Bahasa Indonesia Penutur Asing Berusia Muda Bertambah
Popularitas bahasa Indonesia kian meningkat di dunia. Berawal dari ketertarikan terhadap pariwisata Nusantara, bahasa Indonesia kini digemari sebagai program studi perkuliahan yang serius. Salah satu buktinya adalah tingginya minat anak-anak muda mancanegara mengikuti lomba berpidato, bercerita, dan berdebat dalam bahasa Indonesia.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Minat warga negara asing mempelajari bahasa Indonesia semakin banyak. Ini diplomasi kebudayaan yang positif.
JAKARTA, KOMPAS — Popularitas bahasa Indonesia kian meningkat di dunia. Berawal dari ketertarikan terhadap pariwisata Nusantara, bahasa Indonesia kini digemari sebagai program studi perkuliahan yang serius. Salah satu buktinya adalah tingginya minat anak-anak muda mancanegara mengikuti lomba berpidato, bercerita, dan berdebat dalam bahasa Indonesia.
Kegiatan yang berlangsung di Jakarta pada Kamis (15/8/2019) tersebut melibatkan 34 peserta berusia 18 hingga 30 tahun. Mereka berasal dari 18 negara, yaitu dari negara-negara di Asia Tenggara dan beberapa negara lain, seperti China, Uzbekistan, Rusia, Perancis, Amerika Serikat, Mesir, dan India.
”Setiap negara mengirimkan dua orang yang merupakan pemenang dari lomba pidato, bercerita, dan debat berbahasa Indonesia di negara masing-masing. Kegiatan dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di 18 negara tersebut,” kata Yaya Zakaria, Kepala Bagian Fasilitasi Internasional Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lomba ini merupakan kelima kalinya diselenggarakan.
Pada lomba pidato tersebut peserta diberi waktu 15 menit untuk menyampaikan pidato bertema toleransi, disusul menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri. Menurut panitia pelaksana, tahun ini, temanya adalah mengenai toleransi dengan alasan untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa Indonesia, walaupun memiliki keragaman suku bangsa, agama, dan kepercayaan, tetap mengutamakan persatuan.
Meskipun begitu, ketika berpidato, para peserta turut memasukkan pemikiran kritis mereka. Misalnya peserta asal Australia, Charlie Barnes, yang mengungkit bahwa persepsi masyarakat di negara itu terhadap Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh situasi politik.
”Berbagai pemberitaan seolah mencitrakan Indonesia tidak toleran terhadap perbedaan suku bangsa dan agama yang membuat masyarakat Australia takut untuk datang ke Indonesia. Akan tetapi, saya datang dan membuktikan bahwa mayoritas orang Indonesia ramah dan baik,” tuturnya.
Sementara itu, peserta dari Thailand, M Amin Musa, mengatakan, prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila memungkinkan individu-individu yang berbeda latar belakang bisa hidup bersama di masyarakat. Tidak hanya itu, bahkan bisa menjadi teman yang sangat akrab. Bahkan, dari pengalamannya tinggal di Indonesia untuk belajar bahasa, ia bertemu dengan keluarga yang anggotanya bisa memiliki persepsi berbeda-beda, beberapa hingga pada aspek kepercayaan.
Diplomasi
Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Emi Emilia yang juga salah satu juri mengatakan, setiap tahun, bahasa Indonesia para peserta lomba kian membaik. Selain itu, konten pidato yang mereka sampaikan juga semakin berbobot. Artinya, dengan kemampuan berbahasa yang mumpuni, para anak muda asing ini bisa membaca buku-buku dan artikel berbahasa Indonesia sehingga mendapat wawasan Indonesia yang baik.
”Ini diplomasi kebudayaan yang positif. Dari penutur dalam negeri yang jumlahnya mencapai 250 juta jiwa sebenarnya bahasa Indonesia sangat berpotensi masuk ke kategori bahasa internasional. Kita tinggal menambah jumlah penutur asing dan berbagai kegiatan bertaraf internasional yang menggunakan bahasa Indonesia,” katanya.
Dari penutur dalam negeri yang jumlahnya mencapai 250 juta jiwa sebenarnya bahasa Indonesia sangat berpotensi masuk ke kategori bahasa internasional.
Beberapa contoh adalah lokakarya Balai Bahasa Indonesia di Australia pada Februari 2019 yang mayoritas pesertanya adalah warga lokal, tetapi keseluruhan acara menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Demikian pula dengan lokakarya guru Bahasa Indonesia di China yang semua pesertanya adalah warga negara itu.
Emi mengatakan, permintaan kepada Badan Bahasa untuk mengadakan lokakarya di luar negeri semakin meningkat. Oleh sebab itu, untuk mempermudah penyebarluasan bahasa Indonesia juga dibuat modul daring yang bisa diakses melalui laman Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud.
Dari sisi penutur, sudah ada 9.000 alumnus program Darmasiswa Kemdikbud, yaitu mahasiswa asing yang datang ke Indonesia selama satu tahun untuk mempelajari budaya Nusantara. Mereka bertindak sebagai advokat kebudayaan Indonesia di negara masing-masing. Jumlah ini belum termasuk orang-orang yang belajar bahasa Indonesia secara mandiri di negaranya serta diaspora Indonesia yang melalui kehidupan sehari-hari mengakrabkan penduduk di sekitarnya dengan budaya Indonesia.
”Berdasarkan kajian Badan Bahasa di 22 negara, awalnya alasan orang asing belajar bahasa Indonesia adalah karena alasan ekonomi, yaitu agar bisa berkomunikasi dengan wisatawan Indonesia. Namun, kini mulai banyak yang berminat mempelajari Indonesia lebih dalam dari aspek politik, kesenian, hingga studi sosial lainnya seiring meningkatnya posisi Indonesia di kancah ekonomi dan politik global,” kata Emi.
Di Rusia, misalnya, program studi bahasa Indonesia kini ada di Institut Asia-Afrika. Di Uzbekistan, ada tiga perguruan tinggi yang memiliki mata kuliah Bahasa Indonesia.