Tak ada perdebatan, apalagi perpecahan, sepanjang rangkaian Kongres V PDI-P pada 8-10 Agustus 2019. Seluruh kader dan simpatisan bersukacita dalam kemegahan Pulau Dewata karena sejatinya mereka memang tengah berpesta!
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·4 menit baca
Tak ada perdebatan, apalagi perpecahan, sepanjang rangkaian Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Kamis hingga Sabtu, 8-10 Agustus 2019. Seluruh kader dan simpatisan bersukacita dalam kemegahan Pulau Dewata karena sejatinya mereka memang tengah berpesta!
Lihat saja, atribut partai serba merah memenuhi jalan-jalan besar hampir di seluruh Denpasar, Bali. Tidak hanya bendera atau baliho, rangkaian janur yang biasa digunakan sebagai penanda perayaan pernikahan atau upacara adat juga terpasang rapi di sepanjang jalan dari berbagai arah menuju Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Denpasar, Bali.
Memasuki kompleks hotel yang didirikan Bung Karno pada 1966 itu, suasana pesta semakin terasa. Karangan bunga warna-warni berucapkan selamat memenuhi jalan sekitar 300 meter dari gerbang hingga lobi.
Belum lagi ornamen anyaman daun kelapa yang ada hampir di seluruh ruangan kongres. Mulai dari yang berukuran kecil hingga gigantik ada di sana, menandakan bahwa semua ruang dihias secara serius.
Tak berhenti di situ, setiap tamu yang datang disambut meriah dengan tarian lokal. Sehari sebelum kongres dimulai, misalnya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang tengah meninjau lokasi disambut 50 penari gandrung kembang menur asal Banyuwangi, Jawa Timur.
Pada hari pembukaan, tarian lokal lebih megah lagi. Tamu yang berasal dari kalangan elite pemerintah, ketua umum partai politik, hingga tokoh nasional disambut dengan penampilan 500 penari pendet diiringi musik gamelan jegog khas Bali.
Kader menikmati hiburan ragam tarian daerah dan penampilan artis ternama, seperti Katon Bagaskara dan Krisdayanti, pada Malam Budaya. Aneka kuliner lokal pun tak habis-habisnya disajikan.
Kemeriahan serupa ada di Pantai Matahari Terbit, sekitar 1 kilometer ke utara hotel. Sebanyak 14.000 penggembira dari Sabang hingga Merauke berkumpul untuk memeriahkan kongres.
Sepanjang pagi hingga malam, mereka dihibur penyanyi lokal dan bernyanyi bersama di atas panggung. Di tepi pantai berpasir putih yang disulap menjadi serba merah itu, disediakan pula dapur umum yang tak henti menyajikan makanan untuk semua warga.
”Ini merupakan kongres dengan semangat kerakyatan yang sangat kuat, ditandai dengan partisipasi publik melalui kedatangan para penggembira untuk memerahkan Bali,” kata Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDI-P 2014-2019.
Baik elite maupun wong cilik sama-sama larut dalam pesta tiga hari tiga malam. Wajar, karena mereka baru saja mengukir sejarah. Pasca-Reformasi, belum ada partai politik yang memenangi pemilu dua kali berturut-turut. Kemenangan beruntun itu sekaligus membuktikan bahwa partai bersejarah panjang tersebut mampu bangkit dari kekalahan beruntun pula, yaitu selama 2004-2014.
Joko Widodo, kader PDI-P dari Solo, menang dua periode dalam pemilihan presiden. Perolehan suara PDI-P dalam pemilu legislatif pun nomor satu, yaitu 18,95 persen pada 2014 dan meningkat menjadi 19,33 persen pada 2019.
Pasca-Reformasi, belum ada partai politik yang memenangi pemilu dua kali berturut-turut. Kemenangan beruntun itu sekaligus membuktikan PDI-P mampu bangkit dari kekalahan beruntun selama Pemilu 2004 dan Pemilu 2014.
Untuk merayakan kemenangan itu, partai pun merogoh kocek cukup dalam. Wakil Bendahara Umum PDI-P 2014-2019 Rudianto Tjen mengatakan, kongres menghabiskan dana Rp 17,6 miliar yang didapat dari dana gotong royong sukarela dari para kader.
Persahabatan
Kongres V PDI-P juga lekat dengan nuansa persahabatan. Dalam pidato politiknya saat membuka kongres, Megawati lebih banyak menceritakan pengalaman hidup dan bersenda gurau dengan seluruh peserta.
Saking banyaknya canda, durasi pidatonya mencapai 64 menit. Padahal, pada kongres lima tahun lalu, ia hanya berpidato selama 38 menit.
Salah satu yang diceritakan adalah soal begitu banyak tokoh politik nasional yang meminta untuk diundang pada kongres 2019 itu. ”Memang, kalau jadi pemenang itu, banyak yang minta diundang, tidak seperti dulu waktu kami selalu kalah,” ujarnya.
Memang, kalau jadi pemenang itu, banyak yang minta diundang, tidak seperti dulu waktu kami selalu kalah.
Memang benar, hampir semua tokoh politik nasional yang berpengaruh datang di kongres tersebut. Termasuk Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi rival politiknya selama 10 tahun terakhir.
Hingga penutupan kongres pada Sabtu, 10 Agustus, sikap Megawati tak berubah. Pada semua momentum, ia selalu tersenyum dan bergurau. Tampak tak ada beban pula dalam menentukan struktur kepengurusan dewan pimpinan pusat periode 2019-2024.
Dari 27 orang yang masuk struktur kepengurusan, hanya ada satu nama baru, yaitu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Selebihnya merupakan pemain lama dan pengurus periode sebelumnya.
Kini, pesta telah usai. Bukan lagi saatnya bereuforia. Partai pemenang pemilu itu harus mulai bekerja, bukan hanya untuk mencapai target kemenangan berikutnya, melainkan juga memastikan kesejahteraan rakyat!