Demi Konservasi, Pengunjung di Candi Borobudur Dibatasi
Pengembangan pariwisata Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mesti selaras dengan upaya konservasi sebagai situs bersejarah. Salah satunya dengan membatasi jumlah wisatawan yang berada di atas candi dalam satu waktu. Hal ini merupakan fenomena yang wajar dalam mekanisme kunjungan wisata destinasi bertaraf internasional.
Oleh
NINA SUSILO/REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pengembangan pariwisata Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mesti selaras dengan upaya konservasi sebagai situs bersejarah. Salah satunya dengan membatasi jumlah wisatawan yang berada di atas candi dalam satu waktu. Hal ini merupakan fenomena biasa dalam mekanisme kunjungan wisata destinasi bertaraf internasional.
Presiden Joko Widodo sebelum memimpin rapat terbatas di Patio Lounge Plataran Borobudur Resort, Magelang, Jumat (30/8/2019), mengatakan, sebagai kawasan wisata bersejarah, pengaturan wisatawan yang berkunjung menjadi hal krusial. Jumlah turis yang naik ke candi dalam satu waktu akan diatur. Sebab, saat peninjauan, dia pun menengarai ada sedikit penurunan di bangunan candi.
Presiden meminta pengembangan pariwisata Candi Borobudur di Kabupaten Magelang dipercepat. Presiden meminta supaya tata ruang, penentuan zona-zona pembangunan pariwisata, serta tata kelola manajemen dan kelembagaan kawasan wisata Borobudur segera dibenahi.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam pengantar rapat terbatas di Candi Borobudur, Jumat. Presiden menegaskan supaya rencana induk dan rencana detail pengembangan kawasan Borobudur segera diselesaikan untuk kemudian ditetapkan.
Dari penataan fisik, menurut Presiden, banyak hal masih harus dikerjakan. Pembangunan akses jalan dari Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo ke Borobudur juga diperlukan untuk memperpendek durasi perjalanan.
Sebelum memimpin rapat terbatas, di Patio Lounge Plataran Borobudur Resort, Jokowi bersepeda beberapa ratus meter ke Candi Borobudur bersama Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo. Sepeda santai ini juga diikuti Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Di Candi Borobudur, Presiden juga menaiki tangga candi dan berjalan-jalan sembari berdiskusi dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Magelang Zaenal Arifin.
Dalam rapat terbatas, hadir pula Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, serta Menteri BUMN Rini Soemarno.
Sebagai kawasan wisata bersejarah, pengaturan wisatawan yang berkunjung menjadi hal krusial. Jumlah turis yang naik ke candi dalam satu waktu akan diatur.
Sebelum rapat terbatas, Muhadjir Effendy mengatakan, pengembangan Candi Borobudur sebagai salah satu destinasi prioritas tetap harus mempertimbangkan kapasitas bangunan candi demi alasan konservasi. ”Pengunjung candi tetap harus dibatasi. Pada saat animo berkunjung meningkat sekalipun, aliran pengunjung harus tetap diatur dengan sistem antrean,” ujarnya.
Mengantre saat akan mengunjungi obyek wisata, menurut dia, adalah hal yang biasa. Muhadjir mencontohkan, saat berkunjung ke salah satu obyek wisata di Rusia, dia pun harus mengantre, menunggu hingga tiga hari.
Terkait dengan konsep tersebut, obyek wisata baru di kawasan sekitar candi harus diperbanyak. Obyek-obyek tersebut menjadi alternatif kunjungan sehingga seluruh pengunjung yang datang tidak melulu tersedot ke candi.
Muhadjir mengatakan, pihaknya pun saat ini sudah mengelola empat situs di sekitar kawasan candi yang dapat menjadi alternatif baru tujuan kunjungan wisatawan. Keempat situs tersebut berjarak 1-2 kilometer dari Candi Borobudur.
Terkait dengan penataan kawasan Candi Borobudur sebagai destinasi prioritas, Muhadjir menyebutkan, zona inti candi yang berbentuk melingkar harus diperluas. Upaya perluasan bisa dilakukan dengan membebaskan sebagian lahan milik warga, tetapi bisa juga dengan mengurangi luas lahan yang termasuk dalam zona II Candi Borobudur.
Obyek wisata baru di kawasan sekitar candi harus diperbanyak. Obyek-obyek tersebut menjadi alternatif kunjungan sehingga seluruh pengunjung yang datang tidak melulu tersedot ke candi.
Dua opsi perluasan tersebut memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing. Menggusur rumah warga nantinya berisiko ditentang masyarakat, sedangkan pengurangan zona II akan berdampak pada status Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia.
”Pengurangan luas zona II dimungkinkan akan membuat grade Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia akan turun,” ujarnya.
Masih terkait penataan tersebut, seluruh pedagang kaki lima (PKL) yang kini ada di Taman Wisata Candi Borobudur akan ditempatkan di areal tersendiri di luar kompleks candi. Keberadaan mereka nantinya diharapkan dapat menjadi destinasi baru yang menarik kunjungan wisatawan.
”Para PKL harus ditempatkan tersendiri, menarik kunjungan wisatawan sendiri, karena kawasan Borobudur nantinya dikembangkan menjadi kawasan wisata yang luas, dengan tingkat kunjungan tidak melulu terpusat di candi,” ujar Ganjar Pranowo seusai rapat terbatas.
Kendati demikian, menurut Ganjar, hingga saat ini, belum ditentukan di mana daerah baru yang diperuntukkan bagi PKL tersebut. Selain mengangkat PKL sebagai destinasi baru, menurut dia, Pemprov Jateng juga akan berupaya meningkatkan kunjungan ke kawasan Borobudur dengan cara membuat paket-paket wisata baru, yang di dalamnya wisatawan dapat mengunjungi obyek-obyek di sejumlah daerah.
”Tidak hanya melulu di seputar Borobudur, paket-paket wisata baru tersebut nantinya juga akan membuat wisatawan dimudahkan untuk berkunjung ke daerah lain, seperti Yogyakarta, Solo, dan Semarang,” lanjutnya.
Ganjar mengatakan, kawasan Borobudur akan dikembangkan menjadi kawasan wisata yang lebih luas dibandingkan dengan luas kompleks Taman Wisata Candi Borobudur saat ini. Kendati demikian, upaya perluasan tersebut nantinya dipastikan tidak akan berdampak pada permukiman warga di sekitarnya.
”Kami tidak akan menggusur atau mengganggu permukiman warga di sekitar candi. Kami justru berharap, dengan keberadaannya saat ini, warga dapat membantu mendukung pengembangan wisata di kawasan Borobudur,” ucapnya.
Setelah Bandara Internasional Yogyakarta rampung, diyakini kunjungan wisatawan ke Borobudur bisa mencapai empat kali lipat atau sekitar 2 juta orang.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui, kunjungan wisatawan ke Borobudur tak mencapai target, tahun lalu hanya sekitar 500.000 pengunjung. Dia menyebutkan, penghambat utama adalah kapasitas bandara yang terbatas. Setelah Bandara Internasional Yogyakarta rampung, dia meyakini kunjungan wisatawan ke Borobudur bisa mencapai empat kali lipat atau sekitar 2 juta orang.
Terkait pengembangan penginapan pendukung wisata Borobudur, lanjut Arief, akan dibangun resor di Bukit Menoreh. Saat ini sudah ada tiga investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di sana.