Bayangan Adriansyah (30) soal Monumen Nasional (Monas) berbeda dengan kenyataan yang ditemuinya pada Rabu (14/8/2019) malam. Awalnya, ia pikir hiburan di sana akan biasa-biasa saja. Melihat pucuk Monas, lalu mengabadikannya dengan berbagai sudut gambar yang berbeda.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
Bayangan Adriansyah (30) soal Monumen Nasional (Monas) berbeda dengan kenyataan yang ditemuinya pada Rabu (14/8/2019) malam. Awalnya, ia pikir hiburan di sana akan biasa-biasa saja. Melihat pucuk Monas, lalu mengabadikannya dengan berbagai sudut gambar yang berbeda.
Malam itu, Monas terlihat semarak dengan gugusan lampu hias. ”Ini tiba-tiba banyak lampu hias yang bikin anak saya senang. Monas enggak biasanya seperti ini,” ucap warga Medan, Sumatera Utara, yang mengunjungi Monas untuk kesekian belas kali.
Tidak hanya Adriansyah, malam itu pengunjung Monas lainnya juga ikut penasaran dengan berbagai hiasan lampu yang mencolok di kawasan taman selatan. Hiasan lampu itu adalah bagian dari pameran ”Festival of Light” yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka perayaan jelang Hari Ulang Tahun Ke-74 Kemerdekaan Indonesia.
Pelaksana Tugas Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas Mujirin mengatakan, pameran ini menjadi ajang peringatan HUT kemerdekaan dengan pendekatan pameran seni. Mulai Kamis (15/8/2019) pukul 18.30-22.00, warga dapat mengunjungi taman selatan Monas yang ditaburi diorama dan lampu beragam warna. Pameran berlangsung hingga 25 Agustus mendatang.
Taman selatan Monas seluas 8 hektar itu disulap dengan hiasan lampu di berbagai sudut. Berhadapan langsung dengan Monas, terdapat tulisan alfabet besar bertuliskan Festival of Light. Selain itu, di tanaman, di tiang-tiang, serta di lorong buatan, seluruhnya pun berhiaskan lampu beragam warna.
Festival of Light yang ramai menjadi tanda bahwa bangunan cagar budaya, seperti Monas, kini butuh bersolek dengan adanya sejumlah kegiatan seperti ini. Mujirin mengatakan, tahun ini ia membuat program bernama Monas Week, yakni sejumlah program tematis yang diterapkan sebagai variasi di bangunan cagar budaya.
”Bulan Juli lalu, kami membuat pameran sejarah lewat tampilan hologram dan animasi video mapping. Sekarang kami mencoba hal yang baru di Monas, yaitu membuat pameran lampu hias di tempat terbuka, yang tergolong cukup segar dibandingkan dengan acara-acara yang sekadar ’panggung musik’ saja,” kata Mujirin.
Kepala Seksi Pelayanan UPK Monas Endrati Fariani menjelaskan, adanya pameran lampu hias semacam ini pun terhitung masih coba-coba. Karena masih bergantung pada APBD dan minim sponsor, ia berorientasi agar pameran tetap terkesan mewah, tetapi tidak membuang-buang uang negara.
Alhasil, pameran malam itu dilengkapi dengan sejumlah properti lampu berbentuk diorama yang merepresentasi Ibu Kota. Ada sejumlah properti, seperti kapal layar, kendaraan bemo, dan replika mobil milik RI 1 tempo dulu yang disulap menjadi hiasan lampu.
”Konsep dari sejumlah diorama di sini sebenarnya agar pengunjung ingat kembali hal-hal yang paling menonjol dari Kota Jakarta. Akhirnya kami pun menonjolkan tokoh Pangeran Jayakarta dan Jenderal Sudirman di setiap sisi gerbang masuk yang menghadap Monas,” ucapnya.
Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi Sutanto Suhodo mengatakan, Monas sebagai cagar budaya pun perlu dipahami kehadirannya sebagai ruang publik. Fungsi ini tidak dapat dilepaskan begitu saja karena tersedianya taman untuk warga berkumpul.
Sutanto berharap Monas dapat berfungsi sebagai ruang publik, baik siang maupun malam hari. ”Adanya pameran semacam ini perlu dipertimbangkan. Kalau animonya besar, berarti perlu dihadirkan agar warga turut senang berkunjung ke Monas,” ujarnya.
Endrati menargetkan adanya peningkatan kunjungan 18 sampai 20 persen dari jumlah normal sekitar 30.000 pengunjung per hari. Bahkan, jika sangat ramai, ia mengklaim jumlah tersebut bisa meningkat hingga 10 kali lipat.
”Tentunya kami sudah menyiapkan diri jika terjadi lonjakan jumlah pengunjung. Penanganan properti pun tidak mudah. Kami menghabiskan anggaran hingga Rp 1 miliar untuk pemeliharaan properti pameran keseluruhan selama sepuluh hari,” kata Endrati.
Terlepas dari keberadaan pameran seni yang baru pertama kali di Monas, sejumlah pengunjung pun berharap agar acara semacam ini terus ada. Endrati menjanjikan kegiatan ini akan menjadi evaluasi pembelajaran bagi acara serupa ke depan.
”Yang jelas, ini jadi hal baru yang kami pelajari. Akan ada evaluasi selanjutnya agar Monas terus bisa menjadi destinasi menarik bagi warga,” ucapnya.