Selama tahun 2019, sedikitnya ada sembilan pesohor tanah air yang terjerat kasus narkoba. Kasus itu menambah panjang daftar artis pada tahun sebelumnya yang terjerar narkoba. Sebagian kalangan menilai, merebaknya kasus ini karena alasan pekerjaan yang menguras tenaga.
Oleh
Stefanus Ato/Aguido Adri
·5 menit baca
Selama 2019, sedikitnya ada sembilan pesohor Tanah Air terjerat kasus narkoba. Kasus itu menambah panjang daftar artis pada tahun sebelumnya yang terjerat kasus narkoba. Sebagian kalangan menilai merebaknya kasus ini karena alasan pekerjaan yang menguras tenaga.
Apa pun pertimbangannya, penyalahgunaan narkoba bertentangan dengan hukum. Kasus terbaru menyeret komedian berinisial TRP alias Nunung Srimulat. Ia ditangkap anggota Subdit 1 Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya bersama suaminya, JJS (47), dan seorang pengedar sabu berinisial HM (49), Jumat (19/7/2019), di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Menurut hasil pemeriksaan polisi, Nunung menggunakan sabu untuk menjaga stamina sejak lima bulan lalu. Dalam operasi penangkapan itu, polisi menemukan sabu seberat 0,36 gram sisa pemakaian yang dibeli tiga hari sebelumnya, seberat 2 gram.
Satu hari kemudian, pada Sabtu (20/7/2019), Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Kota Besar Bandung kembali menangkap aktris peran dengan inisial Z alias Jamal ”Preman Pensiun”. Dari tangan Z, polisi menemukan satu alat isap bong dan cangklong yang di dalamnya masih berisi sabu.
Sepanjang 2019 tercatat sejumlah artis hingga selebgram ditangkap karena narkoba. Mereka antara lain Reva Alexa, Jupiter Fortissimo, dan Zul ”Zivilia”. Sementara di kalangan komedian, Nunung bukan anggota grup lawak Srimulat pertama yang ditangkap polisi karena kepemilikan narkoba. Sebelumnya sudah ada empat anggota Srimulat yang berurusan dengan polisi karena mengonsumsi narkoba, yakni Doyok, Polo, almarhum Gogon, dan Tessy.
Menyesal
Saat di hadapkan ke media oleh Polda Metro Jaya dalam konferensi penangkapan Nunung dan suaminya, komedian yang mengisi sejumlah acara di televisi ini tampak menangis. Sembari menahan tangis, Nunung meminta maaf kepada keluarga dan para penggemarnya.
”Yang perlu saya sampaikan, saya mohon maaf kepada Allah SWT. Mohon maaf kepada ibu saya, anak-anak dan cucu saya, keluarga besar saya, kepada rekan-rekan kerja saya, di mana saya bekerja. Saya sudah mengecewakan. Saya sudah berbuat salah, telah melanggar hukum,” kata Nunung.
Nunung mengaku berterima kasih kepada polisi yang telah menangkapnya. Penangkapan ini, menurut Nunung, membuat dirinya terselamatkan dari jerat narkoba. ”Kepada bapak polisi saya berterima kasih, saya terselamatkan dengan kejadian ini. Kalau tidak ada kejadian ini, entah sampai kapan (saya terjerat narkoba),” ujarnya.
Siang itu, Nunung terlihat betul rasa penyesalannya ditangkap polisi karena kepemilikan narkoba. ”Kepada fans-fans saya, netizen, dengan kejadian ini saya memohon maaf, saya berjanji tidak akan mengulangi lagi,” katanya.
Tuntutan pekerjaan
Mantan Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Ali Johardi saat dihubungi pada Minggu (21/7/2019), di Jakarta, mengatakan, artis sering menyalahgunakan narkoba karena dua faktor. Pertama karena tuntutan pekerjaan. Mereka sering kali harus memforsir tenaga untuk melakukan shootingstriping yang tidak mengenal waktu karena dituntut menyelesaikan pekerjaan itu dengan cepat.
”Ini yang menyebabkan artis dengan mudah ditawari obat stimulan, yaitu narkotika. Tujuannya supaya tetap prima, tidak mengantuk, tidak lapar, dan penampilan tetap oke,” kata Ali.
Faktor kedua penggunaan narkoba juga akibat gaya hidup lantaran kebiasaan hidup artis yang dianggap glamor dan bergelimang harta. Situasi ini dimanfaatkan sindikat narkoba untuk menawarkan barang terlarang itu.
”Setelah menjadi artis, lingkungan pergaulan juga berubah, kemudian seleranya juga berubah. Ini menjadi kerentanan sendiri sehingga artis menggunakan narkotika. Kalau tidak pakai narkoba tidak keren jadi artis,” ujar Ali.
Dalam wawancara eksklusif dengan Kompas TV, Nunung mengaku mulai mengonsumsi narkoba sejak 20 tahun lalu. Tetapi, dalam rentang waktu 20 tahun itu, dia sempat berhenti mengonsumsi barang terlarang itu. ”Maksudnya itu mulai (mengonsumsi narkoba) 20 tahun yang lalu. Tetapi, ke berhenti, ya, 20 tahun yang lalu,” katanya.
Nunung menceritakan, 20 tahun yang lalu saat pertama kali dirinya mulai mengonsumsi narkoba, penyebabnya faktor lingkungan. ”Kalau itu lingkungan seprofesi. Waktu dulu 20 tahun yang lalu. Saya ikut-ikutan saja. Saya diajak-ajak saja,” katanya.
Menurut Nunung, setelah berhenti mengonsumsi narkoba 20 tahun lalu, dirinya sempat ikut program rehabilitasi. Namun, sejak lima bulan terakhir, Nunung kembali mengonsumsi narkoba karena tuntutan pekerjaan yang menyita fisiknya.
”Mungkin karena saya terlalu banyak ambil pekerjaan. Sebenarnya fisik saya tidak terlalu memungkinkan. Tahu sendiri, kan, kalau sinetron itu, kan, bisa dari pagi. Padahal, masih ada jam-jam kerja yang dari sore sampai malam live tiap hari. Ternyata saya enggak kuat fisiknya, enggak bisa dibohongi. Saya punya inisiatif dibantu dengan pakai ini (sabu),” ujar Nunung.
Ternyata saya enggak kuat fisiknya, enggak bisa dibohongi. Saya punya inisiatif dibantu dengan pakai ini (sabu).
Deputi Bidang Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Arman Depari, saat dihubungi secara terpisah, mengatakan, artis yang terlibat narkoba dengan tujuan menjaga stamina hanya alasan. Jeratan narkoba di kalangan artis merupakan kesalahan sendiri karena mereka sebenarnya ikut menikmati dan secara sadar mau menyalahgunakan narkoba.
Bahkan, tak jarang ada oknum dari kalangan mereka yang mengajak sesama kelompok pergaulannya untuk turut bergabung dan menikmati barang terlarang itu. ”Alasan stamina itu hanya kambing hitam. Ada banyak cara, toh, untuk mengatur stamina. Tidak harus seperti itu karena dia paham terkait bahaya narkoba,” kata Arman.
Pasar potensial
Ali Johardi menambahkan, artis dengan kehidupan glamor dan dianggap bergelimang harta merupakan pangsa pasar potensial yang menjadi sasaran sindikat narkoba. Bandar menjerumuskan mereka untuk menyalahgunakan narkoba dengan memanfaatkan orang-orang terdekat yang ada di sekitar pesohor itu.
”Para bandar ini punya sistem perekrutan. Jadi, ada penghubung yang berasal dari kalangan mereka sendiri yang dekat dengan artis yang disasar,” ujar Ali.
Di satu sisi, penggunaan narkoba di kalangan artis dinilai berdampak buruk terhadap generasi muda karena mereka merupakan publik figur yang sering muncul di layar kaca. Penonton televisi, terutama saat sore hingga malam hari, banyak dari kalangan remaja dan pelajar.
”Saya khawatir, dengan banyaknya artis yang ditangkap, lama-kelamaan hal itu dianggap hal biasa. Padahal, narkoba ini luar bisa dampak merusaknya bukan bagi orang, melainkan juga masyarakat dan bangsa ini,” kata Ali.