Apkasindo menginisiasi pembangunan pabrik kelapa sawit yang menghasilkan minyak goreng untuk menjaga harga TBS kelapa sawit petani. Petani kelapa sawit diharapkan mendapatkan jaminan harga dan penyerapan melalui pembangunan pabrik itu.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan harga tandan buah segar kelapa sawit di tingkat petani sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan perusahaan di dalam negeri. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, organisasi petani menginisiasi pembangunan pabrik pengolahan tandan buah segar kelapa sawit.
Berdasarkan pantauan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit saat ini berkisar Rp 1.225-Rp 1.325 per kilogram (kg) di tingkat petani.
”Pada pertengahan 2018, harga TBS dapat mencapai Rp 1.800 per kg. Penurunan ini disebabkan kinerja ekspor yang tengah melambat dan pemanfaatan dalam negeri berbasis hilirisasi kelapa sawit belum bergairah,” ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Apkasindo Gulat Medali Emas Manurung, di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, nilai ekspor minyak kelapa sawit pada Januari-Mei 2019 turun 16,46 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 6,06 miliar dollar AS. Padahal, komoditas kelapa sawit menjadi salah satu dalam 10 golongan barang utama penopang ekspor nasional.
Oleh sebab itu, Apkasindo menginisiasi pembangunan pabrik kelapa sawit yang menghasilkan minyak goreng untuk menjaga harga TBS kelapa sawit petani. Gulat berharap, petani kelapa sawit mendapatkan jaminan harga dan penyerapan melalui pembangunan pabrik tersebut.
Secara umum, BPS mencatat, nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat masih di bawah 100 yang berarti di bawah titik impas. Pada Juni 2019, NTP perkebunan rakyat berada di angka 94,6 atau turun 1,47 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini menandakan, biaya yang diterima petani lebih sedikit daripada biaya yang dibayarkan.
Menurut rencana, pembangunan tersebut akan berlangsung di kawasan-kawasan dengan jumlah pabrik kelapa sawit yang sedikit. Gulat menyebutkan, pada triwulan-IV 2019, pihaknya akan meluncurkan tiga pabrik, masing-masing berada di Riau, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan.
Tiap pabrik dapat memproduksi 500 kg minyak goreng per hari. Apkasindo menargetkan, pada 2020, seluruh pabrik yang dikelola asosiasi petani atau koperasi petani kelapa sawit dapat memproduksi 5 ton minyak goreng per hari.
Pabrik-pabrik ini memprioritaskan penyerapan TBS dari petani swadaya atau mandiri. Berbeda dengan petani plasma, petani swadaya tidak bermitra dengan perusahaan atau industri pengolahan kelapa sawit.
Adapun biaya membangun satu pabrik berkisar Rp 3 miliar. Gulat menyebutkan, dana tersebut diperoleh dari bantuan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal serta perolehan swadaya dari anggota asosiasi atau koperasi petani kelapa sawit.
Diversifikasi penyerapan
Untuk memperbaiki harga kelapa sawit terutama di tingkat petani, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, pemerintah tengah mendiversifikasi produk kelapa sawit. Salah satunya ialah pemerintah tengah meningkatkan pemanfaatan biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit (fatty acid methyl ester/FAME) menjadi 30 persen atau program B30. Dengan program B30, jumlah minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang dapat terserap sebesar 10 juta ton per tahun.
Moeldoko menambahkan, pemerintah juga tengah menjajaki negara-negara nontradisional untuk membuka pasar baru bagi CPO Indonesia. Menurut dia, langkah ini dapat memberikan alternatif tujuan ekspor di tengah melemahnya permintaan CPO di tingkat internasional.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Mukti Sardjono menyebutkan, negara-negara di Afrika dan Timur Tengah berpotensi menjadi tujuan sasaran baru ekspor CPO. Potensi tambahannya mencapai 1 juta ton per tahun untuk kedua wilayah tersebut.