Sebanyak 1.512 personel gabungan disiagakan untuk pencegahan serta pemadaman kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kalimantan Selatan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Sebanyak 1.512 personel gabungan disiagakan untuk pencegahan serta pemadaman kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kalimantan Selatan. Hal itu guna mencegah terjadi bencana asap di tengah potensi karhutla yang tinggi pada musim kemarau ini.
Kalsel termasuk salah satu provinsi rawan karhutla setiap musim kemarau. Karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan personel gabungan dari unsur TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta masyarakat untuk mencegah dan memadamkan karhutla di Kalsel.
Penyerahan personel gabungan dari BNPB kepada Pemerintah Provinsi Kalsel dilakukan dalam Apel Siaga Darurat Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019 di Banjarbaru, Selasa (30/7/2019).
”Kami memberikan dukungan kepada provinsi yang rawan kebakaran hutan dan lahan dengan pasukan gabungan sebanyak 1.512 personel,” kata Staf Ahli BNPB Mayor Jenderal TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak.
Menurut Komaruddin, para personel tersebut akan ditempatkan di lebih kurang 100 titik rawan karhutla. Mereka akan tidur bersama rakyat dan melakukan sosialisasi untuk mencegah serta memadamkan karhutla. Melalui dana siap pakai, setiap personel akan menerima Rp 145.000 per hari untuk uang lelah dan lauk-pauk.
”Kalau dulu kami lebih banyak melakukan penanggulangan, sekarang kami ubah menjadi pencegahan supaya lebih efisien dalam anggaran serta efektif dalam penggunaan pasukan dan peralatan,” ujarnya.
Tetapi, bilamana pencegahan gagal, pemerintah juga sudah menyiapkan helikopter.
Komaruddin mengatakan, para personel gabungan diprioritaskan mencegah kebakaran di lahan gambut. Mereka harus mengepung dan menjaga supaya lahan gambut tetap basah dan tidak terbakar karena kekeringan.
Mereka juga harus lebih aktif melakukan sosialisasi. Begitu muncul titik api, harus segera dipadamkan sehingga tidak perlu helikopter bom air. ”Tetapi, bilamana pencegahan gagal, pemerintah juga sudah menyiapkan helikopter. Kapan pun diminta Gubernur, kami siap,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengucapkan terima kasih kepada BNPB, TNI, Polri, BPBD, serta semua pihak yang tergabung dalam satuan tugas (satgas) gabungan pencegahan dan pemadaman karhutla di Kalsel. Adanya satgas gabungan itu sebagai bentuk keseriusan dan kesiapan untuk cepat tanggap dan bergerak cepat dalam mengatasi karhutla di Kalsel.
”Kalsel memang bebas dari gempa bumi dan gunung api. Namun, bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, serta karhutla menjadi ancaman bagi lingkungan dan kehidupan di Kalsel,” katanya.
Menurut Sahbirin, karhutla merupakan bencana yang terjadi hampir setiap tahun di Kalsel. Setiap musim kemarau tiba, karhutla menjadi masalah yang dihadapi.
”Tentu saja, kami tidak akan menyerah untuk mencegah dan mengatasi karhutla. Bagaimanapun caranya, pengendalian karhutla harus diupayakan semaksimal mungkin,” ujarnya.
Kepala BPBD Kalsel Wahyuddin mengatakan, hampir setiap hari terpantau 10 titik panas (hotspot) di Kalsel. Kebakaran lahan juga mulai terjadi di wilayah Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Hulu Sungai Selatan.
”Bisa dibilang 99 persen pemicunya adalah kelalaian manusia karena membakar sampah, membuang puntung rokok, dan sebagainya. Di samping karena kelalaian, juga karena kesengajaan dari oknum masyarakat dan perusahaan yang membuka lahan dengan cara membakar,” ungkapnya.