Usia muda bukan halangan untuk berprestasi. Latihan keras dan disiplin membawa Rahmat Erwin Abdullah mengalahkan Triyatno, lifter senior langgaranan Olimpiade, pada Kejuaraan Nasional PABBSI 2019.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
“Saat kejuaraan, saya hanya fokus pada diri sendiri. Saya tidak mau memikirkan lawan yang lebih senior dari saya,” kata lifter remaja Rahmat Erwin Abdullah, di Bandung, Jabar, Jumat (22/8/2010).
Bermain di kelas 73 kg, lifter berusia 19 tahun asal Sulsel itu membuktikan diri dapat menjadi harapan baru prestasi angkat besi Indonesia dengan mengalahkan lifter senior peraih dua medali Olimpiade, Triyatno, pada Kejuaraan Nasional PABBSI 2019.
Rahmat meraih tiga medali emas setelah mengukir total angkatan 321 kg, snatch 145 kg, dan clean and jerk 176 kg. Dia juga berhasil melampaui dua rekor Asia yunior untuk total angkatan dari 320 kg menjadi 321 kg, serta clean and jerk dari 175 kg menjadi 176 kg.
Triyatno, yang tampil mewakili Kaltim, meraih tiga keping perak untuk angkatan total 317 kg, snatch 142 kg, serta clean and jerk 175 kg. Berbeda dengan Rahmat yang berhasil melahap enam kesempatan angkatan dengan sempurna, Triyatno melakukan satu kesalahan snatch dan dua kesalahan clean and jerk sehingga gagal mengulang total angkatan terbaiknya 325 kg.
Dengan hasil ini, Rahmat dipastikan akan tampil mewakili Indonesia di SEA Games 2019. Dia juga berpeluang lolos Olimpiade 2020 karena mempunyai peringkat dunia yang cukup baik.
Berdasarkan peringkat Federasi Angkat Besi Dunia (IWF), Rahmat menempati peringkat ke-12. Sementara Triyatno duduk di peringkat ke-30. Untuk tampil di Olimpiade, lifter harus menempati peringkat delapan besar dunia.
Rahmat mengatakan, oleh tim pelatih yang merupakan ayah-ibunya sendiri, pasangan suami istri mantan lifter nasional Erwin Abdullah dan Ami Asun Budiono, mulanya dia ditargetkan dapat mengangkat beban clean and jerk 175 kg. “Beban kemudian ditingkatkan untuk menembus rekor Asia yunior. Saya senang sekali, bisa tampil terbaik,” katanya.
Pemuda ini terinspirasi menjadi atlet nasional setelah melihat perjuangan orang tuanya. Dia ingin melampaui pencapaian ayahnya, Erwin Abdullah, yang meraih medali perak Asian Games 2002. Mantan lifter nasional itu kemudian memutuskan pensiun karena cedera pinggang.
Demi mewujudkan cita-cita, Rahmat menjalani hidup disiplin dan berlatih keras. Dia pernah pingsan karena terlalu keras berlatih dan mengalami hilang ingatan sementara. Pemuda itu juga kerap mengalami cedera ataupun luka akibat tertimpa batang besi. Tetapi, panggilan menjadi atlet selalu menggerakkannya untuk berlatih.
“Kalau tidak latihan, seperti ada yang kurang,” ujarnya.
Saat tampil di Kejuaraan Nasional, dia sempat khawatir ada masalah pada tangannya sehingga dapat mempengaruhi cengkraman pada batang besi. Tetapi, kekhawatirannya itu tidak terjadi. Rahmat berhasil tampil maksimal di panggung angkat besi. Saat dipastikan menjadi juara, kedua orang tuanya memeluk Rahmat sambil menangis.
Rahmat bergabung dengan pelatnas sejak persiapan Asian Games 2018. Dia disiapkan untuk menjadi lifter pelapis Triyatno. Pelan tetapi pasti, penampilan Rahmat meningkat. Meski sama-sama berlatih di pelatnas, Rahmat bisa tampil menyusul seniornya.
Untuk mengalahkan sang senior, salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan menyimpan kekuatan terbaik saat berlatih. Bahkan, dalam tes bulanan, penampilan Rahmat masih di bawah Triyatno. Begitu tampil di kejuaraan, Rahmat baru menunjukkan kekuatan yang sesungguhnya.
Tahun lalu di Kejuaraan Dunia, lifter remaja itu melakukan total angkatan 312 kg. Selanjutnya, dia mengulang jumlah angkatan yang sama di Kejuaraan Asia 2019. Di Kejuaraan Dunia Yunior 2019 di Suva, Fiji, Rahmat menempati peringkat ketujuh dengan total angkatan 304 kg.
Tiga kejuaraan ini termasuk dalam kualifikasi Olimpiade dengan level emas, atau menyediakan poin peringkat dunia tertinggi. Tampil konsisten pada setiap kejuaraan membuat Rahmat mempunyai poin peringkat dunia yang baik. Sebaliknya, penampilan Triyatno cenderung menurun. Dia belum bisa mengulang total angkatan 325 kg yang diperolehnya di Kejuaraan Dunia 2018.
Wakil Ketua PB PABBSI Djoko Pramono mengatakan, usia bukanlah halangan untuk mengukir prestasi. “Olahraga tidak mengenal batas umur. Kalau memang sudah tidak mampu dan latihan kurang, secara alami, atlet senior akan dikalahkan oleh yuniornya,” kata Djoko.
Djoko menuturkan, sejak enam bulan lalu atlet-atlet Indonesia sudah diberitahu bahwa Kejuaraan Nasional merupakan ajang seleksi tim menuju SEA Games 2019. “Siapa yang tidak bisa menunjukkan penampilan terbaik, akan tersingkir,” kata dia.