Manula atau lansia merupakan kumpulan orang yang masalah kesehatannya memiliki kemungkinan akan berkembang lebih buruk karena adanya faktor-faktor risiko yang memengaruhi. Hal itu terkait usia, sosial, dan risiko perilaku atau gaya hidup. Konsekuensi tingginya risiko membuat lansia butuh perhatian khusus dan perawatan intens.
Dari hasil jajak pendapat yang dilangsungkan terekam betapa lansia masih ditanggapi dengan pendekatan komunalitas dan kekerabatan. Dalam merawat orang berusia lanjut, misalnya, hampir seluruh publik responden (99 persen) masih menginginkan agar para lansia dirawat sendiri oleh keluarga, terutama anak-anak dari para manula.
Meskipun panti jompo menawarkan kenyamanan bagi kehidupan masa tua para manula, nyatanya publik di negeri ini masih memilih merawat orangtua mereka. Dua dari tiga responden menjawab, perawatan lansia, terutama orangtua, menjadi tanggung jawab anak-anak atau kerabat.
Namun, meski kualitas hidup lansia bisa meningkat berkat perawatan yang baik, produktivitas mereka justru turun drastis atau bahkan tak produktif sama sekali. Aspek ekonomi pada lansia berupa penurunan pendapatan akibat pensiun bagi mereka yang bekerja secara formal. Para lansia yang bekerja di sektor informal pun akan mengalami hal yang sama sebagai konsekuensi bertambahnya usia.
Hanya 24,7 persen responden yang menjawab orangtua atau kerabat mereka yang lansia memiliki tabungan. Sisanya, 15 persen, menjawab memiliki dana pensiun dan 8,5 persen memiliki usaha.
Jawaban responden itu menggambarkan realitas hidup para lansia di masa tua. Hanya segelintir dari mereka yang memiliki jaminan hidup di hari tua. (LITBANG KOMPAS)