Kendati PT PLN Persero menyatakan segera mengatasi gangguan, pemadaman bergilir dipastikan tetap berlangsung sampai Senin ini. Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN Persero Sripeni Inten Cahyani pun belum bisa memastikan kapan pemadaman ini berakhir.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati PT PLN (Persero) menyatakan segera mengatasi gangguan, pemadaman bergilir dipastikan tetap berlangsung sampai Senin ini. Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN (Persero) Sripeni Inten Cahyani pun belum bisa memastikan kapan pemadaman bergilir ini berakhir.
”Mudah mudahan nanti malam sudah normal. Saya mengharapkan target sore nanti pukul 16.00 itu akan ada dua unit PLTU yang masuk, jadi kira-kira 1.000 megawatt (MW), kemudian lainnya yang berkapasitas 300 MW akan masuk juga, tetapi agak menjelang malam,” tutur Sripeni kepada wartawan seusai Presiden Joko Widodo mengunjungi Kantor PT PLN untuk mempertanyakan pemadaman bergilir ini, Senin (5/8/2019).
Sripeni kembali memohon maaf karena pemadaman bergilir masih akan terjadi. Proses pemulihan distribusi listrik diakui lebih lama dari prediksi. Permohonan maaf dan pengakuan ini juga disampaikannya saat bertemu Presiden Jokowi.
Menurut Sripeni, gangguan terjadi pada dua sirkuit di jalur utara sistem kelistrikan Jawa-Bali. Adapun sistem kelistrikan Jawa-Bali sendiri terdiri atas dua jalur, yakni utara dan selatan yang masing-masing dua sirkuit. Jalur utara adalah Rembang, Ungaran, Mandiraja. Adapun jalur selatan adalah Kediri, Kasugihan, dan Tasikmalaya.
Gangguan pada Minggu pukul 11.48 terjadi pada jaringan Ungaran-Pemalang di Kecamatan Gunung Pati. Sementara itu, pada Minggu, saat beban rendah, PLN memelihara satu sirkuit di jalur selatan.
Gangguan langsung berimbas pada pasokan listrik. Peralihan pasokan listrik dari timur ke wilayah barat Jawa melalui satu sirkuit di jalur selatan mengakibatkan goncangan sistem. Sistem pun terlepas di Kasugihan- Tasikmalaya. Pasokan listrik pun terputus dan tegangan turun.
”Secara proteksi, pembangkit-pembangkit yang ada di barat semua melepaskan diri dari sistem. Karena frekuensi drop sampai 46 Hz, secara kesisteman, mesin-mesin pembangkit melepaskan diri,” kata Sripeni memberi penjelasan kepada Presiden.
Saat transfer dari timur tiba di Pembangkit Suralaya, kondisi mesin pembangkit di Banten ini sudah dalam keadaan dingin. Apabila mesin masih panas, pemulihan hanya menghabiskan waktu 4 jam.
Namun, proses yang terjadi kemarin lebih lama dari yang diharapkan. Ketika transfer ini masuk unit pembangkitan Saguling, kata Sripeni, waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Padahal, di sini dilakukan stabilitasi daya dan tegangan saat kondisi darurat. Baru dari Saguling, tegangan listrik lalu disalurkan kembali ke Cibinong, Depok, Gandul, kemudian ke pembangkit di Balaraja dan Suralaya.
Pembangkit Suralaya yang sudah dalam keadaan dingin pun memerlukan waktu sekitar 8 jam untuk kembali siap beroperasi.
Penyaluran berikutnya dilakukan bertahap. Setelah pembangkit siap, tegangan listrik diturunkan secara bertahap dari 500 kiloVolt (kV) menjadi 150 kV dan kemudian 20 kV ke pelanggan. ”Itu ternyata memerlukan waktu,” ujar Sripeni.
Gangguan pada jalur selatan sendiri masih diinvestigasi penyebabnya. Menurut Sripeni, karena melintasi area yang luas, penyebab gangguan bisa bermacam-macam. ”Masih proses investigasi. Kadang-kadang kita tahu, ada layang-layang, itu juga bisa menyebabkan jaringan putus. Jaringan yang kena dahan pohon, itu juga bisa menyebabkan putus,” ucapnya.
Kendati demikian, dia memastikan gangguan bukan karena sabotase, melainkan karena kendala teknis.