Ibarat sedang di atas kapal yang nyaris karam, Amin Supono (49) sadar dirinya harus segera menyiapkan “sekoci" ketika denyut perusahaan tempatnya bekerja kembang kempis. Akhirnya, dia menemukan sekoci itu, yakni "eggroll" berbahan sayur.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
Ibarat sedang di atas kapal yang nyaris karam, Amin Supono (49) sadar dirinya harus segera menyiapkan ”sekoci” ketika denyut perusahaan tempatnya bekerja mulai kembang kempis. Dia terus mencari usaha sampingan agar periuk tidak ikut terguncang.
Sekoci penyelamat Amin itu adalah bisnis makanan ringan eggroll berbahan pangan lokal serta aneka sayuran dan buah. Amin memulainya tahun 2013. Produk eggroll-nya diberi merek Defira dan saat ini mengalirkan omzet sekitar Rp 5 juta per bulan.
”Omzet yang saya dapat saat ini jauh di atas gaji yang saya terima saat bekerja di pabrik,” ujarnya. Saat bekerja di bagian produksi di pabrik tekstil, dia hanya digaji Rp 2 juta per bulan.
Usaha rumah tangga itu dikelola Amin bersama istrinya, Ratri Radiningsih, di rumah pribadi di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Eggroll adalah jajanan atau makanan ringan yang memiliki bentuk seperti pipa-pipa, dibuat dari adonan yang digulung. Penganan ini rasanya manis, renyah, dan lembut di mulut.
Akan tetapi, jika kebanyakan eggroll hanya mengandalkan varian rasa rata-rata kue, seperti rasa cokelat, keju, dan moka, Amin sengaja mengemas eggroll produksinya bercita rasa unik khas sayuran dan buah. Maka, eggroll Defira pun akhirnya tampil dengan empat varian rasa, yaitu rasa pisang, labu kuning, brokoli, dan wortel.
Semua varian rasa itu tercipta dari buah dan sayuran asli, tanpa perasa ataupun pewarna tambahan. Dengan upaya ini, eggroll produksi Amin pun memiliki nilai lebih, yaitu mampu menambah asupan gizi dan vitamin bagi konsumen. ”Hanya dengan ngemil eggroll, konsumen bisa merasakan manfaat dan khasiat dari sayuran dan buah,” ujarnya.
Dengan menyantap eggroll brokoli, misalnya, konsumen bisa mendapatkan manfaat sehat dari brokoli sebagai sayuran yang dikenal memiliki kandungan antioksidan, antikanker, serta rendah kalori.
Amin dan Ratri memproduksi sendiiri eggroll Defira. Setiap pekan, volume produksi yang dihasilkan mencapai dua lusin, setiap lusin berisi 12 kaleng eggroll. Satu kaleng berisi 430 gram eggroll yang dijual dengan harga Rp 48.000.
Eggroll produksi Amin biasanya dititipkan ke sejumlah toko oleh-oleh di Kota Salatiga dan Semarang. Namun, Amin terus berupaya mengembangkan pemasaran dengan intens mengikuti pameran di sejumlah kota di luar Jawa.
Memulai usaha
Amin sebelumnya sudah bekerja selama 25 tahun di sebuah pabrik tekstil di Kota Salatiga. Sekalipun semula berniat menjadi karyawan yang loyal, dia pun akhirnya bimbang karena melihat dua pabrik tekstil besar bangkrut dan menutup usaha.
Pada 2011, dia mulai berpikir keras, mencari ide dan peluang untuk membuka usaha sampingan. Melihat istrinya pernah membuat dendeng berbahan daun singkong dan pepaya, Amin pun kemudian mencoba membuat dan menjualnya ke pasar.
Produk dendeng berbahan sayuran tersebut sempat direspons baik oleh salah satu pengusaha di Kota Salatiga. Atas inisiatif pengusaha itu, Amin dengan membawa produk ini akhirnya berhasil masuk nomine 18 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kreatif se-Indonesia.
Capaian ini membuat Amin makin bangga dan bersemangat menggenjot produksi. Rekan pengusaha yang menyukai produk olahan ini juga terus rutin memesan dendeng untuk dijual di toko oleh-oleh miliknya.
Akan tetapi, di tengah aktivitasnya menjalankan usaha, Amin menemui kendala. Dendeng produksi Amin hanya bisa dikeringkan secara alami dengan sepenuhnya mengandalkan sinar matahari. Hal ini baru dia ketahui setelah mencoba mengeringkannya dengan menggunakan oven.
”Saat memakai oven, dendeng baru akan terasa kering jika dipanaskan hingga gosong. Namun, jika suhu diperkecil atau waktu pemanasan dipersingkat, dendeng akan tetap berwujud adonan mentah,” ujarnya.
Kesulitan ini dia temui berulang kali hingga tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan. Melihat kondisi itu, Amin akhirnya memutuskan untuk menghentikan produksi dendeng yang sudah sempat jalan dua tahun.
Setelah itu, di sela-sela aktivitasnya bekerja di pabrik tekstil, Amin kembali mencari ide usaha. Dia terpikir untuk memproduksi makanan ringan dengan karakteristik unik. Saat bertemu dengan pengusaha yang juga menjadi pelanggannya tersebut, Amin diberi masukan untuk membuat eggroll dengan memakai tepung labu kuning. Ketika itu, rekan pengusaha itu sedang mengembangkan berbagai produk makanan berbahan labu kuning, antara lain geplak labu kuning.
Amin pun mengikuti anjuran itu. Mengikuti saran dari pemerintah untuk menggunakan bahan pangan lokal, maka Amin pun tidak memakai tepung terigu. Selain memakai tepung labu kuning, dia memakai tepung mokaf, tepung yang terbuat dari ketela pohon.
Sukses membuat eggroll bercita rasa labu kuning, Amin dan istri tergerak untuk memanfaatkan bahan-bahan alami seperti buah dan sayuran. Mereka berdua bereksperimen dan akhirnya menemukan bahan lain yang cocok untuk bahan baku, yakni brokoli, pisang, dan wortel.
Khasiat dan manfaat sayuran sangat banyak. Namun, banyak orang enggan mengonsumsinya.
Jika cita rasa labu kuning didapat dari tepung labu kuning, untuk pisang cita rasanya didapatkan dengan memakai buah pisang asli yang disisir dan dihaluskan dengan sendok, bercampur dengan tepung. Adapun untuk mendapatkan rasa brokoli dan wortel, dua sayuran itu terlebih dahulu dihaluskan, lalu disaring sehingga tidak lagi mengandung air. Selanjutnya, sayur yang telah dihaluskan dicampur dengan tepung dan telur.
Sayuran
Selain gemar memakai produk lokal khas pertanian desa, Amin ingin memakai sayuran untuk berbagai produk makanan. Hal ini sebagai bagian dari kampanye agar makin banyak orang mengonsumsi sayuran. ”Khasiat dan manfaat sayuran sangat banyak. Namun, banyak orang enggan mengonsumsinya,” ujarnya.
Berangkat dari keinginan itu, Amin terus mengembangkan varian produk eggroll Defira. Dalam waktu dekat, dia akan segera meluncurkan eggroll rasa sawi dan seledri.
Amin mensyukuri usahanya saat ini. Rasa syukur semakin bertambah saat dia menjadi salah satu korban pemutusan hubungan kerja secara massal di pabrik tempatnya bekerja. ”Jika sebelumnya hanya menjadi usaha sampingan, bisnis eggroll ini sekarang menjadi pencarian utama,” ujarnya. Apabila melihat respon pasar, dia optimistis bisa terus mengembangkan usahanya.