Atletico Madrid baru merampungkan transfer termahal sejak klub itu berdiri. Keputusan ini dilakukan dengan mendatangkan penyerang Portugal, Joao Felix, dari Benfica senilai 126 juta Euro (Rp 1,99 triliun). Transfer sebesar ini di luar kelaziman Atletico. Sebagian penggemar dan kritikus menilai, ini adalah akhir era filosofi Cholismo yang dijalankan pelatih kepala mereka, Diego Simeone.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·6 menit baca
Atletico Madrid baru merampungkan transfer termahal sejak klub itu berdiri. Keputusan ini dilakukan dengan mendatangkan penyerang Portugal, Joao Felix dari Benfica, senilai 126 juta euro atau sekitar Rp 2 triliun. Transfer sebesar ini di luar kelaziman Atletico. Sebagian penggemar dan kritikus menilai, ini adalah akhir era filosofi cholismo yang dijalankan pelatih kepala mereka, Diego Simeone.
Banyak kalangan menilai terjadi perubahan filosofi permainan dan kebijakan transfer yang dijalankan Pelatih Diego Simeone. Bekas penggawa tim nasional Argentina ini dinilai menjilat ludahnya sendiri saat mengatakan akan mencari pemain yang relatif terjangkau untuk menggantikan Antoine Griezmann.
”Kami membutuhkan pemain yang bermain di belakang penyerang utama yang mampu mencetak 20 gol lebih dalam semusim dan tidak berharga mahal,” ujar Simeone saat ditanya wartawan siapa pengganti Griezmann, dua hari setelah penyerang Perancis itu umumkan ingin hengkang.
Media Inggris, The Guardian, secara gamblang menyebut transfer Joao Felix adalah akhir dari filosofi cholismo yang kental diperagakan Simeone. Cholismo adalah filosofi sepak bola yang berasal dari julukan Simeone, yaitu El Cholo, yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti pemberani dan bernyali.
Sepak bola cholismo ala Simeone adalah permainan yang bernyali, sulit dikalahkan, serta melawan kemapanan dan prediksi umum. Hal ini diterapkan Simeone dengan menerapkan strategi defensif untuk menyulitkan penyerang lawan dan melakukan serangan balik yang cepat untuk merubuhkan lawan.
Filosofi ini dibawa Simeone sejak mulai melatih Atletico 23 Desember 2011. Hasilnya, Simeone sudah mempersembahkan tujuh piala bagi Atletico, atau hampir seperempat dari total 26 piala yang sudah diraih Atletico sepanjang klub ini berdiri sejak 1877.
Puncak kegairahan dan kejayaan cholismo terjadi pada musim 2013/2014 di mana Atletico berhasil menjadi juara Liga Spanyol. Selain telah lama dinanti, gelar juara itu terasa lebih istimewa. Sebab, Atletico berhasil menyisihkan dua rival abadinya, yaitu Real Madrid dan Barcelona.
Padahal, dua klub itu masing-masing sedang dibela dua pesepak bola terbaik sejagat, yaitu Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Tidak hanya itu, anggaran belanja dua klub itu jauh berlipat di atas anggaran belanja Atletico.
Gelandang Atletico Madrid saat itu, Tiago Mendes, menyatakan, kemenangan timnya ibarat Robin Hood yang mencuri uang dari orang-orang kaya dan membagikannya kepada warga miskin. Saat merayakan juara liga, Simeone mengatakan, keberhasilan timnya bukan karena kemewahan nilai penggawanya, melainkan karena kerja keras dan kerja tim.
”Atletico adalah sebuah sinonim dari para pekerja seperti sopir taksi dan pedagang kaki lima,” ujar Tiago.
The Guardian menilai, belanja besar Felix membuat Atletico seakan ingin naik kasta menjadi salah satu tim elite Eropa. Sifat anti-kemapaman dan bernyali kaum pekerja ala cholismo seketika hilang saat klub menggelontorkan uang untuk membeli Felix.
Mahal
Mengutip situs Transfermarkt, transfer Felix menduduki peringkat keempat termahal dalam sejarah sepak bola. Transfer ini berada di bawah Neymar yang ditransfer 222 juta euro dari Barcelona ke PSG, Kylian Mbappe yang ditransfer 180 juta euro dari AS Monaco ke PSG, dan Philippe Coutinho yang ditransfer 145 juta euro dari Liverpool ke Barcelona.
Tidak hanya itu, dengan banderol transfernya, Joao Felix kini adalah pemain termahal berpaspor Portugal. Nilai transfer pemuda yang 10 November nanti genap berusia 20 tahun ini mengalahkan megabintang Portugal, Cristiano Ronaldo, yang dibanderol 117 juta euro oleh Juventus dari Real Madrid pada musim 2018/2019.
Pantaskah Felix dibanderol semahal itu?
Musim lalu, saat masih berseragam Benfica, Felix mencetak total 20 gol dan 11 asis dari 43 penampilan di segala kompetisi. Felix berhasil mencuri perhatian setelah mencetak trigol ke gawang Eintracht Frankfurt pada pertandingan pertama perempat final Piala Europa. Meski akhirnya gagal menjadi juara Europa, musim perdana Felix ditutup manis dengan meraih dua piala, yaitu juara Liga Portugal dan Piala Portugal.
Pertanyaan berikutnya, apakah Atletico Madrid sudah tepat menggelontorkan uang sedemikian besar untuk menggaet Felix?
Felix sengaja didatangkan untuk mengantisipasi kepergian penyerang andalan Atletico, Antoine Griezmann, yang menyatakan akan hengkang musim panas ini. Griezmann sendiri dibanderol klausul pelepasan senilai 120 juta euro. Adapun Barcelona dikabarkan sangat ingin memburu pemain andalan Perancis di Piala Dunia 2018 ini.
Apabila Griemann jadi hengkang dari Stadion Wanda Metropolitano, maka uang transfer Felix bakal langsung tertutup. Namun, hingga kini kepergian Griezmann belum juga terlaksana.
Banyak kalangan menilai ”Los Rojiblancos” terlalu royal mengeluarkan uang saat mendatangkan Felix. Nilai pasar (market value) Felix sejatinya 70 juta euro, tetapi Benfica membentengi pemain binaan akademi mereka itu dengan klausul pelepasan sebesar 120 juta euro. Artinya, Atletico membayar hampir dua kali lipat dari nilai pasarnya untuk mendatangkan Felix.
Tidak hanya itu, publik menilai Atletico sedang berjudi saat mendatangkan anak muda ini. Felix belum teruji betul kehebatannya karena baru menjalani satu musim yang baik bersama Benfica. Banyak kalangan yang menilai harga Felix yang terlalu mahal bakal membebani dirinya dan menghalanginya untuk bersinar di lapangan hijau.
Sebagian penggemar menilai, Atletico seharusnya memboyong penyerang Inter Milan, Mauro Icardi, ketimbang Felix. Pelatih Kepala Atletico Madrid Diego Simeone dinilai andal memoles pemain-pemain berwatak bengal seperti Icardi.
Coba tengok penyerang Diego Costa yang kerap membuat ulah tetapi berhasil mempersembahkan enam piala bagi Atletico di bawah asuhan Simeone. Gaya bermain Icardi sebagai pemburu di kotak penalti pun dinilai cocok dengan Atletico.
Di luar kelaziman
Siapa menduga Atletico bakal tercatat sebagai salah satu klub dengan belanja besar. Sebab, biasanya belanja besar kerap lebih diidentikkan kepada tim raksasa Eropa lainnya seperti Real Madrid, Barcelona, PSG, Manchester United, Manchester City, dan Bayern Muenchen.
Transfer besar untuk seorang pemain bukanlah sesuatu yang lazim bagi Atletico. Pada musim-musim sebelumnya, Atletico lebih sering membeli pemain potensial dengan harga yang murah. Pemain-pemain itu kemudian ditempa Simeone menjadi pemain top dunia.
Coba tengok, harga transfer yang dikeluarkan Atletico untuk membeli bek tengah Jose Gimenez. Pada musim 2013/2014, Atletico membeli Gimenez yang waktu juga berusia sama dengan Felix, yaitu 19 tahun, dengan harga 900.000 euro. Kini Gimenez menjadi salah satu bek paling tangguh di Eropa dengan nilai pasar 70 juta euro.
Atletico sebelumnya juga dikenal sebagai klub efisien dalam belanja pemain. Pada musim 2014/2015, misalnya, total belanja Los Rojiblancos mencapai 118,95 juta euro untuk mendatangkan 12 pemain. Total transfer 12 pemain itu bahkan lebih kecil 8 juta euro dari nilai transfer seorang Felix.
Bahkan, dari 12 pemain itu terdapat dua pemain yang menjadi pemain kunci Atletico hingga musim lalu, yaitu penjaga gawang Jan Oblak (yang ditransfer seharga 16 juta euro) dan penyerang Antoine Griezmann (30 juta euro).
Keputusan sudah diambil. Waktu yang akan menguji apakah transfer ini membawa Atletico ke puncak kejayaan atau tidak?