LONDON, MINGGU — Legenda Chelsea Frank Lampard belum berhasil mempersembahkan kemenangan di laga resmi untuk pendukung “The Blues” selama menjabat sebagai manajer. Hanya kemenangan saat menghadapi Leicester City di Stamford Bridge, London, Minggu (18/8/2019) pukul 22.30 WIB yang dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya.
Dalam dua pertandingan di awal musim ini, Chelsea selalu menuai kekalahan. Setelah dibantai Manchester United empat gol tanpa balas di laga perdana Liga Inggris, Chelsea juga kalah adu penalti melawan Liverpool dalam perebutan gelar juara Piala Super Eropa.
Meskipun mengecewakan, Lampard masih mendapatkan sambutan sebagai pahlawan bagi pendukungnya. Hingga saat ini, ia masih tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Chelsea.
Kini, pertaruhan ada di tangannya ketika menghadapi Leicester City di kandang Chelsea. Satu-satunya cara untuk membahagiakan pendukungnya, yaitu dengan memberikan tiga angka.
“Saya bangga mengelola klub ini. Saya sudah kembali beberapa kali dan mendapat dukungan besar. Ini akan menjadi hari yang emosional dan istimewa bagi saya, tetapi yang penting adalah mencoba untuk mendapatkan tiga poin. Itu yang sangat saya khawatirkan saat ini,” kata Lampard.
Ia telah mencoba bangkit dari kekalahan telak ketika bertandang ke Manchester United dan membuktikannya saat melawan Liverpool. Lampard yang baru memiliki pengalaman manajerial selama satu musim saat menukangi Derby County di kasta kedua Liga Inggris mampu mengimbangi taktik Juergen Klopp. Bahkan, timnya mampu unggul terlebih dahulu di babak pertama.
Lampard sesungguhnya sempat ragu mengambil jabatan manajer di Chelsea setelah ditinggal Maurizio Sarri yang hengkang ke Juventus. Ia merasa belum siap karena pengalamannya yang minim. Namun, karena hubungan kedekatannya dengan Chelsea membuat pemilik klub Roman Abramovich merekrutnya sebagai pengganti Sarri.
Kedatangan Lampard cukup mengejutkan dan ia dihadapkan dalam kondisi yang sulit karena klub sedang dihukum larangan transfer selama dua kali jendela transfer. Ia hanya dapat menggunakan pemain warisan Sarri dan Antonio Conte. Situasi semakin runyam karena beberapa bintang mereka, seperti Eden Hazard dan David Luiz hengkang ke klub lain.
Tak ingin larut dalam situasi yang sulit, Lampard mengambil risiko dengan menurunkan pemain muda seperti Tammy Abraham dan Mason Mount di dua laga awal. Dampaknya cukup fatal, seperti yang terjadi saat Abraham gagal mengeksekusi penalti saat melawan Liverpool.
Abraham masih muda dan dari raut wajahnya menunjukkan bahwa dirinya sangat tertekan karena menjadi penendang terakhir. Ia semakin tertekan setelah mendapatkan pelecehan rasis di media sosial pascapertandingan tersebut.
Ini pertandingan besar di depan pendukung kami untuk pertama kalinya di musim ini. Leicester adalah tim yang harus dihormati karena mereka memiliki pemain dan manajer yang hebat
Belajar dari dua pertandingan itu, manajer 41 tersebut semakin berhati-hati. Ia tidak ingin meremehkan kekuatan Leicester yang pekan lalu bermain imbang tanpa gol saat menjamu Wolverhampton Wanderers.
“Ini pertandingan besar di depan pendukung kami untuk pertama kalinya di musim ini. Leicester adalah tim yang harus dihormati karena mereka memiliki pemain dan manajer yang hebat dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Ia mengaku mengenal manajer Leicester Brendan Rodgers dengan baik. Rodgers dianggap Lampard sebagai manajer yang fantastis. Saat ini Leicester juga memiliki beberapa pemain hebat yang akan menjadi tantangan besar dalam pertandingan ini.
Rodgers yang pernah bekerja di dalam staf kepelatihan tim muda Chelsea mengakui, Lampard akan menjadi manajer yang sukses meskipun saat ini belum berpengalaman. Hal tersebut terlihat dari strategi yang dimainkan Lampard dalam pertandingan sebelumnya.
“Dalam pertandingan yang saya lihat, Chelsea telah bermain dengan tempo dan intensitas yang baik. Frank memahami pentingnya memberi para pemain muda kesempatan, tetapi ia juga tahu bahwa harus memenangi pertandingan dan mendapatkan hasil. Saya yakin dia akan berhasil di sana,” kata Rodgers. (AFP/REUTERS)