JAKARTA, KOMPAS — Di tengah kondisi ekspor udang yang tertekan di pasar perdagangan global, perluasan pasar udang mulai digarap. Pasar udang diperluas, baik ke negara-negara di luar pasar utama maupun di dalam negeri.
Negara yang dibidik sebagai pasar udang Indonesia antara lain China, Korea, dan wilayah Eropa timur.
Sebagai eksportir udang, China juga mengimpor udang dalam jumlah besar, yakni 400.000 ton per tahun. Sementara pasokan udang asal Indonesia ke China sekitar 10 persen dari impor udang itu.
Adapun ekspor udang ke Eropa Timur belum digarap optimal karena masih melalui perantara negara-negara di wilayah Eropa Barat, seperti Jerman, Belgia, dan Belanda. Diharapkan Indonesia bisa langsung mengekspor ke Eropa Timur, seperti ke Polandia, Hongaria, dan Ceko.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menyebutkan, perluasan pasar adalah salah satu solusi dalam mengantisipasi tekanan ekspor udang Indonesia.
”Kami berharap pemerintah memfasilitasi pengusaha untuk memperluas pasar ekspor,” kata Budhi saat dihubungi di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Pasar dalam negeri harus dibentuk dengan menghadirkan produk udang berstandar ekspor. Produk yang selama ini dijual ke AS akan dijual juga ke dalam negeri.
Peluang untuk menggarap pasar udang di dalam negeri juga terbuka. Semakin banyak konsumen yang menginginkan udang berkualitas tinggi. Akan tetapi, pemasaran udang berkualitas tinggi di dalam negeri belum digarap, hanya 1 persen dari total udang yang diekspor, yang sebanyak 200.000 ton.
Saat ini ada lima perusahaan di Surabaya, Banyuwangi, Sidoarjo, dan Gresik (Jawa Timur) yang memasarkan udang beku kualitas ekspor ke pasar lokal. Udang yang dijual berukuran 50-60 ekor per kilogram.
”Pasar dalam negeri harus dibentuk dengan menghadirkan produk udang berstandar ekspor. Produk yang selama ini dijual ke AS akan dijual juga ke dalam negeri,” katanya.
Budhi menambahkan, pemasaran udang berkualitas ekspor ke pasar lokal itu menyasar hotel, restoran, dan kafe dalam bentuk udang beku.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, nilai ekspor hasil perikanan pada triwulan I-2019 sebesar 1,13 miliar dollar AS, atau turun 2,13 persen dibandingkan dengan triwulan I-2018.
Penurunan itu didominasi nilai ekspor udang yang turun 78,3 juta dollar AS atau 17,12 persen, yakni dari 457,28 juta dollar AS pada triwulan I-2018 menjadi 378,98 juta dollar AS pada triwulan I-2019.
Efisiensi
Ketua Shrimp Club Indonesia Iwan Sutanto mengemukakan, petambak udang berupaya mengefisienkan biaya produksi. Dengan komposisi tambak udang yang didominasi usaha skala kecil, langkah efisiensi harus disesuaikan dengan skala usaha.
Di tambak skala intensif, komponen terbesar biaya produksi berupa biaya pakan (50 persen) dan listrik (30 persen). Harga pakan cenderung sulit turun sehingga langkah yang dilakukan adalah menghemat pemakaian pakan.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Ari Purbayanto mengemukakan, untuk mendorong ekspor perikanan nasional diperlukan upaya mengembangkan industri perikanan dengan diversifikasi produk olahan.