Tahun 2019, terdapat penambahan kuota haji sebanyak 10.000 orang. Dari penambahan tersebut, total jemaah yang diberangkatkan menjadi 231.000 orang. Tim kesehatan diharapkan lebih memperkuat kesigapannya dalam memastikan kesehatan jemaah.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jemaah haji diimbau lebih memperhatikan kondisi tubuh untuk mencegah berbagai serangan penyakit yang bisa dialami selama melakukan ibadah haji. Pitam panas atau heatstroke menjadi salah satu penyakit yang patut diwaspadai.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (3/7/2019), mengatakan, suhu di Arab Saudi bisa 46-50 derajat celsius. Suhu seperti itu dapat memicu terjadinya pitam panas.
”Heatstroke bisa dicegah dengan banyak minum air putih. Jemaah haji juga harus proaktif pakai payung selama berada di luar ruangan,” ujarnya.
Pitam panas terjadi karena tubuh kekurangan cairan. Biasanya, kondisi ini dipicu oleh cairan tubuh yang menguap dan banyaknya keringat yang keluar.
Hal ini bisa menyebabkan kandungan air di dalam darah menjadi kurang sehingga darah tidak dapat mengalir sampai kepala. Jika tidak segara diatasi, pitam panas bisa menyebabkan kematian.
Kasus pitam panas pada jemaah haji Indonesia pertama muncul tahun 2015. Meski belum ada kasus kematian yang terjadi, pemerintah tetap berupaya memaksimalkan pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi kepada jemaah haji.
Eka menuturkan, jemaah haji Indonesia masih perlu penguatan pengetahuan tentang ilmu kesehatan selama menjalankan ibadah. Selain itu, penguatan tenaga kesehatan pun perlu dilakukan untuk memastikan kesehatan jemaah dalam kondisi baik.
Pada Senin (1/7/2019), Menteri Kesehatan Nina F Moeloek memberangkatkan 24 orang dari 308 anggota panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH). Panitia yang diberangkatkan ini merupakan kepala bidang dan kepala seksi yang akan mengatur kedatangan jemaah haji. Mereka juga merupakan tenaga kesehatan yang akan bertugas mengawal jemaah haji selama melakukan ibadah haji.
”Saya juga minta kepada tim promotif preventif (TPP), tim gerak cepat (TGC), pemasok obat-obatan, dan tim lain yang diperlukan untuk menjaga stabilitas jemaah haji. Siapkan semua dengan sebaiknya pada saat mulai kedatangan di Arab Saudi,” katanya.
Tahun 2019, terdapat penambahan kuota haji sebanyak 10.000 orang. Dari penambahan tersebut, total jemaah yang diberangkatkan menjadi 231.000 orang. Oleh karena besarnya jumlah jemaah, tim kesehatan diharapkan bisa lebih memperkuat kesigapannya dalam memastikan kesehatan mereka.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Bambang Wibowo mengatakan, pemerintah juga menyiapkan fasilitas layanan kesehatan, baik layanan di dalam klinik maupun di luar klinik.
”Perbaikan layanan terus kami tingkatkan, terutama untuk menjamin keselamatan pasien, seperti dalam pencegahan infeksi,” ujarnya.