Brasil tak hanya berhasil menjuarai Copa America 2019 tetapi berhasil menyabet seluruh penghargaan individu. Para pemain "Selecao" penerima penghargaan individu diantaranya, Dani Alves, Allison Becker, dan Everton. Selain itu, Brasil juga terpilih sebagai tim "fair play".
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
RIO DE JANEIRO, SENIN — Brasil mencapai kesempurnaannya di Copa America 2019. Tak hanya berhasil menaklukkan kuda hitam Peru dengan skor 3-1, di partai final, di Stadion Maracana, Rio De Janeiro, Brasil, Senin (8/7/2019) dini hari WIB, Brasil juga menyapu bersih seluruh penghargaan individu.
Di partai final, Brasil unggul segalanya dibandingkan Peru. Mereka hanya kalah jumlah pemain sejak menit 70 setelah Gabriel Jesus diusir dari lapangan karena menerima kartu kuning kedua.
Namun, kontribusi Jesus yang besar bagi kemenangan Brasil, membuat kartu merah tersebut tidak ada artinya.
Jesus menjadi kreator atas terciptanya gol Everton Soares pada menit 17. Pemain depan Manchester City tersebut juga mampu mengembalikan keunggulan Brasil pada akhir waktu tambahan babak pertama setelah Peru menyamakan kedudukan melalui titik penalti yang diciptakan sang kapten, Paolo Guerrero pada menit 44.
Peru yang berusaha mengejar ketertinggalan dengan tampil menyerang di babak kedua terutama setelah Brasil hanya bermain 10 orang tetap kesulitan menembus kedisiplinan pertahanan Brasil yang dipimpin sang kapten Dani Alves. Los Incas hanya mampu melepas 2 tendangan ke arah gawang dari 7 usaha yang dilakukan.
Sementara Brasil yang menarik seluruh pemain depannya demi mempertahankan keunggulan masih mampu melepaskan 3 tendangan ke gawang dari 12 percobaan. Kelincahan dan determinasi Everton pun menjadi momok bagi Peru yang mendambakan trofi Copa America sejak 1975 lalu.
“Cebolinha” atau “Si Bawang Kecil” (julukan bagi Everton) merangsek ke dalam kotak penalti sehingga harus ditahan oleh Carlos Zambrano dengan tangannya. Everton terjatuh dan wasit asal Chile, Roberto Tobar langsung menunjuk titik putih pada menit 90. Keputusan tersebut sempat ditentang pemain Peru, tetapi setelah melihat tayangan VAR (Video Assistant Referee) dan berkonsultasi dengan tim wasit, Tobar tetap memberikan penalti kepada Brasil.
Kesempatan tersebut tidak disia-siakan Richarlison yang masuk di babak kedua. Ia menendang ke sisi kanan gawang Peru yang dijaga Pedro Gallese. Kiper yang tampil menawan pada dua pertandingan sebelumnya tersebut sempat menebak arah tembakan Richarlison. Namun, bola yang ditendang Richarlison melaju keras dan sulit dijangkau Gallese.
Tambahan waktu 6 menit sulit digunakan Peru untuk mengejar ketertinggalan dua gol dari Brasil. Skor 3-1 untuk kemenangan Brasil menutup pesta tuan rumah.
Pelatih Peru Ricardo Gareca mengakui keunggulan Brasil. Namun, ia tetap memuji timnya yang tampil memukau sehingga mampu melaju ke final di Copa America 2019, dan sebelumnya berhasil lolos ke Piala Dunia 2018 untuk pertama kalinya sejak 36 tahun lalu.
“Itu adil bahwa Brasil menang. Kami memiliki momentum, tetapi mereka mampu memanfaatkan peluang mereka. Kami datang ke sini berharap untuk menang, tetapi mereka sangat efektif,” ujar Gareca.
Sapu bersih
Julukan Selecao yang bermakna orang-orang yang terpilih pantas disematkan kepada para pemain Brasil. Selain menjuarai turnamen, seluruh penghargaan disapu bersih oleh mereka.
Everton yang tampil memukau sepanjang turnamen berhasil mendapatkan penghargaan pemain terbaik pada pertandingan final dan pencetak gol terbanyak turnamen dengan raihan 3 gol. Penyerang 23 tahun tersebut menyatakan, dirinya hanya ingin bekerja keras untuk tim.
“Saya mengerti bahwa saya harus memberikan segalanya, terlepas dari penilaian yang ada. Saya harus berkeringat darah untuk rekan tim saya,” tuturnya. Kecermelangan Everton diikuti dua rekannya, yakni kiper Allisson Becker dan bek kanan Dani Alves yang juga mendapatkan penghargaan.
Allisson yang telah mendapatkan gelar kiper terbaik di Liga Premier Inggris dan Liga Champions bersama Liverpool, memperoleh gelar yang sama di Copa America 2019. Selama turnamen berlangsung, gawangnya baru kebobolan satu kali dalam waktu normal. Itu pun hanya melalui tendangan penalti.
Alves yang menjadi sosok pemimpin Tim “Samba” memperoleh gelar pemain terbaik turnamen. Ia menjadi pemain yang mampu membuat pertahanan Brasil sangat kuat dalam bertahan dan kreator saat melakukan serangan balik cepat.
Gol pertama Brasil di partai final menjadi bukti kemampuannya tersebut. Setelah serangan Peru kandas, ia memberikan umpan terukur kepada Jesus yang dengan cerdik memberikan umpan silang kepada Everton yang berdiri bebas di depan gawang Peru.
Kontroversi
Penghargaan seluruh gelar individu tersebut dilengkapi dengan terpilihnya Brasil sebagai tim fair play. Gelar tersebut sempat menimbulkan perdebatan dari komentator karena pemain Brasil mendapatkan kartu merah di pertandingan final. Namun, hasil sempurna sejak pertandingan pertama hingga akhir menutup keraguan tersebut.
Sebelumnya, mega bintang Argentina Lionel Messi sempat menuding bahwa turnamen ini penuh dengan korupsi dan telah diatur agar Brasil juara. Akan tetapi, tuduhan tersebut dibantah oleh Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL) dan menyatakan Messi tidak menghormati Copa America.
Pelatih Brasil, Tite juga meminta Messi untuk menunjukkan rasa hormat dan meminta bintang Barcelona tersebut berhati-hati dalam bicara.
“Dia harus menunjukkan rasa hormat, dia harus memahami, dan menerima ketika dia dikalahkan. Kami memiliki pengaruh dalam banyak pertandingan, bahkan di Piala Dunia. Jadi berhati-hatilah,” ujar pelatih yang telah menangani Brasil sejak tiga tahun yang lalu tersebut.
Gareca yang merupakan orang Argentina menyetujui pernyataan Tite. “Messi adalah suara otoritas, tetapi itu tidak berarti saya setuju dengan apa yang dia katakan,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)