Sprinter andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, menantang dirinya untuk mempertajam catatan waktunya hingga menembus 9 detik. Sprinter tercepat Asia Tenggara dengan rekor personal 10,03 detik itu berusaha mewujudkan targetnya saat Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Qatar, 28 September-6 Oktober 2019.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Menembus waktu di bawah 10 detik menjadi impian setiap sprinter, tak terkecuali Lalu Muhammad Zohri. Pelari berusia 19 tahun itu kini berlatih lebih gigih untuk masuk zona 9 detik.
JAKARTA, KOMPAS — Sprinter andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, menantang dirinya untuk mempertajam catatan waktunya hingga menembus 9 detik. Sprinter tercepat Asia Tenggara dengan rekor personal 10,03 detik itu berusaha mewujudkan targetnya saat Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Qatar, 28 September-6 Oktober 2019.
”Ibu Eni tidak pernah menuntut target, termasuk di Kejuaraan Dunia 2019. Tetapi, saya pribadi ingin berlari lebih baik dari rekor terbaik saya. Saya ingin bisa berlari di bawah 10 detik,” ujar pelari kelahiran Lombok Utara, NTB, 1 Juli 2000, itu seusai latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Target besar itu direspons oleh tim pelatih sprint PB PASI yang dipimpin Eni Nuraini dengan merancang program latihan khusus. Salah satu yang perlu dibenahi dari Zohri adalah konsentrasi dan daya tahan kecepatan.
Selama ini, Zohri sering kehilangan konsentrasi saat berlomba. Ia mudah terganggu dengan suasana di sekitar lintasan, bahkan tidak jarang kepalanya menoleh ke arah suara-suara yang memanggilnya ketika sedang berlomba.
Sebagai contoh, dia menoleh ke penonton pada babak penyisihan 200 meter yunior Kejuaraan Nasional Atletik 2019. Waktu itu, sekitar 30-40 meter menjelang finis, Zohri kehilangan konsentrasi hingga menoleh ke kanan, merespons suara penonton yang memberinya dukungan dari tribune Stadion Pakansari, Bogor.
Zohri memang masih finis pertama dengan waktu 21,14 detik. Namun, saat berlari lebih serius dalam final 200 meter yunior, dia finis pertama dengan waktu 20,81 detik.
”Kami terus ingatkan Zohri untuk menjaga konsentrasi berlari dari awal start sampai finis. Sebab, sekali saja kehilangan konsentrasi di tengah lomba, kecepatan pasti akan menurun. Itu bisa berakibat fatal terhadap hasil lomba,” ujar Eni.
Selain itu, Eni menyampaikan, perbaikan daya tahan kecepatan juga akan menjadi menu utama latihan Zohri dari saat ini hingga menjelang Kejuaraan Dunia. Latihan itu dilakukan untuk membantu Zohri menjaga kecepatannya dari start hingga finis. Hal itu bisa menunjang target Zohri yang ingin mempertajam catatan waktunya.
Menu latihan yang akan dijalani Zohri antara lain lari jarak 120-150 meter, latihan frekuensi berlari di antara kerucut berjarak 60 meter, latihan stamina di pusat kebugaran maupun lintasan, latihan lari naik tangga, dan lari di lintasan menanjak.
”Latihan ini dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum lomba. Seminggu sebelum lomba, volumenya dikurangi, tapi intensitasnya ditingkatkan,” tutur Eni.
Tetap porsi yunior
Eni mengatakan, dirinya tetap memberikan porsi latihan sesuai dengan level usia Zohri, yakni level yunior. Belajar dari para pendahulu Zohri, banyak pelari nasional yang ”dikarbit” atau digenjot latihan sedari usia muda. Atlet bersangkutan memang cepat melejit saat usia muda. Namun, melewati usia yunior, grafiknya menurun dan cenderung tidak pernah lagi sebaik di usia mudanya.
”Kami tidak ingin Zohri cepat melejit di usia muda, tetapi (setelah) melewati usia yunior justru habis. Jadi, selama ini, kami tetap memberikan Zohri latihan sesuai batas usianya. Jika pun dia bisa cepat melejit akhir-akhir ini, itu semua karena bakat alaminya. Kami sendiri menargetkan puncak performa Zohri tercapai pada (Olimpiade Paris) 2024 nanti,” ujar Pelatih Atletik Terbaik Asia 2019 itu.
Performa Zohri memang cepat melesat. Sejak mencetak waktu 10,18 detik ketika juara dunia U-20 nomor 100 meter pada 2018, catatan waktunya terus membaik. Pada Kejuaraan Asia di Doha, Qatar, April lalu, Zohri dua kali memecahkan rekor nasional 100 meter. Pertama, pada semifinal, ia mencetak waktu 10,15 detik yang memecahkan rekornas 100 meter Suryo Agung Wibowo 10,17 detik. Kedua, pada final, dia mempertajam rekor itu menjadi 10,13 detik dan meraih medali perak.
Zohri belum selesai di situ. Dia menaikkan lagi standarnya saat meraih perunggu 100 meter Golden Grand Prix Osaka, Jepang, Mei lalu, dengan waktu 10,03 detik. Sprinter tercepat Asia Tenggara itu pun menembus limit Olimpiade Tokyo 2020, yakni 10,05 detik.
Persaingan ketat
Meski demikian, dalam Kejuaraan Dunia Atletik 2019, Zohri harus melakukan persiapan lebih matang. Sebab, peserta kejuaraan itu adalah para pelari terbaik dunia yang bisa menembus standar waktu minimal yang ditetapkan IAAF sebelum ajang tersebut dimulai, yakni 10,10 detik untuk nomor 100 meter.
Di antara para peserta itu, ada pelari asal Amerika Serikat, Christian Coleman, yang menjadi unggulan pertama dengan catatan waktu terbaik tahun ini 9,81 detik. Ada pula pelari legendaris AS, Justin Gatlin, yang menjadi unggulan keempat dengan waktu terbaik tahun ini 9,87 detik.
Selain itu, ada pelari potensial Jepang, Abdul Hakim Sani Brown, di unggulan ke-11 dengan (9,97 detik); rekan Usain Bolt di Jamaika, Asafa Powell, di unggulan ke-27 (10,02 detik); dan peraih medali emas Asian Games 2018 asal China, Su Bingtian, di unggulan ke-37 (10,05 detik). Adapun Zohri menjadi unggulan ke-32 (10,03 detik).
Zohri tidak besar kepala dengan grafiknya itu. Ia mengaku masih banyak kekurangan. Selain perlu meningkatkan daya tahan kecepatan, dia juga masih perlu memperbaiki teknik start block atau reaksi startnya. Beberapa kali kepalanya masih menunduk ketika lepas dari start block. Padahal, seharusnya kepalanya sejajar dengan kemiringan punggung.
”Selain latihan, saya juga berusaha menjaga kebugaran. Saya jaga makan agar selalu tepat waktu pagi, siang, dan malam. Saya juga mengurangi ngemil, terutama tidak makan gorengan. Saya juga berusaha tidur tepat waktu, yakni jam sembilan atau sepuluh malam sudah tidur. Bahkan, sehabis latihan pagi, sebisa mungkin saya tidur agar tubuh kembali fit saat latihan sore. Terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah shalat dan berdoa agar usaha saya diridhoi Allah,” pungkas Zohri.