Perekonomian Sorong Lumpuh, Sekolah dan Kantor Pemerintah Tutup
Unjuk rasa yang berunjung tindakan anarkistis di Kota Sorong, Papua Barat, Senin (19/8/2019), kembali berlanjut pada Selasa ini. Ekonomi di kota berpenduduk sekitar 220.000 jiwa itu lumpuh total. Kegiatan belajar-mengajar di sekolah pun diliburkan.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
SORONG, KOMPAS — Unjuk rasa yang berunjung tindakan anarkistis di Kota Sorong, Papua Barat, pada Senin (19/8/2019) kembali berlanjut pada Selasa ini. Ekonomi di kota berpenduduk sekitar 220.000 jiwa itu lumpuh total. Kegiatan belajar-mengajar di sekolah pun diliburkan.
Pantauan Kompas, di sepanjang Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Ahmad Yani, jalur utama di kota itu, massa berkumpul di sejumlah titik. Mereka menutup jalan dengan batang kayu dan membakar ban bekas. Kumpulan pengunjuk rasa dari sejumlah titik terlihat berjalan kaki menuju kantor wali kota.
Di sejumlah titik, pecahan kaca mobil dan keramik berhamburan. Aparat keamanan berjaga di dekat konsentrasi massa agar kendaraan roda dua dapat melintas.
Massa berteriak meminta agar pelaku yang menyampaikan ujaran bernada rasis terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur ditangkap dan diproses hukum.
Massa berteriak meminta agar pelaku yang menyampaikan ujaran bernada rasis terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur ditangkap dan diproses hukum.
Tutup
Sepanjang Senin malam hingga Selasa siang, tidak ada angkutan umum yang beroperasi di Kota Sorong. Stasiun pengisian bahan bakar minyak ditutup. Warung makan juga tidak beroperasi.
Pertokoan di sepanjang jalan ditutup. Toko dan perkantoran di sisi jalan dikhawatirkan menjadi sasaran amukan massa. Kantor Bank BTN dan sejumlah ATM dirusak.
Selain aktivitas ekonomi, kegiatan belajar-mengajar di sekolah juga tidak dilangsungkan. Pemerintah Kota Sorong meliburkan semua sekolah. Kantor pemerintahan, mulai dari kelurahan hingga dinas-dinas, ditutup.
”Kalau kondisi semacam ini mungkin akan berlangsung lama. Kuncinya aparat jangan bertindak kasar. Massa harus dihadapi dengan sabar. Kalau berhadapan dengan orang Papua harus pakai hati,” kata Matias, warga setempat yang ditemui di Jalan Ahmad Yani dekat konsentrasi massa.
Kepala Polres Sorong Kota Ajun Komisaris Besar Mario CP Siregar mengimbau masyarakat agar tidak kembali turun ke jalan. Pihaknya sudah melakukan pendekatan dengan sejumlah tokoh adat dan agama. Para tokoh diminta dapat menenangkan pengikut mereka agar tidak bertindak anarkistis.
Mario mengimbau masyarakat agar kembali beraktivitas seperti biasa. ”Kami menjamin kemanan semua masyarakat. Aparat kami akan terus melakukan patroli dan pengamanan di sejumlah titik penting dan strategis,” katanya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, sebanyak 200 personel Brigade Mobil dari Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan pada Selasa pagi didatangkan untuk menjaga keamanan di Kota Sorong. Menurut rencana, akan ada tambahan 600 personel dari kepolisian daerah sejumlah provinsi terdekat.
Personel Brimob dari Sulsel itu tiba di Bandar Udara Domine Eduard Osok, Sorong, menggunakan pesawat carteran pada pukul 04.00 waktu setempat. Selanjutnya, para personel itu ditugaskan membantu pengamanan sejumlah obyek vital, seperti bandara, kantor wali kota, terminal Pertamina, dan jalanan strategis seperti Jalan Basuki Rahmat.
Senin kemarin, aksi unjuk rasa berujung tindakan anarkistis terjadi di Bandar Udara Domine Eduard Osok. Ada penerbangan yang batal mendarat. Dinding kaca di dekat pintu keberangkatan ataupun kedatangan bolong dipukul benda tajam dan dilempari batu. Di halaman parkir, satu unit mobil polisi dan tiga sepeda motor terbakar. Puluhan mobil dan sepeda motor dirusak.
Penumpang yang baru mendarat tertahan di dalam bandara hingga pukul 19.00 WIT. Mereka tidak mau keluar dengan alasan keselamatan. Beberapa lagi yang nekat keluar meminta pengawalan dari anggota TNI Marinir.