Lima belas tahun berlalu sejak pertemuan pertama Serena Williams dan Maria Sharapova. Keduanya kemudian menjadi dua petenis putri terakhir yang meraih gelar juara di empat grand slam berbeda. Empat tahun setelah duel terakhir, keduanya akan berhadapan pada babak pertama AS Terbuka.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Pertemuan Serena Williams melawan Maria Sharapova pada babak pertama tunggal putri Grand Slam Amerika Serikat Terbuka ibarat film berkategori blockbuster. Laga yang akan berlangsung di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Senin (26/8/2019), itu menjadi lanjutan dari persaingan mereka yang telah berlangsung selama 15 tahun.
Pertemuan ke-22 mereka ini akan menjadi persaingan pertama di AS Terbuka sejak pertama kali bertemu pada babak keempat WTA Miami 2004.
Serena, yang saat itu menempati peringkat keenam dunia dan enam tahun lebih awal mengawali karier sebagai petenis profesional dari Sharapova, menunjukkan kelasnya dengan memenangi laga, 6-4, 6-3. Serena memasuki arena tenis profesional pada 1995, adapun Sharapova pada 2001.
Setelah itu, persaingan yang sesungguhnya dimulai ketika Sharapova menaklukkan Serena pada final Wimbledon pada tahun yang sama. Kemenangan telak, 6-1, 6-4, mengantarkan Sharapova yang masih berusia 17 tahun pada gelar pertamanya di ajang Grand Slam.
Tamparan keras
Kekalahan tersebut bagai tamparan keras di wajah Serena. Dia datang ke final Wimbledon 2004 sebagai pemegang enam gelar juara Grand Slam, termasuk di Wimbledon 2002 dan 2003. Di ruang ganti pemain, Serena menangis. Sharapova mengetahui kejadian tersebut.
”Perang dingin” terjadi begitu Sharapova menceritakan peristiwa tersebut dalam autobiografinya Unstoppable: My Life So Far yang terbit pada 2017.
”Saat saya datang ke ruang ganti pemain, saya mendengar Serena Williams menangis. Saya keluar dari ruangan itu secepatnya, tetapi dia tahu bahwa saya berada di sana,” kata Sharapova dalam bukunya, seperti dikutip oleh The Telegraph.
Sharapova berpendapat, Serena kesal bukan karena dikalahkan oleh petenis baru, tetapi karena tangisannya didengar Sharapova. Tak lama setelah turnamen, Sharapova mendengar bahwa Serena bertekad tak ingin kalah lagi darinya. Serena menggunakan kata-kata kasar yang ditujukan pada Sharapova.
”Serena dan saya seharusnya bisa berteman, kami memiliki hasrat yang sama. Tetapi, kami tidak seperti itu. Apa yang kami lakukan saling memberi dorongan dan menumbuhkan kekuatan untuk mengalahkan yang lain. Tetapi, siapa tahu, saat ini semua berlalu, kami bisa menjadi teman,” kata Sharapova.
Pada pertemuan berikutnya, empat bulan setelah kejadian itu, Sharapova kembali mengalahkan Serena. kali ini dalam final turnamen akhir musim, Final WTA yang dulu bernama WTA Championhsips.
Baru setelah itu, Serena tak terkalahkan pada 18 pertemuan selanjutnya, yang terakhir pada perempat final Australia Terbuka 2016.
”Career Grand Slam”
Dalam perjalanan hingga Australia Terbuka 2016, kedua petenis telah merasakan menjadi petenis nomor satu dunia. Mereka juga menjadi bagian dari petenis yang menjuarai semua Grand Slam, dengan istilah mencapai ”Career Grand Slam”.
Dalam era Terbuka, hanya ada enam petenis putri yang melakukan ini, yaitu Serena, Sharapova, Margaret Court, Martina Navratilova, Chris Evert, dan Steffi Graf.
Pertemuan intens mereka terhenti setelah Australia Terbuka 2016. Sharapova diskors 15 bulan karena doping sejak Januari 2016. Saat Sharapova kembali ke tur, Serena dalam masa istirahat karena hamil dan melahirkan anak pertamanya, Olympia, September 2017.
Setelah Serena kembali ke turnamen, pada Maret 2018, pertemuan dengan Sharapova seharusnya terjadi pada babak keempat Perancis Terbuka. Namun, beberapa jam sebelum pertandingan berlangsung, Serena mengundurkan diri karena cedera dada.
Serena mencapai tiga final dari enam Grand Slam terakhir setelah mennjadi ibu, namun belum menambah satu gelar pun. Usahanya untuk menyamai Margaret Court sebagai peraih gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 24 gelar, masih tertahan di angka 23.
Tahun ini, Serena juga diganggu cedera lutut dan punggung. Cedera punggung bahkan terjadi saat tampil pada final WTA Kanada melawan petenis tuan rumah, Bianca Andreescu, dua pekan lalu.
Sharapova menjuarai turnamen kecil di Tianjin, China, pada 2017 setelah dia kembali. Namun, seusai mencapai babak keempat Australia Terbuka, Januari, cedera membuatnya lebih banyak melewatkan turnamen.
Persaingan dipastikan berlanjut ketika undian mempertemukan mereka untuk pertama kalinya di AS Terbuka. Persaingan kali ini bahkan terjadi sangat dini dan menjadi pertemuan pertama di babak awal.
Dinanti petenis lain
Tak hanya menjadi perhatian media massa internasional, pertandingan itu juga dikomentari dan dinanti petenis lainnya. ”Saat undian berlangsung, saya sedang berberlanja. Teman saya mengirimkan pesan tentang undian itu. Saat saya melihatnya, saya pun terkejut,” kata finalis AS Terbuka 2017, Madison Keys dalam laman resmi WTA.
Simona Halep, yang dikalahkan Sharapova pada babak pertama AS Terbuka 2017, menjadi salah satu petenis yang menentikan laga Serena melawan Sharapova. Apalagi, pertandingan berlangsung Senin di saat dia belum bermain.
Juara bertahan, Naomi Osaka, juga tak akan melewatkannya. ”Selalu ada kejutan dari undian Grand Slam yang membuat kita berteriak, ’Ya Tuhan’!” Jadi, saya tak terlalu terkejut,” kata Osaka
”Namun, tentu saja saya menantikan laga itu. Saya pikir, semua yang berada di New York juga akan menonton,” kata Osaka, yang mengalahkan Serena dalam final AS Terbuka 2018.