Status Warisan Dunia Sawahlunto Diumumkan Pekan Depan
Upaya pemerintah mengusulkan situs warisan penambangan batubara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, sebagai warisan dunia memasuki babak akhir. Situs warisan peninggalan zaman kolonial Belanda ini segera dibahas dalam sidang World Heritage UNESCO di Baku, Azerbaijan, Kamis (4/7/2019).
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Upaya pemerintah mengusulkan situs warisan penambangan batubara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, sebagai warisan dunia memasuki babak akhir. Situs warisan peninggalan zaman kolonial Belanda ini segera dibahas dalam sidang World Heritage UNESCO di Baku, Azerbaijan, Kamis, 4 Juli 2019.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti, Rabu (3/7/2019), mengatakan, rombongan pemerintah pusat dan daerah sudah berada di Baku untuk mengikuti sidang yang berlangsung 30 Juni-10 Juli 2019. Sejauh ini, sidang baru membahas tentang lingkungan hidup dan evaluasi terhadap warisan dunia yang sudah ditetapkan di sejumlah negara.
”Berdasarkan jadwal sementara, situs warisan penambangan batubara Ombilin di Sawahlunto mulai dibahas 4 Juli 2019. Statusnya akan diumumkan serentak pada 10 Juli 2019 bersama situs-situs dari negara lain yang juga diusulkan jadi warisan dunia,” kata Gemala, ketika dihubungi dari Padang.
Gemala menjelaskan, pengajuan situs warisan penambangan batubara Ombilin menjadi warisan dunia melalui proses panjang. Pengurusan dimulai sejak 2008 dan masuk daftar nominasi sementara World Heritage UNESCO tahun 2015. Sejak saat itu, berbagai prosedur dilalui, mulai dari pengajuan draf awal, melengkapi persyaratan, penilaian ke lokasi oleh tim independen, hingga sidang penetapan 30 Juni-10 Juli 2019.
Ia menambahkan, ada tiga obyek penting yang menjadi warisan penambangan batubara Ombilin. Obyek itu adalah pabrik dan lokasi tambang batubara Ombilin, Kota Lama Sawahlunto beserta gedung cagar budaya di dalamnya, serta jaringan jalur kereta api pengangkut batubara yang membentang di tujuh kabupaten/kota, mulai dari Sawahlunto hingga Pelabuhan Teluk Bayur di Padang.
Nilai sejarah
Secara terpisah, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar Nurmatias mengatakan, situs warisan penambangan batubara Ombilin layak menjadi warisan dunia karena menyimpan nilai sejarah yang tinggi. Terlepas dari cerita kelam perbudakan orang rantai dalam pengoperasiannya, tambang batubara Ombilin menjadi pemasok penting industri di Hindia Belanda, Belanda, dan negara-negara Eropa. Tambang beroperasi sejak akhir abad ke-19 hingga akhir abad ke-20.
”Batubara kalori tinggi di tambang batubara Ombilin merupakan (salah satu) yang terbaik di dunia. Batubara Ombilin menyokong industri. Sistem distribusi batubara dengan kereta api termasuk canggih pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20,” tutur Nurmatias.
Kecanggihan jaringan kereta api untuk distribusi batubara, kata Nurmatias, terlihat dari penggunaan rel bergerigi yang hampir tidak ditemukan di daerah lain Indonesia. Rel bergerigi banyak ditemukan di Sumbar karena sesuai dengan bentang alamnya yang bergelombang dan berbukit. Jaringan kereta ini juga memiliki banyak terowongan dan jembatan dengan kerumitan konstruksi tinggi.
Warisan yang tak kalah penting dari situs tambang batubara Ombilin adalah masyarakat multikultural dan agama yang bermukim di Sawahlunto. Masyarakat dari etnis Minangkabau, Jawa, Sunda, hingga Batak hidup berdampingan dengan rukun. Dari interaksi mereka, lahir pula bahasa ”kreol”, yang dikenal dengan sebutan bahasa ”tansi”.
”Kota Lama Sawahlunto dapat dikatakan sebagai kota megapolitan pada masa akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Daerahnya sudah multikultur,” ujar Nurmatias.
Dongkrak pariwisata
Menurut Gemala, jika ditetapkan sebagai warisan dunia, situs warisan penambangan batubara Ombilin akan mendongkrak sektor pariwisata Sumbar. Sebab, secara tidak langsung, promosi situs warisan ini semakin luas karena menjadi perhatian dunia. Situs warisan penambangan batubara Ombilin akan menjadi pusat wisata, banyak diteliti, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
”Jika ditetapkan, situs warisan penambangan batubara Ombilin akan menambah jumlah warisan dunia di Indonesia menjadi sembilan,” kata Gemala.
Sebelumnya Indonesia sudah punya Candi Borobudur, Candi Prambanan, situs manusia purba Sangiran, sistem subak, dan Taman Nasional Komodo. Selain itu, ada juga Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Lorentz, hutan hujan tropis Sumatera.
Sebelumnya Indonesia sudah punya Candi Borobudur, Candi Prambanan, situs manusia purba Sangiran, sistem subak, dan Taman Nasional Komodo. Selain itu, ada juga Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Lorentz, hutan hujan tropis Sumatera.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Sumbar Ian Hanafiah menilai, status sebagai warisan dunia, tidak hanya akan menguntungkan Sawahlunto, tetapi juga kabupaten/kota di sekitarnya. Kota Solok dan Kabupaten Solok, misalnya, akan turut kecipratan berkah. Syaratnya, obyek wisata harus dibenahi.
”Jika itu dilakukan, Sawahlunto dan kabupaten/kota di sekitarnya akan saling menunjang. Kota Solok dan Kabupaten Solok akan terbantu dengan Sawahlunto, begitu juga sebaliknya,” kata Ian.
Selanjutnya, Ian berharap Pemerintah Kota Sawahlunto dapat mengembangkan pariwisata sesuai potensinya sebagai kota tambang. Sawahlunto tidak perlu mencontoh destinasi di kabupaten/kota lain di Sumbar. Sebab, wisatawan lebih tertarik berkunjung ke daerah yang punya keunikan dan tidak dimiliki daerah lain.