Siswa Tewas Setelah Ikuti Bimbingan Fisik dan Mental
Seorang calon siswa SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang, DL (14), meninggal setelah mengikuti masa dasar bimbingan fisik dan mental, Sabtu (13/7/2019). Di tubuh korban ditemukan sejumlah luka memar.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Seorang calon siswa SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang, DL (14), meninggal setelah mengikuti masa dasar bimbingan fisik dan mental, Sabtu (13/7/2019). Dugaan sementara, korban meninggal karena sakit, tetapi di tubuh korban ditemukan sejumlah luka memar. Polisi masih melakukan penyelidikan, termasuk memeriksa delapan siswa yang turut dalam proses bimbingan tersebut.
Kasus ini terungkap saat ibu korban, Berce (41), melaporkan kematian DL ke Polresta Palembang, Sabtu pagi. DL meninggal di Rumah Sakit Myria Palembang setelah mengikuti serangkaian masa dasar bimbingan fisik dan mental di Kecamatan Talang Jambe, Palembang. Proses ini merupakan kegiatan yang harus diikuti calon siswa SMA Taruna Indonesia, Palembang.
Hermansyah (45), paman korban, ditemui di RS Bhayangkara Palembang, menuturkan, saat diserahkan oleh pihak sekolah, kondisi DL sudah meninggal di RS Myria. Padahal, sebelum mengikuti bimbingan fisik, DL dalam keadaan sehat.
”Dalam tes kesehatan saja dia lulus, berarti dia masuk dalam keadaan sehat. Kok, bisa sekarang kami terima dia dalam kondisi meninggal dunia,” katanya.
Kami hanya ingin mengetahui apa penyebab pasti kematiannya.
Apalagi, ibu korban yang juga perawat memastikan DL masuk dalam kondisi sehat. DL diketahui mulai kejang-kejang pada pukul 00.00 WIB, tapi baru dibawa ke RS Myria pada 03.30 WIB. ”Jadi, selama jeda waktu tersebut, keponakan saya diapain?” kata Hermansyah.
Sehari sebelumnya, Berce menanyakan kondisi anaknya. Namun, lanjut Hermansyah, pihak sekolah menyatakan kondisi DL sehat dan baru bisa dijemput Sabtu pagi.
Hermansyah mengatakan, sejak mengikuti bimbingan fisik pada Senin lalu, DL tidak diperbolehkan memegang alat komunikasi. Pada Senin itulah komunikasi terakhir orangtua dengan DL. Curiga akan kematian DL yang janggal, keluarga pun langsung membawa jenazah korban ke RS Bhayangkara untuk diotopsi. ”Kami hanya ingin mengetahui apa penyebab pasti kematiannya,” ucap Hermansyah.
Kakek korban, Kejuk (60), menyebutkan, sejak awal dirinya sudah mengingatkan DL untuk tidak sekolah di SMA Taruna Indonesia Palembang. Hal senada, ujar Kejuk, juga disampaikan ayah DL yang saat ini sedang berlayar. Namun, cucunya itu tetap memaksa untuk masuk ke sekolah tersebut.
Setelah lulus dari SMP di Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, DL langsung mendaftar di SMA Taruna Indonesia Palembang dan lulus. Jenazah DL langsung dibawa ke Tulung Selapan untuk dimakamkan pada Minggu (14/7/2019) pagi. ”Kami berharap agar kasus ini diusut setuntas-tuntasnya,” kata Kejuk.
Dokter forensik RS Bhayangkara Palembang, Indra Sakti Nasution, menuturkan, setelah dilakukan otopsi, ditemukan luka memar di kepala dan kaki. Namun, saat pemeriksaan dalam, ditemukan resapan darah di kepala dan dada korban. ”Resapan itu diduga kuat karena adanya benturan yang cukup keras,” ucapnya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Palembang Komisaris Yon Edy Winara mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap delapan saksi yang mengikuti proses masa dasar bimbingan fisik dan mental tersebut.
”Memang ditemukan sejumlah lebam di tubuh DL, tapi kami masih menyelidiki apakah lebam tersebut disebabkan oleh adanya tindak pidana atau tidak. Kami masih akan menganalisis semua data yang didapat dari hasil keterangan sejumlah saksi dengan data yang ada di tempat kejadian perkara,” tutur Yon.
Kasus ini sudah kami serahkan kepada kepolisian untuk diselidiki lebih lanjut.
Kepala Sekolah Taruna Indonesia Palembang Tarmizi Endrianto mengatakan, DL mengikuti bimbingan bersama dengan 104 siswa baru lainnya sejak minggu lalu. DL tidak memiliki riwayat sakit. Dia baru mengalami kejang-kejang setelah berlari sejauh 4 kilometer.
Dalam proses bimbingan tersebut, ujar Tarmizi, semua diawasi, termasuk oleh pihak TNI dan juga panitia yang dibentuk dari siswa yang lebih senior. ”Kasus ini sudah kami serahkan kepada kepolisian untuk diselidiki lebih lanjut,” katanya.