Warung Shadaqoh dibuka setiap Jumat sejak 2017. Selain menyediakan nasi bungkus gratis kepada kaum tak berpunya, warung tersebut juga mengirimkan nasi bungkus ke sejumlah masjid,
Oleh
Megandika Wicaksono
·5 menit baca
Hati Bripka Fauzi dan Paulina, sang istri, tergerak setiap melihat pemulung, gelandangan, atau tukang becak lewat di depan bengkel sepeda motornya. Mereka kerap memberikan satu-dua bungkus nasi. Belakangan, mereka membuka ”Warung Shodaqoh” yang menyediakan makanan gratis untuk kaum duafa. Uangnya diperoleh dari orang-orang yang ingin berbagi rezeki.
Akhir Juni lalu, ketika sinar mentari beranjak naik, Paulina bersama tiga ibu sibuk menggoreng telur dadar dengan irisan daun bawang di pelataran bengkel motor Bintang Terang di Jalan Raya Yos Sudarso, Kelurahan Wonokriyo, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah.
Sambil duduk di kursi kayu kecil (dingklik), mereka bergotong royong memasak menyiapkan lauk-pauk untuk lebih dari 500 bungkus nasi. ”Kami sudah mulai persiapan memasak sejak Kamis kemarin,” kata Paulina, Jumat (28/6/2019).
Sementara para ibu memasak, Fauzi dibantu anak-anaknya dan salah satu karyawan bengkel menyiapkan tenda, terpal, meja, kursi, dan gerobak untuk memajang masakan. Semua perlengkapan itu digotong ke arah barat bengkel untuk dijadikan Warung Shodaqoh.
Sekitar pukul 09.30, masakan yang telah siap, seperti nasi dalam bakul besar, capcay goreng, sambal goreng kentang, dan telur dadar, mulai disajikan di warung. Melihat masakan sudah siap, orang-orang yang ingin mendapatkannya segera berbaris. Mereka terdiri dari pemulung, tukang becak, dan buruh bangunan.
Paulina dibantu anaknya dengan ramah melayani mereka. ”Satu orang bisa mendapatkan tiga bungkus nasi, untuk makan pagi, siang, dan malam,” ujar Paulina.
Warung Shadaqoh dibuka setiap Jumat sejak 2017. Selain menyediakan nasi bungkus gratis kepada kaum tak berpunya, warung tersebut juga mengirimkan nasi bungkus ke sejumlah masjid, antara lain Masjid Al-Amanah, Masjid Baiturrohim, dan Masjid Al-Ikhlas untuk dibagikan setelah shalat Jumat.
Fauzi mengatakan, keluarganya berinisiatif membuka Warung Shadaqoh karena kasihan melihat orang-orang duafa yang belum tentu bisa makan dengan lauk yang layak sehari sekali. Awalnya keluarganya memberikan satu-dua bungkus kepada mereka yang berlalu lalang di depan bengkelnya. Selanjutnya, mereka menyediakan makanan dalam porsi lebih banyak. Mereka memasak 5 kilogram beras dan lauk-pauk untuk 37-40 bungkus nasi.
Fauzi yang sehari-hari bekerja sebagai anggota Kepolisian Sektor Sempor, Kepolisian Resor Kebumen, mengungkapkan, sesuai ajaran agamanya, sedekah pada hari Jumat akan berlipat ganda. Karena itulah, Fauzi dan keluarga membuka Warung Shodaqoh.
Menggerakkan hati
Semangat Fauzi dan Paulina untuk berbagi ternyata menggerakkan hati banyak orang. Ada yang datang menyumbang beras, minyak goreng, telur, atau uang mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Ada pula yang menyumbangkan tenaga.
”Pernah suatu ketika bahan makanan habis. Uang saya juga habis. Saya hampir bingung bagaimana mau memasak. Eh, tiba-tiba ada tukang becak yang mengantarkan sekarung beras. Ketika ditanya, katanya dari orang di pasar yang tidak mau disebutkan namanya, beras ini buat Warung Shodaqoh,” tutur Fauzi.
Hingga kini ada 25 donatur yang rutin berbagi melalui Warung Shodaqoh. Selain itu, ada 12 juru masak yang siap sedia mengerahkan tenaganya untuk memasak. Beras yang dimasak setiap Jumat kini berkisar 1,5 kuintal hingga 2 kuintal dan bisa menjadi sedikitnya 500 nasi bungkus.
”Keluarga sangat mendukung. Kedua orangtua juga memberikan support. Lalu ada teman-teman istri dan juga dari istri-istri polisi di sini. Tidak semua Muslim, ada juga yang Kristen dan Katolik,” tutur Fauzi. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada donatur, kami melaporkan hasil masakan dan keuangan melalui grup Whatsapp,” katanya.
Upaya untuk berbagi kadang kala mendapatkan sindiran dari pemilik warung di sekitar bengkelnya. ”Ada yang bilang meski sambil bercanda, ’Jangan kebanyakan Pak Polisi nasinya, nanti warung kami enggak laku’,” ujar Fauzi menirukan pemilik warung makan.
Tetap tugas
Meski setiap Jumat mengurus Warung Shadaqoh, Fauzi tetap menjalankan tugas utamanya sebagai anggota Kepolisian Sektor Sempor, Kepolisian Resor Kebumen. Dia menjabat sebagai kepala seksi humas di Polsek Sempor. ”Pimpinan selalu berpesan, ’Lanjutkan ibadahmu, tetapi jangan lupa dinasmu’,” kata Fauzi.
Atas inisiatif Fauzi mendirikan Warung Shodaqoh, Kepala Kepolisian Resor Kebumen Ajun Komisaris Besar Robertho Pardede juga memberikan piagam penghargaan kepada Fauzi pada Maret 2019. Fauzi dinilai berprestasi karena mendirikan Warung Shodaqoh untuk fakir miskin dan tetap disiplin serta bertanggung jawab dalam bekerja.
Fauzi senang Warung Shadaqoh yang ia rintis bersama istrinya bisa melayani kaum duafa yang perlu bantuan makanan dan memberi ruang kepada para dermawan yang ingin bersedekah.
”Saya hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain,” katanya.
elalui Warung Shodaqoh itu, lanjut Fauzi, dirinya juga mendapatkan lebih banyak kesempatan berjumpa dan berinteraksi dengan sesamanya, baik mereka yang kurang mampu, bahkan mereka yang sering kali dianggap meresahkan masyarakat, seperti preman. Lingkungan sosial yang tadinya dikenal cukup rawan dan keras perlahan menjadi lebih lunak dan kondusif. ”Mereka kadang ikut makan di sini. Ada juga yang ikut bantu, memberi tenaga. Ada tukang ojek online yang bantu angkat-angkat,” kata Fauzi.
Tuminah (61) yang sehari-hari menjadi pemulung mengatakan senang dan bersyukur dengan adanya Warung Shodaqoh di Gombong ini. Dia biasa berangkat mencari barang rongsok sejak pukul 06.00 hingga sore hari dan mendapatkan uang Rp 4.000-Rp 7.000 per hari. ”Senang dapat makanan di sini, jadi tidak makan di rumah,” ujarnya.
Tugimin (65), salah satu tukang becak di Gombong, juga bersyukur bisa makan gratis di Warung Shodaqoh ini. ”Alhamdulillah terbantu dengan adanya warung ini,” kata Tugimin yang sudah menjadi tukang becak sejak 1970.