JAKARTA, KOMPAS – Kekecewaan pendukung bakal calon Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Muddai Madang pada Musyawarah Olahraga Nasional di Jakarta, Selasa (2/7/2019), diharapkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak sampai menimbulkan kegaduhan di tubuh KONI. Hal itu agar energi pelaku olahraga nasional terpusat pada pembinaan. Apalagi, Indonesia akan menghadapi SEA Games 2019 di Filipina dan Olimpiade Tokyo 2020.
Sekretaris Kementerian pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto, Kamis (4/7), berharap semua pihak di lingkungan KONI bisa menahan ego masing-masing. Semua masalah yang terjadi diharapkan diselesaikan secara kekeluargaan dan jangan sampai mencuat ke luar. Masalah itu terutama terkait kekecewaan pendukung Muddai Madang pada Musornas lalu.
Jangan membuang energi kita untuk menyelesaikan masalah perbedaan pendapat itu
Gatot mengimbau, pengurus KONI periode 2015-2019 bisa merangkul pendukung Muddai untuk menjelaskan duduk perkara yang terjadi. Sedangkan kubu Muddai diharapkan mau untuk menjalin komunikasi dengan pengurus KONI yang lama maupun baru.
”Jangan membuang energi kita untuk menyelesaikan masalah perbedaan pendapat itu. Lebih baik kita sama-sama mencurahkan energi kita untuk persiapan Indonesia berpartisipasi di SEA Games 2019 maupun Olimpiade 2020 yang sudah tidak lama lagi,” tegas Gatot.
Di tengah Musornas lalu, menurut Ketua Umum KONI Sumatera Barat Saiful Yahum yang mendukung Muddai, sedikitnya 15 KONI provinsi dan 28 induk cabang olahraga yang mendukung Muddai memilih meninggalkan sidang karena pendapat mereka tidak digubris pimpinan sidang.
Kami pun akan minta dukungan pemerintah untuk membentuk KON (Komite Olahraga Nasional)
Saiful mengatakan, pimpinan sidang mengeliminasi Muddai dan menyatakan hanya ada satu calon ketua umum, yakni Marciano Norman. Muddai terjegal persyaratan pecalonan, yakni dukungan minimal 10 KONI provinsi dan 21 induk cabang olahraga. Hingga akhir pendaftaran 21 Juni, Muddai hanya didukung 7 KONI provinsi dan 24 induk cabang olahraga.
Potensi dualisme
Persyaratan dukungan itu, menurut Saiful, tidak lazim karena membedakan antara suara KONI provinsi dan induk cabang. Mereka juga memprotes percepatan Musornas dari akhir tahun 2019 menjadi 2 Juli, serta tidak ada laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran.
Saya tetap membuka diri jika mereka ingin bersama-sama membangun olahraga
”Atas dasar itu, kami akan meminta Kemenpora untuk tidak mengakui hasil Musornas itu. Kami pun akan minta dukungan pemerintah untuk membentuk KON (Komite Olahraga Nasional) yang sesuai amanat undang-undang,” ujar Saiful.
Sementara itu, Ketua Umum KONI 2019-2023 Marciano Norman menyatakan, dirinya siap membuka diri untuk menjalin komunikasi dengan kubu Muddai. Bahkan, ia tak segan merangkul mereka demi membangun dunia olahraga nasional bersama.
”Walau mereka punya pendapat berbeda, saya tetap membuka diri jika mereka ingin bersama-sama membangun olahraga,” tegas Marciano yang merupakan mantan Kepala Badan Intelijen Nasional dan mantan Ketua Umum PB Taekwondo Indonesia.