Studi terbaru menemukan hubungan antara konsumsi minuman manis dan peningkatan risiko kanker. Temuan ini menambah bukti bahwa membatasi konsumsi minuman manis dapat berkontribusi pada pengurangan kasus kanker.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi terbaru menemukan hubungan antara konsumsi minuman manis dan peningkatan risiko kanker. Temuan ini menambah bukti bahwa membatasi konsumsi minuman manis dapat berkontribusi pada pengurangan kasus kanker.
Studi yang dilakukan Eloi Chazelas dari Sorbonne Paris Cité Epidemiology and Statistics Research Center dan tim ini diterbitkan di jurnal BJM pada 10 Juli 2019. Kajian itu dilatarbelakangi oleh meningkatnya konsumsi minuman manis di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir dan secara meyakinkan dikaitkan dengan risiko obesitas, yang pada gilirannya diakui sebagai faktor risiko yang kuat untuk banyak jenis kanker. Namun, riset tentang minuman manis dan risiko kanker masih terbatas.
Jadi tim peneliti yang berbasis di Perancis ini berupaya menilai hubungan antara konsumsi minuman manis (dengan pemanis gula dan 100 persen jus buah), minuman buatan, dengan risiko kanker payudara, prostat, dan kanker usus (kolorektal).
Temuan mereka didasarkan pada survei kepada 101.257 orang dewasa Perancis yang sehat (21 persen pria, 79 persen wanita) dengan usia rata-rata 42 tahun. Responden diminta menyelesaikan setidaknya dua kuesioner daring tentang diet mereka dalam 24 jam. Kuisioner ini dirancang untuk mengukur asupan 3.300 item makanan dan minuman yang berbeda dan kemudian diikuti selama maksimal 9 tahun (2009-2018).
Konsumsi harian minuman manis (dengan pemanis gula dan 100% jus buah) serta minuman buatan dihitung dan kasus kanker pertama yang dilaporkan oleh peserta divalidasi oleh catatan medis dan dihubungkan dengan database nasional asuransi kesehatan.
Beberapa faktor risiko kanker yang diketahui, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat kanker keluarga, status merokok, dan tingkat aktivitas fisik, turut diperhitungkan. Dari kajian ditemukan, konsumsi minuman manis rata-rata setiap hari lebih besar pada pria daripada wanita (masing-masing 90,3 mililiter dibanding 74,6 mililiter).
Selama masa pemantauan sebanyak 2.193 kasus kanker didiagnosis dari responden dan divalidasi. Sebanyak 693 kanker payudara, 291 kanker prostat, dan 166 kanker kolorektal. Usia rata-rata saat diagnosis kanker adalah 59 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan, peningkatan 100 mililiter per hari dalam konsumsi minuman manis dikaitkan dengan peningkatan 18 persen risiko kanker secara keseluruhan dan peningkatan risiko kanker payudara 22 persen.
Ketika kelompok minuman manis dipecah menjadi jus buah dan minuman manis lainnya, konsumsi kedua jenis minuman itu dikaitkan dengan risiko kanker yang lebih tinggi secara keseluruhan. Tidak ada hubungan yang ditemukan untuk kanker prostat dan kolorektal, tetapi jumlah kasus untuk kanker ini lebih terbatas.
Penjelasan yang mungkin untuk hasil ini termasuk efek gula yang terkandung dalam minuman manis pada lemak visceral (disimpan di sekitar organ vital seperti hati dan pankreas), kadar gula darah, dan penanda inflamasi, yang semuanya terkait dengan peningkatan risiko kanker.
Senyawa kimia lainnya seperti aditif dalam beberapa soda juga dapat berperan meningkatkan risiko. Karena ini adalah penelitian observasional, peneliti tidak dapat menentukan penyebabnya. Mereka juga tidak dapat mengesampingkan beberapa kesalahan klasifikasi minuman atau menjamin deteksi setiap kasus kanker baru.
Data ini mendukung relevansi rekomendasi nutrisi yang ada untuk membatasi konsumsi minuman manis, termasuk jus buah 100 persen.
Meski demikian, sampel penelitian yang besar bisa memberikan informasi yang valid. Terlebih lagi, hasilnya sebagian besar tidak berubah setelah pengujian lebih lanjut, menunjukkan bahwa temuan menahan pengawasan.
”Data ini mendukung relevansi rekomendasi nutrisi yang ada untuk membatasi konsumsi minuman manis, termasuk jus buah 100 persen. Selain itu, dibutuhkan pembenahan kebijakan, seperti pembatasan pajak dan pemasaran yang menargetkan minuman manis, yang mungkin berpotensi berkontribusi pada pengurangan kejadian kanker,” sebut Chazelas.