Maskapai penerbangan asal Malaysia, AirAsia, menilai prospek penerbangan domestik Indonesia masih sangat cerah. Salah satu strategi pasar mereka adalah dengan membidik jalur-jalur pariwisata prospektif saat persaingan masih sepi.
Oleh
Zulkarnaini
·2 menit baca
KUALA LUMPUR, KOMPAS — Maskapai penerbangan asal Malaysia, AirAsia, menilai prospek penerbangan domestik Indonesia masih sangat cerah. Salah satu strategi pasar mereka adalah dengan membidik jalur-jalur pariwisata prospektif saat persaingan masih sepi.
Group Head Communications AirAsia Audrey Progastama Petriny, di Kantor Pusat AirAsia di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (12/7/2019), mengatakan, rencana pembukaan rute baru telah diajukan kepada Kementerian Perhubungan.
Ia belum bersedia memublikasikan semua rencana rute tersebut. Namun, salah satu rute baru yang dibuka adalah Kertajati (Jawa Barat)-Surabaya (Jawa Timur) mulai 1 Agustus 2019. Sebelumnya, pada 30 Juni 2019, AirAsia juga melayani rute Kertajati-Denpasar.
”Saat ini kontribusi pasar domestik hanya 2 persen. Karena itu, ke depan akan kami buka rute baru,” kata Audrey.
AirAsia berani mengambil risiko bisnis dengan membuka rute yang dianggap sepi oleh maskapai lain.
Audrey menyebutkan, AirAsia berani mengambil risiko bisnis dengan membuka rute yang dianggap sepi oleh maskapai lain. Ia mencontohkan, AirAsia membuka rute Lombok (Nusa Tenggara Barat)-Perth (Australia) sejak 9 Juni 2019. Walaupun Lombok usai dilanda bencana, mereka meyakini wisata daerah itu akan kembali bangkit.
”Kami tidak hanya memilih rute-rute yang gemuk, tetapi juga rute yang sepi dan memiliki potensi,” ujar Audrey.
Ia menambahkan, dalam waktu dekat, AirAsia juga akan membuka rute internasional Toba (Sumatera Utara)-Kuala Lumpur (Malaysia). Keseriusan pemerintah menghidupkan wisata Danau Toba menarik wisatawan asing dan AirAsia bersiap mengamankan peluang bisnis itu.
”Tahun ini kami menambah dua armada baru untuk operasi di Indonesia,” kata Audrey.
Audrey menuturkan, kondisi bisnis penerbangan pasar domestik Indonesia tidak akan terlalu berpengaruh pada strategi bisnis AirAsia. Ketika harga penerbangan domestik di Indonesia naik, AirAsia tetap konsisten dengan harga rendah. Dengan begitu, saat Pemerintah Indonesia meminta maskapai menurunkan harga tiket, AirAsia tidak menerima dampak.
”Kami tidak menaikkan harga tiket sehingga tidak diminta untuk menurunkan harga,” kata Audrey.
Dengan hanya mengoperasikan satu jenis pesawat, biaya perawatan, pengoperasian, pelatihan teknisi, dan suku cadang lebih efisien.
Deputy Group CEO Airline Business AirAsia Bo Lingam mengatakan, pihaknya memiliki sejumlah strategi bisnis untuk mempertahankan AirAsia sebagai maskapai biaya rendah terbaik dunia. Salah satunya, dengan mengoperasikan satu jenis pesawat saja, yakni Airbus. Dengan hanya mengoperasikan satu jenis pesawat, biaya perawatan, pengoperasian, pelatihan teknisi, dan suku cadang lebih efisien.
Selain itu, AirAsia juga memiliki bisnis lain, seperti restoran, kargo, toko daring, dan teknologi keuangan/finansial (tekfin). Khusus bisnis tekfin akan dikembangkan di Indonesia. Saat ini, pihak AirAsia sedang mengurus proses perizinan di Otoritas Jasa Keuangan. Keuntungan dari bisnis-bisnis tersebut digunakan untuk subsidi silang ke maskapai AirAsia.
Bo Lingam menyebutkan, AirAsia juga memaksimalkan teknologi dalam melayani konsumen sehingga dapat menekan biaya pengeluaran untuk karyawan. ”Efisiensi membuat kami bisa meningkatkan pelayanan bagi konsumen kami,” ujarnya.