Warga Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, hingga Selasa (16/7/2019) masih bertahan di pengungsian darurat. Warga pun membutuhkan bantuan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pascagempa bermagnitudo 7,2 yang terjadi pada Minggu, 14 Juli, warga Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, hingga Selasa (16/7/2019) masih bertahan di pengungsian darurat. Sebagian besar rumah di desa itu dilaporkan rusak dan roboh. Warga pun membutuhkan bantuan.
Lisdian Widowati (24), petugas Puskesmas Desa Gane Luar, saat dihubungi dari Bandung, menuturkan, lebih dari 300 jiwa warga desa mengungsi di atas perbukitan karena takut adanya gempa susulan. Selain itu, posisi permukiman yang dekat dengan bibir pantai membuat warga semakin khawatir gempa susulan berpotensi tsunami.
Tenda darurat didirikan dengan bahan-bahan seadanya. Bahkan, beberapa tenda beratap daun sagu karena tidak ada lagi terpal. Posisi tenda tersebar di beberapa lokasi berjarak 1-2 kilometer menjauhi bibir pantai. Di dalam tenda, berjejer puluhan warga beristirahat dan makan dari bahan makanan yang mereka ambil dari rumah masing-masing.
Kondisi kesehatan warga yang mengungsi juga semakin menurun. Lisdian menjelaskan, sebagian warga mengalami luka lecet akibat terkena reruntuhan. Anak-anak mulai mengalami dehidrasi dan demam akibat suhu panas di tenda dan sumber air jauh dari pengungsian.
”Semua warga desa mengungsi. Mereka hanya berani ke rumah pagi hari, mengambil bahan makanan dan air bersih, lalu kembali lagi ke pengungsian. Anak-anak juga sudah mulai banyak yang sakit. Kami membutuhkan bantuan tenda darurat, makanan, dan obat-obatan,” tutur Lisdian.
Gempa yang mengguncang Halmahera Selatan berpusat di sekitar Kecamatan Gane Barat dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa susulan pun beberapa kali terjadi. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, hingga Senin (15/7/2019), terjadi lebih dari 70 gempa susulan.
”Waktu itu saya sedang bermain di pantai. Gempa beruntun terasa sampai lima menit. Dermaga hancur, bangunan roboh,” ujar Lisdian.
Dia berharap, bantuan segera tiba di Desa Gane Luar karena warga yang mengungsi semakin kesulitan di tengah keterbatasan tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, gempa ini mengakibatkan dua korban jiwa dan lebih dari 2.000 jiwa mengungsi yang tersebar di 14 titik. Menurut Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan menempatkan status tanggap darurat selama tujuh hari, terhitung Senin, 15 Juli.
Berdasarkan data yang dihimpun BNPB, gempa merusak dua jembatan di Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat, dan 54 rumah yang tersebar di tiga desa di Kabupaten Halmahera Selatan.
Masyarakat di pesisir pantai masih mengungsi ke wilayah yang lebih tinggi. Petugas mengalami kendala berupa akses jalan ke lokasi terdampak hanya bisa menggunakan jalur laut karena akses darat belum terbangun,” ujarnya.