8.000 Pelari Borobudur Marathon Berasal dari 37 Negara
Sebanyak 8.000 pelari dari 37 negara, menjadi peserta Borobudur Marathon 2019. Mereka terpilih lewat pengundian secara acak menggunakan sistem ballot. Selain dari Indonesia, para peserta datang dari sejumlah negara antara lain Malaysia, Kenya, Singapura, Jepang, hingga Amerika Serikat.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS-Sebanyak 8.000 pelari dari 37 negara, menjadi peserta Borobudur Marathon 2019. Mereka terpilih lewat pengundian secara acak menggunakan sistem ballot. Selain dari Indonesia, para peserta datang dari sejumlah negara antara lain Malaysia, Kenya, Singapura, Jepang, hingga Amerika Serikat.
Total jumlah peserta Borobudur Marathon mencapai 10.000 pelari. Setelah 8.000 orang terpilih lewat ballot, 2.000 pelari sisanya nanti akan didapatkan dari pendaftaran melalui Bank Jateng dan biro travel.
Project Officer Borobudur Marathon 2019, Budhi Sarwiadhi, mengatakan, berdasarkan data sementara, persentase pelari asing terdata mencapai enam persen. Jumlah itu meningkat dari persentase pelari asing di Borobudur Marathon 2018, hanya sebanyak dua persen.
Negara asal pelari juga semakin bertambah. Tahun lalu, pelari Borobudur Marathon 2018 berasal dari 30 negara. Pemasangan iklan tentang ajang ini, di dua media internasional serta promosi melalui media sosial, jadi faktor pendorongnya.
“Kami berharap, Borobudur Marathon dapat menjadi ajang lari yang populer di dunia internasional. Diikuti banyak pelari dari berbagai penjuru dunia,” ujarnya.
Jumlah pendaftar Borobudur Marathon 2019 dengan sistem ballot, mencapai 17.029 pelari. Adapun, pengundian secara acak dilakukan selama tujuh hari, 19-25 Juni 2019. Informasi terpilih atau tidaknya sebagai pelari Borobudur Marathon 2019, kemudian disampaikan kepada masing-masing pendaftar melalui surat elektronik dan pesan singkat di telepon selular.
Di luar pendaftaran dengan sistem ballot yang telah usai dilaksanakan, Budhi mengatakan, pihaknya masih membuka peluang bagi masyarakat untuk mendaftar lewat biro travel dan Bank Jateng. Di Bank Jateng, pendaftaran ini terbuka bagi nasabah dengan syarat-syarat tertentu, yang saat ini tengah dirumuskan Bank Jateng.
Adapun, untuk biro travel, pendaftaran Borobudur Marathon terbuka bagi siapa saja. Namun, peserta biasanya harus mendaftar dengan memilih dan membayar paket-paket wisata yang ditawarkan biro travel.
“Biasanya, dari biro travel akan menawarkan paket-paket khusus untuk menginap selama beberapa hari, berikut tambahan kunjungan ke obyek wisata tertentu,” ujarnya.
Retno Lestari (38), pelari dari komunitas Semarang Runners, mengatakan pada 25 Juni lalu sudah mendapatkan informasi tidak terpilih sebagai peserta Borobudur Marathon 2019. Sekalipun kecewa, Retno yang sebelumnya sudah tiga kali mengikuti ajang Borobudur Marathon ini, mengaku bisa memahaminya. Pemilihan peserta didasarkan pada sistem pengundian.
“Peserta Borobudur Marathon kali ini dipilih dengan cara diundi, dan kali ini saya sedang kurang beruntung,” ujarnya. Dalam tiga kali keikutsertaannya, Reno selalu mengikuti ajang Borobudur Marathon bersama dengan teman-teman komunitas serta keluarganya.
Biro travel akan menawarkan paket-paket khusus untuk menginap selama beberapa hari, berikut tambahan kunjungan ke obyek wisata tertentu
Veronika Kusuma (37), pelari dari Jakarta, terkejut saat mengetahui dirinya terpilih. Sebelumnya, dia mengaku sangat berdebar-debar karena Borobudur Marathon adalah ajang lari dengan pendaftaran sistem ballot yang pertama diikutinya.
“Seru, deg-degan karena peserta diundi, seperti ajang lari yang biasa dilaksanakan di luar negeri,” ujarnya.