hingga H-3.
Meskipun infrastruktur penghubung antardaerah tujuan mudik sudah lebih baik, pemerintah diharapkan juga meningkatkan infrastruktur dan manajemen lalu lintas di lingkup lokal daerah.
Berdasarkan data Korlantas, jumlah kecelakaan lebih banyak terjadi di jalur jalan non-mudik. Tahun 2018, sebanyak 1.627 atau 82 persen dari 1.995 kejadian kecelakaan terjadi di jalur nonmudik. Jumlah korban meninggal dunia dalam kecelakaan di jalur nonmudik mencapai 372 jiwa atau 79,7 persen dari total 467 korban meninggal dunia.
Urgensi penggunaan transportasi umum untuk menjadi kendaraan utama untuk mudik perlu menjadi agenda intensif pemerintah. Kenyamanan, keselamatan, serta tarif yang dapat dijangkau masyarakat perlu direncanakan lebih matang agar tidak terjadi penurunan jumlah penumpang.
Dua pekerjaan rumah mendatang adalah menyediakan layanan transportasi umum yang terjangkau serta mengantisipasi layanan di jalan bukan tol, jalur yang banyak digunakan sepeda motor. (LITBANG KOMPAS)