UGM Lepas 5.360 Mahasiswa KKN untuk Berdayakan Masyarakat
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melepas 5.360 mahasiswa untuk mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM). Melalui program itu, mahasiswa UGM diharapkan bisa ikut memberdayakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melepas 5.360 mahasiswa untuk mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM). Melalui program itu, mahasiswa UGM diharapkan bisa ikut memberdayakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia.
Pelepasan mahasiswa peserta KKN-PPM UGM itu dilakukan di Lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana, UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (28/6/2019). Acara itu dihadiri sejumlah pejabat, seperti Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Rektor UGM Panut Mulyono.
Pada kesempatan itu, UGM melepas 5.360 mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan KKN-PPM di 107 kabupaten/kota di 32 provinsi. Mereka terbagi ke dalam 186 unit dan berasal dari 19 fakultas dan sekolah vokasi di UGM.
Sebanyak 5.360 mahasiswa tersebut akan menjalani KKN-PPM selama 49 hari, mulai 28 Juni hingga 18 Agustus 2019. Selama di lokasi penempatan, peserta KKN-PPM UGM akan terjun ke masyarakat bersama 186 dosen pembimbing lapangan dan 19 dosen koordinator wilayah.
Dalam sambutannya, Panut menyatakan, sebagai universitas perjuangan dan kerakyatan, UGM konsisten melaksanakan KKN karena kegiatan itu dinilai memiliki manfaat besar. ”KKN dipandang mampu meningkatkan soft skill (kecerdasan emosional) mahasiswa sekaligus memberi dampak pemberdayaan masyarakat,” katanya.
Panut memaparkan, kegiatan KKN-PPM dirancang sebagai pembelajaran bagi mahasiswa melalui kegiatan pengabdian masyarakat berbasis hasil-hasil penelitian. Dia menambahkan, kegiatan ini juga diharapkan bisa menumbuhkembangkan empati dan kepedulian mahasiswa UGM terhadap persoalan riil di masyarakat.
KKN dipandang mampu meningkatkan soft skill (kecerdasan emosional) mahasiswa sekaligus memberi dampak pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan
Panut menjelaskan, UGM mulai menyelenggarakan kegiatan KKN sejak 1951. Saat itu, UGM mengerahkan mahasiswanya ke luar Jawa sebagai guru yang mengajar di SMA. Seiring perkembangan zaman, kegiatan KKN di UGM kemudian diubah menjadi KKN-PPM.
Menurut Panut, perubahan bentuk kegiatan dari KKN menjadi KKN-PPM diikuti perubahan paradigma terkait dengan kegiatan yang digelar para mahasiswa di lokasi tujuan KKN. Apabila sebelumnya pembangunan fisik sarana dan prasarana lebih diutamakan, saat ini KKN-PPM lebih mementingkan kegiatan pemberdayaan atau peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
”Perubahan KKN menjadi KKN-PPM ditandai dengan perubahan paradigma, dari pembangunan (development) atau kegiatan fisik-sarana-prasarana menjadi kegiatan pemberdayaan (empowerment) atau peningkatan kapasitas sumber daya manusia,” ucap Panut.
Sementara itu, Susi Pudjiastuti mengatakan, kegiatan KKN sangat dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat di sejumlah wilayah terpencil di Indonesia. Kedatangan para mahasiswa KKN ke daerah-daerah terpencil juga penting untuk berbagi ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman.
”Masih banyak daerah yang terbelakang. Jadi, kalian datang dari Yogyakarta ke sana, lalu berikan ilmu yang sudah kalian tahu dari universitas,” ujar Susi.
Susi menambahkan, kegiatan KKN juga harus dilakukan dengan kerja sama para mahasiswa dari berbagai bidang keilmuan. Sebab, tanpa adanya sinergi dari bidang-bidang keilmuan yang berbeda, KKN tidak akan bisa menghadirkan kegiatan pemberdayaan yang komprehensif.
”Kalau berbagai disiplin ilmu semua bersinergi, saya yakin pengembangan Indonesia ke depan akan lebih cepat,” kata Susi.