Kerja Berat Memoles Mandalika
Mandalika memiliki potensi besar untuk menarik pelancong mancanegara. Sejumlah upaya dilakukan agar Mandalika dapat menjadi salah satu destinasi penyokong kemajuan pariwisata nasional, mulai dari menetapkannya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus hingga masuk dalam agenda prioritas pembangunan.
Pada Oktober 2011, peresmian Bandara Internasional Lombok boleh dibilang menjadi titik kebangkitan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB), terlebih untuk Kabupaten Lombok Tengah. Bandara itu berada di wilayah Praya, salah satu kecamatan di Lombok Tengah.
Jumlah penumpang angkutan udara di bandara ini mencapai hampir 3 juta orang per tahun. Sebagai pintu gerbang NTB, perekonomian di Lombok Tengah sudah semestinya terdongkrak, termasuk untuk sektor pariwisata yang potensial.
Saat ini, pariwisata Pulau Lombok sangat lekat dengan Mandalika. Nama Mandalika baru sering dibicarakan dalam beberapa waktu terakhir. Sebelumnya, wisatawan yang datang ke NTB, khususnya di wilayah Lombok Tengah, mungkin hanya mengunjungi sejumlah destinasi andalan, seperti Pantai Kuta, Desa Adat Sasak Ende, dan Sade.
Padahal, tak jauh dari desa adat itu, hanya sekitar 15 kilometer ke selatan, terhampar pantai berpasir putih dengan lanskap alam yang indah, seperti Pantai Seger, Tanjung Aan, dan Pantai Gerupuk. Itulah sebagian kecil dari surga Mandalika yang secara administratif terletak di Kecamatan Pujut, wilayah paling selatan di Pulau Lombok.
Ada pula wisata budaya Bau Nyale yang sudah dikenal atau Nyongkolan dan Perang Timbung. Kesenian di Mandalika pun tak kalah beragam, mulai dari Oncer, Rudat, Gandrung, Perpaosan, Cilokaq, sampai Teater Matahari.
Beberapa desa wisata juga dapat memberikan pengalaman berkesan dengan keberadaan sentra tenun tradisional, kerajinan rotan atau bambu, dan gerabah. Bagi yang mau menggali sejarah dengan berziarah, ada beberapa makam kuno yang bisa dikunjungi.
Tak butuh waktu lama bagi Mandalika untuk merebut perhatian dengan sejuta pesona alamnya itu. Pemerintah menangkap potensi ini, terlebih pariwisata menjadi satu dari lima bidang pembangunan nasional yang sedang digalakkan.
Mendongkrak pariwisata tak hanya memerlukan deretan pantai pasir putih atau kekhasan budaya masyarakat. Diperlukan pula investasi tak sedikit untuk menyulap Mandalika menjadi kawasan wisata tersohor dan banyak dikunjungi.
Secara umum, produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah mencapai Rp 11,5 triliun. Jumlah itu menyokong tak kurang 12,7 persen PDRB provinsi dari 10 wilayah kabupaten/kota di NTB. Roda ekonomi wilayah itu masih didominasi sektor agraris dengan kontribusi 24,7 persen.
Adapun sektor pariwisata hanya berkontribusi tak lebih dari 1,26 persen atau Rp 126 miliar per tahun. Pariwisata menjadi dua sektor terbawah dalam PDRB, dengan posisi sedikit lebih baik ketimbang industri jasa perusahaan.
Catatan statistik tahun 2017 menunjukkan, meski hotel dan penginapan cukup bergeliat dengan bertambah hampir dua kali lipat, bidang penyediaan akomodasi, serta makanan dan minuman ini tidak naik signifikan, tak lebih dari 0,6 persen. Secara agregat provinsi, wisata di Lombok Tengah tergolong lesu, baru menyumbang tak lebih dari 8 persen PDRB pariwisata NTB.
Kawasan Ekonomi Khusus
Dengan kondisi itu, upaya membangun Mandalika menjadi unggulan tujuan wisata yang digandrungi pelancong memiliki banyak pekerjaan berat. Pembangunan semua infrastruktur penunjang pariwisata harus dilakukan secara taktis dan cepat.
Lewat Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014, Mandalika ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Beberapa wilayah yang juga ditetapkan sebagai KEK Pariwisata adalah Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, dan Morotai.
Penetapan KEK merupakan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pembangunan guna menunjang kesiapan wilayah sebagai tujuan wisata. Setelah penunjang terpenuhi, KEK Pariwisata diharapkan mengakselerasi sektor pariwisata. Berdasarkan data Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Republik Indonesia, rencana pengembangan Mandalika sebagai daerah wisata disiapkan dengan mengedepankan potensi wisata bahari, wisata budaya, dan panorama yang eksotis.
Tak kurang dari area seluas 1.035 hektar masuk dalam rencana besar pengembangan KEK Mandalika. Berdasarkan rencana zonasi ruang yang dibuat, berbagai kelengkapan infrastruktur dan ruang wisata akan dibangun di lahan tersebut, mulai dari pelabuhan, desa wisata, kawasan pantai dan agrowisata, ruang publik, hingga lapangan golf.
Perusahaan pelat merah PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) didapuk sebagai badan usaha pembangunan dan pengelola kawasan ini. Sebelumnya, ITDC berpengalaman mengembangkan pariwisata di Nusa Dua, Bali.
Total investasi yang diperlukan untuk membangun kawasan Mandalika sekitar Rp 2,2 triliun. Diperkirakan, pada 2025 investasi awal itu akan menarik masuknya investasi hingga Rp 28,63 triliun. Angka itu diproyeksikan dapat mengenjot Rp 7,5 triliun perekonomian nasional dan menyerap lebih dari 58.000 tenaga kerja. Kurang dari empat tahun pasca-penetapannya, KEK Pariwisata sepertinya belum dapat mengakselerasi wisata Mandalika seperti yang diharapkan. Kunjungan turis di kawasan ini belum maksimal.
KEK Mandalika ditargetkan untuk mendatangkan tak kurang dari 2 juta wisatawan pada 2019. Namun, melihat tren kunjungan sebelumnya, hal tersebut sulit tercapai. Menurut data Badan Pusat Statistik, walau sempat terjadi peningkatan cukup signifikan hingga dua kali lipat dalam dua tahun terakhir, kunjungan wisatawan di Lombok Tengah baru mencapai 200.000 orang. Kunjungan masih didominasi (56 persen) pelancong domestik.
Meski demikian, ada hal cukup menarik. Pada 2017, terdapat 705.794 kunjungan ke obyek wisata di Lombok Tengah dengan 78 persen di antaranya dilakukan pelancong dari luar negeri. Hal ini membuktikan obyek wisata di wilayah ini memiliki kekhasan yang menjadi magnet wisatawan asing.
Modal itu pula yang kian menegaskan Mandalika sangat berpotensi untuk menjadi destinasi populer selayaknya Bali. Upaya mempercepat pengembangan Mandalika lewat KEK Pariwisata terus didorong. Pada 2016, kawasan Mandalika masuk dalam prioritas rencana pengembangan 10 destinasi pariwisata ”Bali Baru”.
Selain Mandalika, tujuan wisata yang masuk dalam pengembangan 10 Bali Baru adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Belitung), Kepulauan Seribu (Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Pulau Komodo (NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
Diharapkan, melalui percepatan pembangunan pariwisata, sepuluh destinasi ini dapat menjadi alternatif tujuan pariwisata nasional yang sekarang masih didominasi Bali. Tiap tahun, sekitar 40 persen kedatangan wisatawan luar negeri melalui Bandara Ngurah Rai, Bali.
Destinasi ”Super Prioritas”
Program 10 Bali Baru merupakan turunan dari strategi pemerintah dalam mengembangkan kepariwisataan yang juga masuk dalam Nawa Cita Presiden Joko Widodo. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, ditetapkan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Dari puluhan KSPN, pemerintah membuat prioritas pengembangan 25 tujuan wisata. Agar kian fokus, pemerintah menetapkan lagi 10 prioritas KSPN yang tidak lain adalah ”10 Bali Baru”. Kemudian, Surat Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Nomor S-54/Menko/Maritim/VI/2016 menetapkan KSPN prioritas sampai 2019. Kawasan wisata ini disebut destinasi ”Super Prioritas”. Mandalika dan tiga tempat wisata lain, yaitu Toba, Borobudur, dan Labuan Bajo, masuk dalam destinasi ”Super Prioritas” ini.
Dengan menetapkannya sebagai KEK serta prioritas utama, pemerintah tentu memberikan intensif guna mempermudah proses investasi yang mempercepat geliat ekonomi di Mandalika. Fasilitas yang didapat itu antara lain kemudahan perizinan, keringanan pajak, kepabeanan dan cukai, keimigrasian khusus, dan kemudahan izin ketenagakerjaan dan aturan hak pakai lahan.
PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) telah menyusun rencana induk kawasan di Lombok Tengah yang disebut ”The Mandalika”. Keseluruhan pengembangan dan pembangunan Mandalika direncanakan berlangsung 30 tahun (2016-2045).
Tahap awal pengembangan kawasan fokus pada pembangunan infrastruktur dasar: jalan, listrik, komunikasi, pengolahan air bersih serta limbah, dan pelabuhan. Total dana yang diperlukan 316,5 juta dollar AS atau Rp 4,4 triliun. Sebesar 248,4 juta dollar AS di antaranya dibiayai pinjaman dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Proyek di Mandalika juga menargetkan ketersediaan fasilitas akomodasi hingga 10.533 kamar hotel. Perusahaan pengelola hotel bintang 4 dan 5, seperti Pullman, Novotel, Westin, Paramount, dan Royal Tulip, bersedia berinvestasi di Mandalika.
Upaya melejitkan popularitas Mandalika tak berhenti di situ. Belum lama ini Pemerintah Indonesia mengajukan Mandalika sebagai tempat penyelenggaraan balap sepeda motor MotoGP tahun 2021. Pemerintah menjalin kerja sama dengan BUMN Perancis, Vinci Construction, untuk berkolaborasi di proyek besar itu. Dana sekitar 1 miliar dollar AS atau Rp 14 triliun siap dikucurkan, dan pembangunan sirkuit dimulai pada September 2019.
Selain arena balap, juga dibangun hotel, rumah sakit, dan gedung pertemuan. Dari perhelatan MotoGP, ditargetkan sekitar 100.000 wisatawan asing datang ke Mandalika. Upaya memoles Mandalika tidak mudah. Segala upaya yang telah dilakukan memerlukan komitmen kerja keras dan pengawasan sehingga pengembangan Mandalika dapat berjalan sesuai perencanaan. (LITBANG KOMPAS)